ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Rabu, 26 September 2012

SELAMETAN HARI KETIGA, KETUJUH, KEEMPAT PULUH DST, DISUNNAHKAN DALAM ISLAM


=============================================
SELAMETAN HARI KETIGA, KETUJUH ( ke-3, 7, 40, 100, setahun, dan 1000 hari) DISUNNAHKAN & DIBOLEHKAN dalam syari’at Islam. Hal itu Dapat dibaca di kitab “Al-Hawi lil Fatawi” karya Imam Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuthi jilid 2 halaman 178: قال الامام أحمد بن حنبل رضي الله عنه فى كتاب الزهد له : حدثنا هاشم بن القاسم قال: حدثنا الأشجعى عن سفيان قال قال طاوس: ان الموتى يفتنون فى قبورهم سبعا فكانوا يستحبون أن يطعموا عنهم تلك الأيام , قال الحافظ أبو نعيم فى الجنة: حدثنا أبو بكر بن مالك حدثنا عبد الله بن أحمد بن حنبل حدثنا أبى حدثنا هاشم بن القاسم حدثنا الأشجعى عن سفيان قال: قال طاوس: ان الموتى يفتنون فى قبورهم سبعا فكانوا يستحبون أن يطعموا عنهم تلك الأيام Artinya: “Telah berkata Imam Ahmad bin Hanbal RA dalam kitabnya yg menerangkan ttg kitab zuhud: Telah menceritakan kpdku Hasyim bin Qasim sambil berkata: Telah menceritakan kpdku al-Asyja’i dari Sufyan yg berkata: Telah berkata Imam Thawus ('Ulama' besar zaman Tabi’in, wafat sekitar tahun 110 H / 729 M): Sesungguhnya org2 yg meninggal akan mendpt ujian dari Alloh dlm kuburan mereka selama 7 hari. Maka, DISUNNAHKAN bagi mereka yg masih hidup mengadakan JAMUAN MAKAN (sedekah) untuk org2 yg sudah meninggal selama hari2 itu. Telah berkata al-Hafiz Abu Nu’aim dalam kitab Al-Jannah: Telah menceritakan kpdku Abu Bakar bin Malik, telah menceritakan kpdku Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, telah menceritakan kpdku Ubay, telah menceritakan kpdku Hasyim bin al-Qasim, telah menceritakan kpdku al-Asyja’i dari Sufyan yg berkata: Telah berkata Imam Thawus: Sesungguhnya org2 yg meninggal akan mendapat ujian dari Alloh dalam kuburan mereka selama 7 hari. Maka, disunnahkan bagi mereka yang masih hidup mengadakan JAMUAN MAKAN (sedekah) untuk org2 yg sudah meninggal selama hari-hari itu. Di dalam kitab yg sama jilid 2 halaman 194disebutkan: ان سنة الاطعام سبعة أيام بلغنى أنهامستمر الى الأن بمكة و المدينة فالظاهر أنها لم تترك من عهد الصحابة الى الأن و انهم أخذوها خلفا عن سلف الى الصدر الأول Artinya: “Sesungguhnya, KESUNNAHAN memberikan sedekah makanan selama 7 hari merupakan perbuatan yg tetap berlaku sampai sekarang (yaitu masa Imam Suyuthi abad ke-9 H) di Mekkah dan Madinah. Yang jelas kebiasaan tersebut tidak pernah ditinggalkan sejak masa sahabat sampai sekarang, dan tradisi tersebut diambil dari 'Ulama' salaf sejak generasi pertama, yaitu sahabat.” Dapat disimpulkan bhw amalan2 yg sudah biasa&umum dilakukan masyarakat muslim di Indonesia sudah ada landasannya dari kalangan al-salaf ash-sholih( bukan bid’ah madzmumah/dlolaalah) Berikut copy kitab al-Hawi li al-Fatawi halaman 178 :
 


Pada Halaman 194:

Minggu, 23 September 2012

CINTA KEPADA ALLOH SWT ADALAH SEGALA-GALANYA. Bagaimana Hitungan Matematisnya?

========================================== Mohon Maaf & perlu dipahami bahwa ini hanya otak atik mathok saja, tapi tdk ada ruginya untuk direnungi bersama: Jika ABCDEFGHIJKLMNO PQRSTUVWXYZ Disamakan sebagai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Maka, kata KERJA KERAS bernilai : 11 + 5 + 18 + 10 + 1 + 11 + 5 + 18 + 19 + 1 = 99% H-A-R-D-W-O-R-K 8 + 1 + 18 + 4 + 23 + !5 + 18 + 11 = 99% K-N-O-W-L-E-D-G -E 11 + 14 + 15 + 23 + 12 + 5 + 4 + 7 + 5 = 96% A-T-T-I-T-U-D-E 1 + 20 + 20 + 9 + 20 + 21 + 4 + 5 = 100% NB:Bahwa Sikap diri atau ATTITUDE adalah perkara/ hal yg cukup urgen untuk mencapai 100% dalam kesuksesan hidup kita. Jika kita kerja keras sekalipun, atau hanya andalkan ilmu pengetahuan kita/KNOWLEDGE, tapi tidak ada ATTITUDE yang positif/Mulia/Mahmudah/Terpuji di dalam diri kita, kita masih belum mencapai 100%. ------------------------------------------------------------------- namun kalau: LOVE OF GOD 12 + 15 + 22 + 5 + 15 + 6 + 7 + 15 + 4 = 101% ------------------------------------------------------------------ atau, SAYANG ALLAH = 19 + 1 + 25 + 1 + 14 + 7 + 1 + 12 + 12 + 1 + 8=101% ATAU ada yg dgn tulisan : SAYANG ALLOH = 19 + 1 + 25 + 1 + 14 + 7 + 1 + 12 + 12 + 15 + 8 = 115% ------------------------------------------------------------------ Atau SAYANG KEPADA ALLAH =19 + 1 + 25 + 1 + 14 + 7+11 +5 + 16 + 1 +4 +1+1 + 12 + 12 + 1 + 8 = 139% ------------------------------------------------------------------- Atau dgn tulisan SAYANG KEPADA ALLOH=19 + 1 + 25 + 1 + 14 + 7+11 +5 + 16 + 1 +4 +1+1 + 12 + 12 + 15 + 8 = 153%. -------------------------------------------------------------------- Atau kita tulis: CINTA KEPADA ALLOH=3+9+20+1+11 +5 + 16 + 1 +4 +1+1 + 12 + 12 + 15 + 8=119% -------------------------------------------------------------------- ( Artinya Bahwa : CINTA & SAYANG KEPADA ALLAH (ALLOH) AKAN MELAMPAUI DALAM SEGALA HAL DAN SEGALA-GALANYA. Bahwa CINTA DAN KASIH SAYANG ALLOH MELIPUTI SEGALA SESUATU/ SEGALA-GALANYA. Alloh SWT berfirman, yang artinya ”Rahmat (kasih sayang)-Ku meliputi segala sesuatu.” (QS Al-A’raf [7]:156). Dalam surah Al-Fatihah [1], ayat pertama dan ketiga Alloh menautkan sifat Maha Pemurahnya dengan Maha Penyayangnya Ia. "Dengan menyebut nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang [1]. Segala puji bagi Alloh, Tuhan semesta alam [2]. Maha Pengasih lagi Maha Penyayang [3]." ================= NB: ALLOH atau ada yg menulis ALLAH yg dimaksudkan adalah: (اللَّهُ تَعَالَى)

Sabtu, 22 September 2012

Nama Hari Dalam Seminggu Dan Asal Muasalnya

======================= Asal Usul Nama Hari ------------------------------------------------------------------------- Sebagian orang percaya bahwa langit itu berlapis tujuh. Konon hal ini ada kaitannya dengan tujuh benda langit yang memiliki jarak yang berbeda. maksudnya benda yang lebih cepat jaraknya dianggap lebih dekat jaraknya. lalu akan digambarkan seolah-olah benda-benda tersebut berada pada lapisan langit yang berbeda-beda dan mereka mengelilingi bumi yang berada di tengah-tengah. Di langit pertama ada Bulan,benda langit yang bergerak cepat sehingga di anggap paling dekat. langit yang kedua ditempati Merkurius ( bintang Utarid).Venus (bintang kejora) ditempat ketiga. kemudian Matahari di posisi empat. Dilangit kelima adalah Mars (bintang Marikh) langit ke enam adlah Jupiter (bintang musytari) dan yang ketujuh adlah saturnus (bintang Ziarah). inilah keyakinan lama yang menganggap Bumi sebagai pusat semesta. Orang-orang dahulu (khususnya Romawi dan Yunani) juga percaya bahwa ketujuh benda langit itu adalah dewa-dewa yang memengaruhi kehidupan di Bumi. Pengaruh-nya bergantian dari jam ke jam, dengan urutan mulai dari yang terjauh (menurut pengetahuan mereka) yaitu Saturnus, sampai yang terdekat yakni Bulan. Pada jam 00.00, Saturnus-lah yang dianggap berpengaruh pada kehidupan manusia. Karena itu, hari pertama disebut Saturday (hari Saturnus) dalam bahasa Inggris, atau Sabtu dalam bahasa Indonesia. Ternyata, jika kita menghitung hari sampai tahun 1 Masehi, tanggal 1 Januari tahun 1, memang jatuh pada hari Sabtu. Bila diurut selama 24 jam, jam 00.00 berikut-nya jatuh pada Matahari. Jadi-lah hari itu sebagai hari Matahari (Sunday). Setelah Sun’s day adalah Moon’s day (Monday). Hari berikut-nya adalah Tiw’s day (Tuesday). Tiw adalah nama Anglo-Saxon untuk Dewa Mars (dewa perang Romawi kuno). Berikut-nya adalah Woden’s day (Wednesday). Woden adalah nama Anglo-Saxon untuk Dewa Merkurius (dewa perdagangan Romawi kuno). Berikut-nya lagi Thor’s day (Thursday). Thor adalah nama Anglo-Saxon untuk Dewa Jupiter (dewa Petir, raja para dewa Romawi). Terakhir adalah Freyja’s day (Friday). Freyja adalah nama Anglo-Saxon untuk Dewi Venus (dewi kecantikan Rowawi kuno). Jumlah hari yang ada tujuh itu, dalam bahasa Arab, nama-nama hari-nya disebut berdasarkan urutan: satu, dua, tiga, sampai tujuh, yakni ahad, itsnain, tsalatsah, arba’ah, khamsah, sittah, dan sab’ah. Bahasa Indonesia mengikuti penamaan Arab ini, sehingga menjadi Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at, dan Sabtu. Hari keenam disebut secara khusus: Jum’at, sebab itu-lah penamaan yang diberi-kan Allah di dalam Al-Qur’an, yang menunjuk-kan ada-nya kewajiban shalat Jum’at berjamaah. Penamaan Minggu berasal dari bahasa Portugis, Dominggo, yang berarti hari Tuhan. Ini berdasar-kan kepercayaan Kristen bahwa pada hari itu Yesus bangkit. Tetapi, orang Islam tidak mempercayai hal itu (berbeda agama maka beda pula cerita yang dicerita-kan agama masing-masing), sehingga lebih menyukai pemakaian “Ahad” daripada “Minggu”.

Jumat, 21 September 2012

Peribahasa Madura Bermakna Indonesia

-------------------------------------------------------- Peribahasa Madura berikut maknanya dalam bahasa Indonesia: Ajam atellor e berras (ayam bertelur di beras) arti : pejabat yang suka menerima suap Nellor ajam (nelur ayam) arti : luar dan dalamnya tidak sama Ajam tokong menta bunto' (ayam buntung minta ekor) arti : tidak punya harapan lagi Acaca dhuwa' (omong ganda) arti : kalau bicara tidak dapat dipercaya Aeng satestes e sagara (air setetes di lautan) arti : pertolongan orang yang tidak berguna Wa-towa ajam (tua-tua ayam) arti : meski sudah tua tapi masih bagus/cakep Ajaring angen (menjaring angin) arti : kelakuan yang tidak berguna Nemmo angen nyaman (menemukan angin yang nyaman) arti : menerima kabar baik Sorem arena (suram harinya) arti : menghadapi kesusahan Ngakan asella are (makan seadanya hari) arti : sehari makan, sehari tidak Lemmes atena (halus/lemas hatinya) arti : orang penyabar Durin amoso temon (durian bertemu ketimun) arti : tidak sebanding Balibis mole ka rabana (belibis pulang ke sarang) arti : kembali ke tempat asalnya Ta' ka bara' ta' ka temor (tidak ke barat, tidak ketimur) arti : Tidak terbawa arus, tidak mengikuti sekitarnya Sokkor ja' menta bintang so bulan (syukur tidak minta bintang dengan bulan) arti : semua permintaannya terpenuhi Moseng abulu ajam (musang berbulu ayam atau serigala berbulu domba) arti : orang yang munafik, diluar baik, didalam berniat jahat Nemmo buta mate (menemukan raksasa mati) arti : menemukan untung yang sangat besar Cabbi nantang lalap (cabai menantang lalapan) arti : orang yang minta peran lebih dari semestinya Ecoco' dhuri e jalan raja (tertusuk duri di jalan raya) arti : dipermalukan didepan orang banyak Tadha' jagung, obi daddi nase' (tiada jagung, ubi jadi nasi) arti : tiada rotan, akarpun jadi Jila ta' atolang (lidah tak bertulang) arti : gampang mengubah bicara Arompi buluna merrak (memakai rompi bulu merak) arti : diluar nampak kaya, padahal aslinya tidak. Kelihatan bagus tapi sebenarnya jelek. Atobba dibi' (meracun diri sendiri) arti : mencelakai dirinya sendiri Mesken arta sogi ate (miskin harta, kaya hati) arti : meskipun miskin, tapi ringan tangan Apoy eserame mennya' (api tersiram minyak) arti : amarahnya makin menjadi-jadi Semoga sedikit peribahasa Madura ini jadi penambah wawasan. Berat sedikit, yang penting makna didalamnya yang perlu dihayati. Mattor sakalangkong gi. Sumber : Parebasan Madura Tim penyusunan GBPP dan Model Paket Pengajaran Bahasa Madura (1987). --------------------------------------------------------------------------- Peribahasa Madura: "Bengal kathonding takok ka tajam"=Hanya berani gagangnya tapi takut dengan tajamnya celurit(Pemimpin harus berani menghadapi setiap resiko kepemimpinannya. Jangan mau enaknya sj tapi takut menghadapi beban berat di hadapannya). Peribahasa Madura: Tadha aeng agili ka olo(Tidak ada orangtua yang minta ke anaknya/ Watak anak tidaklah berbeda dengan orang tuanya). Peribahasa Madura: Mesken arta sogi ate(Biar miskin harta, tetapi tetap kaya hatinya). Peribahasa Madura: Meltas manjalin(Cara berjalan yang sangat indah). Peribahasa Madura: Konye' gunong{Seadanya (seperti suguhan)' Contoh: Eatore, konye' gunong = Silahkan dimakan, seadanya}. Peribahasa Madura: Dhapor daddi romma(Menggambarkan tentang seseorang yang semula kaya raya, namun kemudian jatuh miskin). Peribahasa Madura: Caca pasaran(Bicara tidak tahu aturan atau kabar burung). Peribahasa Madura: Bibirra nolak, atena mellak(Malu malu kucing atau hanya menolak di bibir saja, tetapi sebenarnya dia mau). Peribahasa Madura: Basa nantowagi bangsa(Bahasa menunjukkan bangsa). Peribahasa Madura: Atembang poteh matah, lebbi bagus poteh tolang(Dari pada malu lebih baik mati ). Peribahasa Madura: Asel ta' adhina asal(Meski kaya tetapi tetap bersahaja dalam bersikap). Peribahasa Madura: Agandhu' kotoran( Mempunyai niat buruk terhadap orang lain, atau dengan kata lain bermanis muka dengan maksud buruk). Peribahasa Madura: Aeng sondeng nandha'agi dalemma lembung(Orang yang pendiam biasanya banyak ilmu).

Serat Darmagandhul dan Ramalan Sabdo Palon

====================== Menelisik Misteri Sabdo Palon Dalam upaya menelisik misteri siapa sejatinya Sabdo Palon. Mengawali dengan mengkaji Serat Darmagandhul dan ramalan SabdoPalon. Di sini tidak akan dipersoalk an siapa yang membuat karya-kary a tersebut untuk tidak menimbulkan banyak perdebatan . Karena penjelasan secara akal penalaran amatlah rumit, namun dengan pendekatan spiritual dapatlah ditarik benang merahnya yang akan membawa kepada satu titik terang. Dan ini akhirnya dapat dirunut secara logika historis. Menarik memang didalam mencari jawab tentang siapakah Sabdo Palon ? Karena kata Sabdo Palon Noyo Genggong sebagai penasehat spiritual PrabuBrawijaya V ( memerintah tahun 1453 – 1478 ) tidak hanya dapat ditemui di dalam Serat Darmagandh ul saja, namun di dalam bait-bait terakhir ramalan Joyoboyo (1135 – 1157) juga telah disebut-se but, yaitu bait 164 dan 173 yang menggambar kan tentang sosok Putra Betara Indra sbb : 164. …; mumpuni sakabehing laku; nugel tanah Jawa kaping pindho; ngerahake jinsetan; kumara prewangan, para lelembut ke bawah perintah saekoproyo kinen ambantu manungso Jawa padha asesanti trisula weda;landhepe triniji suci; bener, jejeg, jujur; kadherekak e Sabdopalon lan Noyogenggo ng. (…; menguasai seluruh ajaran (ngelmu); memotong tanah Jawa kedua kali;mengerahka n jin dan setan; seluruh makhluk halus berada di bawah perintahny a bersatu padumembantu manusia Jawa berpedoman pada trisula weda; tajamnya tritunggal nan suci; benar, lurus, jujur; didampingi Sabdopalon dan Noyogenggo ng) 173. nglurug tanpa bala; yen menang tan ngasorake liyan; parakawula padha suka-suka; marga adiling pangeran wus teka; ratunenyembah kawula; angagem trisula wedha; para pandhita hiya padha muja; hiya iku momongane kaki Sabdopalon ; sing wis adu wirang nanging kondhang; genaha kacetha kanthi njingglang ; nora ana wong ngresula kurang; hiya iku tandane kalabendu wis minger;centi wektu jejering kalamukti; andayani indering jagad raya; padha asung bhekti. (menyerang tanpa pasukan; bila menang tak menghina yang lain; rakyat bersuka ria; karena keadilan YangKuasa telah tiba; raja menyembahrakyat; bersenjata kan trisula wedha; para pendeta juga pada memuja; itulah asuhannya Sabdopalon ; yang sudah menanggung malu tetapi termasyhur ; segalanya tampak terang benderang; tak ada yang mengeluh kekurangan ; itulah tanda zaman kalabendu telah usai; berganti zaman penuh kemuliaan; memperkoko h tatananjagad raya; semuanya menaruh rasa hormat yang tinggi) Serat Darmagandh ul Memahami Serat Darmagandh ul dan karya-kary a leluhur kita dibutuhkan kearifan dan netralitas yang tinggi, karenamengandung nilai kawruh Jawa yang sangat tinggi. Jika belum matang beragama maka akan muncul sentimen terhadap agama lain. Tentu ini tidak kita kehendaki. Tiada maksud lain dari saya kecuali hanya ingin mengungkap fakta dan membedahwarisan leluhur dari pendekatan spiritual dan historis. Dalam serat Dharmagand hul ini saya hanya ingin menyoroti ucapan-uca pan penting pada pertemuan antara Sunan Kalijaga, Prabu Brawijaya dan Sabdo Palon di Blambangan . Pertemuan ini terjadi ketika Sunan Kalijaga mencari dan menemukan Prabu Brawijaya yangtengah lari ke Blambangan untuk meminta bantuan bala tentara dari kerajaan di Bali dan Cina untuk memukul balik serangan putranya, Raden Patah yang telah menghancur kan Majapahit. Namun hal ini bisa dicegah oleh Sunan Kalijaga dan akhirnya Prabu Brawijaya masuk agama Islam. Karena Sabdo Palon tidak bersedia masuk agama Islam atas ajakan Prabu Brawijaya, maka mereka berpisah. Sebelum perpisahan terjadi ada baiknya kita cermati ucapan-uca pan berikut ini : Sabdo Palon : “Padukasampun kêlajêng kêlorob, karsa dados jawan, irib-iriba n, rêmên manut nunut-nunu t, tanpa guna kula êmong, kula wirang dhatêng bumi langit, wirang momong tiyangcabluk, kula badhe pados momongan ingkang mripat satunggal, botên rêmên momong paduka. … Manawi paduka botên pitados, kang kasêbut ing pikêkahJawi, nama Manik Maya, punika kula, ingkang jasa kawah wedang sanginggil ing rêdi rêdi Mahmeru punika sadaya kula, …” (“Paduka sudah terlanjur terperosok , mau jadi orang jawan (kehilanga n jawa-nya), kearab-ara ban, hanyaikut-ikuta n, tidak ada gunanya saya asuh, saya malu kepada bumidan langit, malu mengasuh orang tolol, saya mau mencari asuhan yang bermata satu (memiliki prinsip/aq idah yang kuat), tidak senang mengasuh paduka. … Kalaupaduka tidak percaya, yang disebut dalam ajaran Jawa, nama Manik Maya (Semar) itu saya, yang membuat kawah air panas diatas gunung itu semua adalah saya, …”) Ucapan Sabdo Palon ini menyatakan bahwa dia sangat malu kepada bumi dan langit dengan keputusan Prabu Brawijaya masuk agama Islam. Gambaran ini telah diungkapka n Joyoboyo pada bait 173 yang berbunyi : “…, hiya iku momonganekaki Sabdopalon ; sing wis adu wirang nanging kondhang; …” (“…, itulah asuhannya Sabdopalon ; yang sudah menanggung malu tetapi termasyhur ; …”). Dalam ucapan ini pula Sabdo Palon menegaskan bahwa dirinyalah sebenarnya yang dikatakan dalamkawruh Jawa dengan apa yang dikenal sebagai “Manik Maya” atau “Semar”. “Sabdapalo n maturyen arêp misah, barêng didangu lungane mênyang ngêndi, ature ora lunga, nanging ora manggon ing kono, mung nêtêpi jênênge Sêmar, nglimputi salire wujud, anglela kalingan padhang. …..” (“ Sabdo Palon menyatakan akan berpisah, begitu ditanya perginya kemana, jawabnya tidak pergi, akan tetapi tidak bertempat di situ, hanya menetapkan namanya Semar, yang meliputi segala wujud, membuatnya samar. …..”) Sekali lagi dalam ucapan ini Sabdo Palon menegaskan bahwa dirinyalah yang bernama Semar. Bagi orang Jawa yang berpegang pada kawruh Jawa pastilah memahami tentang apa dan bagaimana Semar. Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa Semar adalah merupakan utusan gaib Gusti Kang Murbeng Dumadi (Tuhan Yang Maha Kuasa) untuk melaksanak an tugas agar manusia selalu menyembah dan bertaqwa kepada Tuhan, selalu bersyukur dan eling serta berjalan pada jalan kebaikan. Sebelum manusia mengenal agama,keberadaan Semar telah ada di muka bumi. Beliau mendapat tugaskhusus dari Gusti Kang Murbeng Dumadi untuk menjaga dan memelihara bumi Nusantara khususnya, dan jagad raya pada umumnya. Perhatikan ungkapan Sabdo Palon berikut ini : Sabdapalon ature sêndhu: “Kula niki Ratu Dhang Hyang sing rumêksa tanah Jawa. Sintên ingkang jumênêng Nata, dados momongan kula. Wiwit saking lêluhur paduka rumiyin, Sang WikuManumanasa , Sakutrêm lan Bambang Sakri, run-tumuru n ngantos dumugi sapriki, kula momong pikukuh lajêr Jawi, ….. ….., dumugi sapriki umur-kula sampun 2.000 langkung 3 taun, momong lajêr Jawi, botên wontên ingkang ewah agamanipun , …..” (Sabdo Palon berkata sedih: “Hamba ini Ratu Dhang Hyang yang menjaga tanah Jawa. Siapa yang bertahta,menjadi asuhan hamba. Mulai dari leluhur paduka dahulu, Sang Wiku Manumanasa , Sakutrem dan Bambang Sakri, turun temurun sampai sekarang, hamba mengasuh keturunan raja-raja Jawa, ….. ….., sampai sekarang ini usia hamba sudah 2.000 lebih 3 tahun dalam mengasuh raja-raja Jawa, tidak ada yang berubah agamanya, …..”) Ungkapan di atas menyatakan bahwa Sabdo Palon (Semar) telah ada di bumi Nusantara ini bahkan 525 tahun sebelum masehi jika dihitung dari berakhirny a kekuasaan Prabu Brawijaya pada tahun 1478. Saat ini di tahun 2007, berarti usia Sabdo Palon telah mencapai 2.532 tahun. Setidaknya perhitunga n usia tersebut dapat memberikan gambaran kepada kita, walaupun angka-angk a yang menunjuk masa di dalam wasiat leluhur sangat toleransif sifatnya. Di kalangan spirituali s Jawa pada umumnya, keberadaan Semar diyakini berupa “suara tanpa rupa”. Namun secara khusus bagi yang memahami lebih dalam lagi, keberadaan Semar diyakini dengan istilah “mencolo putro, mencolo putri”, artinya dapat mewujud dan menyamar sebagai manusia biasa dalam wujud berlainan di setiap masa. Namun dalam perwujudan nya sebagai manusia tetap mencirikan karakter Semar sebagai sosok “Begawan atau Pandhita”. Hal ini dapat dipahami karena dalam kawruh Jawa dikenal adanya konsep “menitis” dan “Cokro Manggiling an”. Dari apa yang telah disinggung di atas, kita telah sedikit memahami bahwa Sabdo Palon sebagai pembimbing spiritual Prabu Brawijaya merupakan sosok Semar yang nyata. Menurut Sabdo Palon dalam ungkapanny a dikatakan : “…, paduka punapa kêkilapan dhatêng nama kula Sabdapalon ? Sabda têgêsipun pamuwus, Palon: pikukuh kandhang. Naya têgêsipunulat, Genggong: langgêng botên ewah. Dados wicantên-k ula punika, kenging kangge pikêkah ulat pasêmoning tanah Jawi, langgêng salaminipu n.” (“…, apakah paduka lupa terhadap nama saya Sabdo Palon? Sabda artinya kata-kata, Palon adalah kayu pengancing kandang, Naya artinya pandangan, Genggong artinya langgeng tidak berubah. Jadi ucapan hamba itu berlaku sebagai pedoman hidup di tanah Jawa, langgeng selamanya. ”) Seperti halnya Semar telah banyak dikenal sebagai pamomongsejati yang selalu mengingatk an bilamana yang di”emong”n ya salah jalan, salah berpikir atau salah dalam perbuatan, terlebih apabila melanggar ketentuan- ketentuan Tuhan Yang Maha Esa. Semar selalu memberikan piwulangny a untuk bagaimana berbudi pekerti luhur selagi hidup di dunia fana ini sebagai bekal untuk perjalanan panjang berikutnya nanti. Jadi Semar merupakan pamomong yang “tut wuri handayani” , menjadi tempat bertanya karena pengetahua n dan kemampuann ya sangat luas, serta memiliki sifat yang bijaksanadan rendah hati juga waskitho (ngerti sakdurunge winarah). Semua yang disabdakan Semar tidak pernah berupa “perintah untuk melakukan” tetapi lebih kepada “bagaimana sebaiknya melakukan” . Semua keputusan yang akan diambil diserahkan semuanya kepada “tuan”nya. Semar atau Kaki Semar sendiri memiliki 110 nama, diantarany a adalah Ki Sabdopalon , Sang HyangIsmoyo, Ki Bodronoyo, dan lain-lain. Di dalam Serat Darmogandh ul diceritaka n episodeperpisahan antara Sabdo Palon dengan Prabu Brawijaya karena perbedaan prinsip. Sebelum berpisah Sabdo Palon menyatakan kekecewaan nya dengan sabda-sabd a yang mengandung prediksi tentang sosok masa depan yang diharapkan nya. Berikut ungkapan-u ngkapan itu : “….. Paduka yêktos, manawi sampun santun agami Islam, nilar agami Buddha, turun paduka tamtu apês, Jawi kantun jawan, Jawinipun ical, rêmên nunut bangsa sanes. Benjing tamtu dipunprent ah dening tiyang Jawi ingkang mangrêti.” (“….. Paduka perlu faham, jika sudah berganti agama Islam, meninggalk an agamaBudha, keturunan Paduka akan celaka, Jawi (orang Jawa yang memahami kawruh Jawa) tinggal Jawan (kehilanga n jati diri jawa-nya), Jawi-nya hilang, suka ikut-ikuta n bangsa lain. Suatu saat tentu akan dipimpin oleh orang Jawa (Jawi) yang mengerti.” “….. Sang Prabu diaturi ngyêktosi, ing besuk yen ana wong Jawa ajênêng tuwa, agêgaman kawruh, iya iku sing diêmong Sabdapalon , wong jawanarêp diwulang wêruha marang bênêr luput.” (“….. Sang Prabu diminta memahami, suatu saat nanti kalau ada orang Jawa menggunaka n nama tua (sepuh), berpegang pada kawruh Jawa, yaitulah yang diasuh oleh Sabda Palon, orang Jawan (yang telah kehilangan Jawa-nya) akan diajarkan agar bisa melihat benar salahnya.” ) Dari dua ungkapan di atas Sabdo Palon mengingatk an Prabu Brawijaya bahwa suatu ketika nanti akan ada orang Jawayang memahami kawruh Jawa (tiyang Jawi) yang akan memimpinbumi nusantara ini. Juga dikatakan bahwa ada saat nanti datang orang Jawa asuhan SabdoPalon yang memakai nama sepuh/tua (bisa jadi “mbah”, “aki”,ataupun “eyang”) yang memegang teguh kawruh Jawa akan mengajarka n dan memaparkan kebenaran dan kesalahan dari peristiwa yang terjadi saat itu dan akibat-aki batnya dalam waktu berjalan. Hal ini menyiratka n adanya dua sosok di dalam ungkapan Sabdo Palon tersebut yang merupakan sabda prediksi di masa mendatang, yaitu pemimpin yang diharapkan dan pembimbing spiritual (seorang pandhita). Ibarat Arjuna dan Semar atau juga Prabu Parikesit dan BegawanAbhiyasa. Lebih lanjut diceritaka n: “Sang Prabu karsane arêp ngrangkul Sabdapalon lan Nayagenggo ng, nanging wong loro mau banjur musna. Sang Prabu ngungun sarta nênggak waspa, wusana banjur ngandika marang Sunan Kalijaga: “Ing besuknagara Blambangan salina jênêng nagara Banyuwangi , dadiya têngêr Sabdapalon ênggone bali marang tanah Jawa anggawa momongane. Dene samêngko Sabdapalon isih nglimput aneng tanah sabrang.” (“Sang Prabu berkeingin an merangkul Sabdo Palon dan Nayagenggo ng, namun orang dua itu kemudian raib. SangPrabu heran dan bingung kemudian berkata kepada Sunan Kalijaga : “Gantilah nama Blambangan menjadi Banyuwangi , jadikan ini sebagai tanda kembalinya Sabda Palon di tanah Jawa membawa asuhannya. Sekarang ini Sabdo Palon masih berkelana di tanah seberang.” ) Dari kalimat ini jelas menandakan bahwa Sabdo Palon dan Prabu Brawijaya berpisah di tempat yang sekarang bernama Banyuwangi . Tanah seberang yang dimaksud tidak lain tidak bukan adalah Pulau Bali. Untuk mengetahui lebih lanjut guna menguak misteri ini, ada baiknya kita kaji sedikit tentang Ramalan Sabdo Palon berikut ini. Ramalan Sabdo Palon Karena Sabdo Palon tidak berkenan berganti agama Islam, maka dalam naskah RamalanSabdo Palon ini diungkapka n sabdanya sbb : 3. Sabda Palon matur sugal, “Yen kawula boten arsi, Ngrasuka agama Islam, Wit kula puniki yekti, Ratuning Dang Hyang Jawi, Momong marang anakputu, Sagung kang para Nata, Kang jurneneng Tanah Jawi, Wus pinasthi sayekti kula pisahan. (Sabda Palon menjawab kasar: “Hamba tak mau masuk Islam SangPrabu, sebab saya ini raja serta pembesar Dang Hyang se tanah Jawa. Saya ini yang membantu anak cucu serta para raja di tanah jawa. Sudah digaris kita harus berpisah.) 4. Klawan Padukasang Nata, Wangsul maring sunya ruri, Mung kula matur petungna, Ing benjang sakpungkur mami, Yenwus prapta kang wanci, Jangkep gangsal atus tahun, Wit ing dintenpunika, Kula gantos kang agami, Gama Buda kula sebar tanah Jawa. (Berpisah dengan Sang Prabu kembali ke asal mula saya. Namun Sang Prabu kami mohon dicatat. Kelak setelah 500 tahun saya akan mengganti agama Budha lagi (maksudnya Kawruh Budi), saya sebar seluruh tanah Jawa.) 5. Sinten tan purun nganggeya, Yekti kula rusak sami,Sun sajekken putu kula, Berkasakan rupi-rupi, Dereng legakang ati, Yen durung lebur atempur, Kula damel pratandha, Pratandha tembayan mami, Hardi Merapi yen wus njeblug mili lahar. (Bila ada yang tidak mau memakai,akan saya hancurkan. Menjadi makanan jin setan dan lain-lainn ya. Belum legalah hati saya bila belum saya hancur leburkan. Sayaakan membuat tanda akan datangnya kata-kata saya ini. Bilakelak Gunung Merapi meletus dan memuntahka n laharnya.) 6. Ngidul ngilen purugira, Ngganda banger ingkang warih, Nggih punika medalkula, Wus nyebar agama budi, Merapi janji mami, Anggereng jagad satuhu, Karsaniren g Jawata, Sadaya gilir gumanti, Boten kenging kalamunta kaowahan. (Lahar tersebut mengalir ke Barat Daya. Baunya tidak sedap. Itulah pertanda kalausaya datang. Sudah mulai menyebarka n agama Buda (Kawruh Budi). Kelak Merapi akan bergelegar . Itu sudah menjadi takdir Hyang Widi bahwa segalanya harus bergantian . Tidak dapat bila diubah lagi.) 7. Sanget-san geting sangsara, Kangtuwuh ing tanah Jawi, Sinengkala n tahunira, Lawon Sapta Ngesthi Aji, Upami nyabrang kali, Praptengtengah-ten gahipun, Kaline banjir bandhang, Jerone ngelebne jalmi, Kathah sirna manungsa prapteng pralaya. (Kelak waktunya paling sengsara di tanah Jawa ini pada tahun: Lawon Sapta Ngesthi Aji. Umpama seorang menyeberan g sungai sudah datang di tengah-ten gah. Tiba-tiba sungainya banjir besar, dalamnya menghanyut kan manusia sehinggabanyak yang meninggal dunia.) 8. Bebaya ingkang tumeka, Warata sa Tanah Jawi, Ginawe kang paring gesang, Tan kenging dipun singgahi, Wit ing donya puniki, Wonten ing sakwasanip un, Sedaya pra Jawata, Kinarya amertandha ni, Jagad iki yekti anakang akarya. (Bahaya yang mendatangi tersebar seluruh tanah Jawa. Itu sudah kehendak Tuhan tidak mungkin disingkiri lagi.Sebab dunia ini ada ditanganNy a. Hal tersebut sebagai bukti bahwa sebenarnya dunia ini ada yang membuatnya .) awas-merap i.jpgDari bait-bait di atas dapatlahkita memahami bahwa Sabdo Palon menyatakan berpisah dengan Prabu Brawijaya kembali ke asal mulanya. Perlu kita tahu bahwa Semar adalah wujud manusia biasa titisan dewa Sang Hyang Ismoyo. Jadi ketika itu Sabdo Palon berencana untuk kembali ke asal mulanya adalah alam kahyangan (alam dewa-dewa) , kembali sebagai wujud dewa, Sang Hyang Ismoyo. Lamanya pergi selama 500 tahun. Dan kemudian Sabdo Palon menyatakan janjinya akan datangkembali di bumi tanah Jawa (tataran nusantara) dengan tanda-tand a tertentu. Diungkapka nnya tanda utama itu adalah muntahnya lahar gunung Merapi ke arah barat daya. Baunya tidak sedap. Dan juga kemudian diikuti bencana-be ncana lainnya. Itulah tanda Sabdo Palon telah datang. Dalam dunia pewayangan keadaan ini dilambangk an dengan judul: “Semar Ngejawanta h”. Mari kita renungkan sesaat tentang kejadian muntahnya lahar gunungMerapi tahun lalu dimana untuk pertama kalinya ditetapkan tingkat statusnya menjadi yang tertinggi : “Awas Merapi”. Saat kejadian malam itu lahar merapi keluar bergerak ke arah “Barat Daya”. Pada hari itu tanggal 13 Mei 2006 adalah malam bulan purnama bertepatan dengan Hari Raya Waisyak (Budha) dan Hari Raya Kuningan (Hindu). Secara hakekat nama “Sabdo Palon Noyo Genggong” adalah simbol dua satuan yang menyatu, yaitu : Hindu – Budha (Syiwa Budha). Di dalam Islam dua satuan ini dilambangk an dengan dua kalimatSyahadat. Apabila angka tanggal, bulan dan tahun dijumlahka n, maka : 1 3 5 2 6 = 17 ( 1 7 = 8 ). Angka 17 kita kenal merupakan angka keramat. 17 merupakan jumlah raka’at sholat lima waktu di dalam syari’at Islam. 17 juga merupakan lambang hakekat dari “bumi sap pitu” dan “langit sap pitu” yang berasal dariYang Satu, Allah SWT. Sedangkan angka 8 merupakan lambang delapan penjuru mata angin. Di Bali hal ini dilambangk an dengan apa yang kita kenal dengan “Sad Kahyangan Jagad”. Artinya dalam kejadian ini delapan kekuatan dewa-dewa menyatu, menyambut dan menghantar kan Sang Hyang Ismoyo (Sabdo Palon) untuk turunke bumi. Di dalam kawruh Jawa, Sang Hyang Ismoyo adalah sosok dewa yang dihormati oleh seluruh dewa-dewa. Dan gunung Merapi disini melambangk an hakekat tempat atau sarana turunnya dewa ke bumi (menitis). SIAPA SEJATINYA “SABDO PALON NOYO GENGGONG” ? Setelah kita membaca dan memahami secara keseluruha n wasiat-was iat leluhur Nusantara yang ada di blog ini, maka telah sampai saatnya saya akan mengulas sesuai dengan pemahaman saya tentang siapa sejatinya Sabdo Palon Noyo Genggong itu. Dari penuturan bapak Tri Budi Marhaen Darmawan, saya mendapatka n jawaban : “Sabdo Palon adalah seorang ponokawan Prabu Brawijaya, penasehat spiritual dan pandhita sakti kerajaan Majapahit. Dari penelusura n secara spiritual, Sabdo Palon itu sejatinya adalah beliau : Dang Hyang Nirartha/ MpuDwijendra/ Pedanda Sakti Wawu Rawuh/ Tuan Semeru yang akhirnya moksa di Pura Uluwatu.” (merinding juga saya mendengar nama ini) Dari referensi yang sayadapatkan, Dang Hyang Nirartha adalah anak dari Dang Hyang Asmaranath a, dan cucu dari Mpu Tantular atau Dang Hyang Angsokanat ha (penyusun KakawinSutasoma dimana di dalamnya tercantum “Bhinneka Tunggal Ika”). Danghyang Nirartha adalah seorang pendeta Budha yang kemudian beralih menjadi pendetaSyiwa. Beliau juga diberi nama MpuDwijendra dan dijuluki Pedanda Sakti Wawu Rawuh, beliau juga dikenal sebagai seorang sastrawan. Dalam Dwijendra Tattwa dikisahkan sebagai berikut: “Pada Masa Kerajaan Majapahit di Jawa Timur, tersebutla h seorang Bhagawan yang bernamaDang Hyang Dwi Jendra. Beliau dihormati atas pengabdian yang sangat tinggi terhadap raja dan rakyat melalui ajaran-aja ran spiritual, peningkata n kemakmuran dan menanggula ngi masalah-ma salah kehidupan. Beliaudikenal dalam menyebarka n ajaran Agama Hindu dengan nama “Dharma Yatra”. Di Lombok Beliau disebut “Tuan Semeru” atau gurudari Semeru, nama sebuah gunungdi Jawa Timur.” Dengan kemampuan supranatur al dan mata bathinnya, beliau melihat benih-beni h keruntuhan kerajaan Hindu di tanah Jawa. Maksud hati hendak melerai pihak-piha k yang bertikai, akan tetapi tidak mampumelawan kehendak Sang Pencipta,ditandai dengan berbagai bencanaalam yang ditengarai turut ambil kontribusi dalam runtuhnya kerajaan Majapahit (salah satunya adalah bencana alam “Pagununga n Anyar”). Akhirnya beliau mendapat petunjuk untuk hijrah ke sebuah pulau yang masihdi bawah kekuasaan Majapahit, yaitu Pulau Bali. Sebelum pergi ke Pulau Bali, Dang Hyang Nirartha hijrah ke Daha (Kediri), lalu ke Pasuruan dan kemudian ke Blambangan . Beliau pertama kali tiba di Pulau Bali dari Blambangan sekitar tahun caka 1411 atau 1489 M ketika Kerajaan Bali Dwipadipimpin oleh Dalem Waturenggo ng. Beliau mend`pat wahyu di Purancak, Jembrana bahwa di Baliperlu dikembangk an paham Tripurusa yakni pemujaan Hyang Widhi dalam manifestas i-Nya sebagai Siwa, Sadha Siwa, dan Parama Siwa. Dang Hyang Nirarta dijuluki pula Pedanda Sakti Wawu Rawuh karena beliau mempunyai kemampuan supra natural yang membuat Dalem Waturenggo ng sangat kagum sehingga beliau diangkat menjadi Bhagawanta (pendeta kerajaan). Ketika itu BaliDwipa mencapai jaman keemasan, karena semua bidang kehidupan rakyat ditata dengan baik. Hak dan kewajiban para bangsawan diatur, hukum dan peradilan adat/agama ditegakkan , prasasti-p rasasti yang memuat silsilah leluhur tiap-tiap soroh/klan disusun. Awig-awig Desa Adat pekraman dibuat, organisasi subak ditumbuh-k embangkan dankegiatan keagamaan ditingkatk an. Selain itu beliau juga mendorong penciptaan karya-kary a sastra yang bermutu tinggi dalam bentuk tulisan lontar, kidung atau kekawin. Pura-pura untuk memujabeliau di tempat mana beliau pernah bermukim membimbing umat adalah : Purancak, Rambut siwi, Pakendunga n, Ulu watu, Bukit Gong, Bukit Payung, Sakenan, Air Jeruk, Tugu, Tengkulak, Gowa Lawah, Ponjok Batu, Suranadi (Lombok), Pangajenga n, Masceti, Peti Tenget, Amertasari , Melanting, Pulaki, Bukcabe, Dalem Gandamayu, Pucak Tedung, dan lain-lain. Akhirnya Dang Hyang Nirartha menghilang gaib (moksa) di Pura Uluwatu. (Moksa = bersatunya atman dengan Brahman/Sa ng Hyang Widhi Wasa, meninggal dunia tanpa meninggalk an jasad). Setelah mengungkap kan bahwa Sabdo Palon sejatinya adalah Dang Hyang Nirartha, lalu bapak Tri Budi Marhaen Darmawan memberikan kepada saya 10 (sepuluh) pesan dari beliau Dang Hyang Nirartha sbb: 1.Tuwi ada ucaping haji, utama ngwangun tlaga, satus reka saliunnya, kasor ento utamannya, ring sang ngangun yadnya pisan, kasor buin yadnyane satus, baan suputra satunggal. ( bait 5 ) Ada sebenarnya ucapan ilmu pengetahua n, utama orang yang membangun telaga, banyaknya seratus, kalah keutamaann ya itu,oleh orang yang melakukan korban suci sekali, korban suci yang seratus ini, kalah oleh anak baik seorang. 2. Bapa mituduhin cening, tingkahe menadi pyanak, eda bani ring kawitan, sang sampun kaucap garwa, telu ne maadan garwa, guru reka, guru prabhu, guru tapak tui timpalnya. ( bait 6 ) Ayahnda memberitah umu anakku, tata cara menjadi anak, jangan durhaka pada leluhur, orang yang disebut guru, tiga banyaknya yang disebut guru, guru reka, guru prabhu, dan guru tapak (yang mengajar) itu. 3. Melah pelapanin mamunyi, ring ida dane samian, wangsane tong kaletehan, tong ada ngupet manemah, melah alepe majalan, batise twara katanjung, bacin tuara bakat ingsak. ( bait 8 ) Lebih baik hati-hati dalam berbicara, kepada semua orang, tak akan ternoda keturunann ya,tak ada yang akan mencaci maki, lebih baik hati-hati dalam berjalan,sebab kaki tak akan tersandung ,dan tidak akan menginjak kotoran. 4. Uli jani jwa kardinin, ajak dadwa nah gawenang, patut tingkahe buatang, tingkahe mangelah mata, gunannya anggonmalihat, mamedasin ane patut, da jua ulah malihat. ( bait 10 ) Mulai sekarang lakukan, lakukanlah berdua, patut utamakan tingkah laku yang benar, seperti menggunaka n mata, gunanya untuk melihat, memperhati kan tingkah laku yang benar, jangan hanya sekedar melihat. 5. Tingkahe mangelah kuping, tuah anggon maningehan g, ningehang raose melah, resepang pejang di manah, da pati dingeh-din gehang,kranannya mangelah cunguh, anggon ngadek twah gunanya. ( bait 11 ) Kegunaan punya telinga,sebenarnya untuk mendengar, mendengar kata-kata yang benar, camkan dan simpan dalam hati, jangan semua hal didengarka n. 6. Nanging da pati adekin, mangulah maan madiman, patutang jua agrasayang , apang bisa jwa ningkahang , gunan bibih twah mangucap, de mangucap pati kacuh, ne patut jwa ucapang.( bait 12 ) Jangan segalanya dicium, sok baru dapat mencium, baik-baikl ah caranya merasakan, agar bisa melaksanak annya, kegunaan mulut untuk berbicara, jangan berbicara sembaranga n, hal yang benar hendaknya diucapkan. 7. Ngelah lima da ja gudip, apikin jua nyemakang, apang patute bakatang, wyadin batise tindakang, yatnain twah nyalanang, eda jwa mangulah laku, katanjung bena nahanang. ( bait 13 ) Memiliki tangan jangan usil, hati-hati menggunaka n, agarselalu mendapat kebenaran, begitu pula dalam melangkahk an kaki, hati-hatil ah melangkahk annya, bila kesandung pasti kita yang menahan (menderita ) nya. 8. Awake patut gawenin, apang manggih karahaywan , da maren ngertiang awak, waluya matetandur an, tingkahe ngardinin awak, yen anteng twi manandur, joh pare twara mupuang. ( bait 14 ) Kebenaran hendaknya diperbuat, agar menemukan keselamata n, jangan henti-hent inya berbuat baik, ibaratnya bagai bercocok tanam, tata cara dalam bertingkah laku, kalau rajin menanam, tak mungkintidak akan berhasil. 9. Tingkah ne melah pilihin, buka anake ka pasar, maidep matetumbas an, masih ya nu mamilihin, twara nyakmeli ne rusak, twah ne melah tumbas ipun, patuh ring ma mwatang tingkah. ( bait 15 ) Pilihlah perbuatan yang baik, seperti orang ke pasar, bermaksud hendak berbelanja , juga masih memilih, tidak mau membeli yang rusak, pasti yang baik dibelinya, sama halnya dengan memilih tingkah laku. 10. Tingkah ne melah pilihin, da manganggoa ng tingkah rusak, saluire kaucap rusak, wantah nista ya ajinnya, buine tong kanggoang anak, kija aba tuara laku, keto cening sujatinnya . ( bait 16 ) Pilihlah tingkah laku yangbaik, jangan mau memakai tingkahlaku yang jahat, betul-betu l hina nilainya, ditambah lagi tiada disukai masyarakat , kemanapun di bawa tak akan laku, begitulah sebenarnya anakku. Akhirnya bapak Tri Budi Marhaen Darmawan mengungkap kan bahwa dengan penelusura n secara spiritual dapatlah disimpulka n : “Jadi yang dikatakan “Putra Betara Indra” oleh Joyoboyo, “Budak Angon” oleh Prabu Siliwangi, dan “Satrio Pinandhito Sinisihan Wahyu” oleh Ronggowars ito itu, tidak lain dan tidak bukan adalah Sabdo Palon, yang sejatinya adalah Dang HyangNirartha/ Mpu Dwijendra/ PedandaSakti Wawu Rawuh/ Tuan Semeru. Pertanyaan nya sekarang adalah: Ada dimanakah beliau saat ini kalau dari tanda-tand a yang telah terjadi dikatakan bahwa Sabdo Palon telah datang ? Tentusaja sangat tidak etis untuk menjawab persoalan ini. Sangat sensitif… Ini adalah wilayah para kasepuhan suci, waskitho, ma’rifatdan mukasyafah saja yang dapat menjumpai dan membuktika n kebenarann ya. Dimensi spiritual sangatlah pelik dan rumit. Tidak perlu banyak perdebatan , karenaSabdo Palon yang telah menitis kepada “seseorang ” itu yang jelas memiliki karakter 7 (tujuh) satrio seperti yang telah diungkapka n oleh R.Ng. Ronggowars ito, dan juga memiliki karakter Putra Betara Indra seperti yang diungkapka n oleh Joyoboyo. Secara fisik “seseorang ” itu ditandai dengan memegang sepasang pusaka Pengayom Nusantara hasil karya beliau DangHyang Nirartha.” WALLOHU A'LAM BISSHOWAB.

FILOSOFI GARENG ....."anak Gandarwa/Gondoruwo"

================================================================= Wayang ...... Gareng dan makna filosofisnya ================================================== GARENG ................. anak Gandarwa (sebangsa jin) yang diambil anak angkat pertama oleh Semar. Nama lain gareng adalah : Pancalpamor ( artinya menolak godaan duniawi ) Pegatwaja ( artinya gigi sebagai perlambang bahwa Gareng tidak suka makan makanan yang enak-enak yang memboroskan dan mengundang penyakit. Nala Gareng (artinya hati yang kering, kering dari kemakmuran, sehingga ia senantiasa berbuat baik). Gareng adalah punakawan kedua setelah Semar. ciri fisik Gareng : Mata juling................ artinya tidak mau melihat hal-hal yang mengundang kejahatan/ tidak baik. Tangan ceko (melengkung) ................... artinya tidak mau mengambil/ merampas hak orang lain. Sikil gejik (seperti pincang) ................... artinya selalu penuh kewaspadaan dalam segala perilaku. Gareng senang bercanda, setia kepada tuannya, dan gemar menolong. Dalam pengembaraannya pernah menjadi raja bernama Prabu Pandu Bergola di kerajaan Parang Gumiwang. Ia sakti mandraguna, semua raja ditaklukkannya. Tetapi ia ingin mencoba kerajaan Amarta ( tempat ia mengabdi ketika menjadi punakawan).Semua satria pandawapun dikalahkannya. Sementara itu Semar, Petruk dan Bagong sangat kebingungan karena kepergian Gareng. Untunglah Pandawa mempunyai penasehat yang ulung, yaitu Prabu Kresna. Ia menyarankan kepada Semar, jika ia ingin bertemu dengan Gareng relakanlah Petruk untuk untuk menghadapi Pandu Bergola. Semar tanggap dengan ucapan Krena, sedangkan hati Petruk menjadi ciut nyalinya. Petruk berfikir Semua raja juga termasuk Pandawa saja dikalahkan Pandu Bergola, apa jadinya kalau dia yang menghadapinya. Melihat kegamangan Petruk, Semar mendekat dan membisikkan sesuatu kepadanya. Setelah itu petruk menjadi semangat dan girang, kemudian ia berangkat menghadapi Pandu Bergola. Saat Pandu Bergola sudah berhadapan dengan Petruk, ia selalu membelakangi ( tidak mau bertatap muka), jika terpaksa bertatap muka ia selalu menunduk. Tetapi Petruk senantiasa mendesak untuk bertanding. Akhirnya terjadilah perang tanding yang sangat ramai, penuh kelucuan dan juga kesaktian. Saat pergumulan terjadi Pandu Bergola berubah wujud menjadi Gareng. Tetapi Petruk belum menyadarinya. Pergumulan terus berlanjut ........ sampai pada akhirnya Semar memisahkan keduanya. Begitu tahu wujud asli Pandu Bergola ...... Petruk memeluk erat-erat kakaknya (Gareng) dengan penuh girang. semua keluarga Pandawa ikut bersuka cita karena abdinya telah kembali. Gareng ditanya oleh Kresna, mengapa melakukan seperti itu. ia menjawab bahwa dia ingin mengingatkan tuan-tuannya (Pandawa), jangan lupa karena sudah makmur sehingga kurang/ hilang kehati-hatian serta kewaspadaannya. Bagaimana jadinya kalau negara diserang musuh dengan tiba-tiba? negara akan hancur dan rakyat menderita. Maka sebelum semua itu terjadi Gareng mengingatkan pada rajanya. Pandawa merasa gembira dan beruntung punya abdi seperti Gareng. Makna yang terkandung dalam kisah Gareng adalah : Jangan menilai seseorang dari wujud fisiknya. Budi itu terletak di hati, watak tidak tampak pada wujud fisik tetapi pada tingkah dan perilaku. Belum tentu fisiknya cacat hatinya jahat. Manusia wajib saling mengingatkan. Jangan suka merampas hak orang lain. Cintailah saudaramu dengan setulus hati. Kalau bertindah harus dengan penuh perhitungan dan hati-hati.

DUNIA WAYANG

============== Wayang ============= Ketika anda berada di Jawa, anda akan segera melihat berbagai wayang kulit dengan berbagai bentuk dan warna-warni. Pajangan wayang terlihat dibanyak tempat, di bandara, hotel, toko, pasar, rumah penduduk bahkan di istana. Di cerita kuno Ramayana dan Mahabarata kita kenali banyak tokoh wayang. Pagelaran wayang kulit klasik sampai saat ini tetap merupakan hiburan unggulan dikalangan orang Jawa. Pertunjukan wayang diadakan semalam suntuk mulai dari jam 09.00 malam sampai jam 05.00 pagi. Diperlukan kurang lebih 8 jam untuk menggelar sebuah cerita wayang baik dari Ramayana maupun Mahabarata. Orang mengenal dengan akrab tokoh-tokoh wayang Ramayana seperti : Rama, Sinta, Laksmana, Rahwana, Kumbakarna, Anoman, Sugriwa, Indrajit dll. Dari Mahabarata yang kondang antara lain : Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa, Duryuduna, Kresna, Durna, Sengkuni, Karna, Drupadi, Srikandi, Antareja, Gatotkaca, Antasena dll. Tokoh dewa yang terkenal antaralain :Betara Guru, Narada, Brama, Wisnu, Surya dsb.Ponokawan yang dikenal akrab adalah Semar dan ketiga anaknya yaitu : Gareng, Petruk dan Bagong. Dalam setiap pertunjukan wayang,dari waktu ke waktu Ki Dalang memainkan wayang Gunungan . Gunungan penting artinya dalam pertunjukan wayang kulit karena gunungan merupakan symbol dari daya hidup dari Sang Pencipta. Gunungan dimainkan pada waktu dimulainya dan diakhirinya pagelaran. Juga dimainkan pada waktu pergantian setiap adegan, juga dipergunakan untuk menggambarkan gunung, angin, laut, awan dan rintangan besar. Wayang adalah warisan budaya kuno milik orang Jawa yang sampai saat ini tetap popular dan sangat mempengaruhi kehidupan panggung seni. Menurut para ilmuwan dan ahli sejarah, wayang telah ada di Jawa sebelum datangnya pengaruh Hindu. Cerita Ramayana dan Mahabarata yang dipentaskan disini adalah menurut versi Jawa. Banyak orang yang percaya bahwa kejadian dalam wayang sebenarnya adalah kejadian di Jawa dan dengan pelaku orang- orang Jawa.Sejak masa pemerintahan Ratu Sri Maha Panggung ( Raden Jaka Pakukuhan) di abad keempat di karaton Jawadwipa di Gunung Gede, dimulailah pergelaran wayang dengan cerita Ramayana dan Mahabarata versi Jawa.Ratu Airlangga dari Jawa Timur di abad ke 11 mengembangkan lebih lanjut seni budaya wayang. ------------------------------------ Wayang dengan lakon Sri Mulih. ==================================== Selain cerita Ramayana dan Mahabarata, ada juga cerita asli lokal dengan lakon Sri Mulih artinya Dewi Sri pulang . Pertunjukan wayang dengan lakon Sri Mulih diadakan oleh penduduk desa dalam acara ritual tradisional setelah panen raya setahun sekali. Para petani merasa bersyukur atas hasil panen padi dan hasil bumi yang lain yang melimpah , mereka berterima kasih kepada Dewi Sri, dewi padi dalam acara tradisional Bersih Desa. ---------------------------------------- Pagelaran Wayang Kulit. ========================================== pertunjukan wayang kulit akan berjalan lancar dan baik, bila ada ; 1.Penanggap wayang. baik perorangan maupun institusi yang mau menanggap wayang ( Sing Nanggap dalam bahasa Jawa). 2.Dalang. yang mendalang dan memimpin pagelaran. 3.Panggung wayang lengkap dengan kelirnya yang disinari oleh lampu blencong ( lampu minyak) dan digantungkan diatas tempat duduk dalang; wayang-wayang yang ditata rapi; gamelan dan para penabuhnya termasuk para pesinden.( Beberapa orang menyaksikan pertunjukan dari belakang kelir, mereka melihat bayangan/ wayang, itulah asal mula penggunaan kata wayang. Sedangkan penonton yang lain melihat dari depan kelir/layar). 4.Sebelum pagelaran, dalang telah diberi tahu oleh penanggap judul cerita yang dipilih. 5.Tidak lupa sesaji yang disiapkan, yang hakikatnya adalah merupakan permohonan kepada Gusti, Tuhan agar pertunjukan berjalan lancar dan selamat, demikian pula dalang dan anak buahnya dan juga para penonton.

Makna Filosofi Semar

==================================================================== Filosofi Semar badranaya ============================ Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranaya..Bebadra = Membangun sarana dari dasar Naya = Nayaka = Utusan mangrasul.Artinya : Mengemban sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia.. Javanologi : Semar = Haseming samar-samar. Harafiah : Sang Penuntun Makna Kehidupan.Semar tidak lelaki dan bukan perempuan, tangan kanannya keatas dan tangan kirinya kebelakang.Maknanya : “Sebagai pribadi tokoh semar hendak mengatakan simbul Sang Maha Tunggal”. Sedang tangan kirinya bermakna “berserah total dan mutlak serta sekaligus simbol keilmuan yang netral namun simpatik”. Domisili semar adalah sebagai lurah karangdempel / (karang = gersang) dempel = keteguhan jiwa. Rambut semar “kuncung” (jarwadasa/pribahasa jawa kuno) maknanya hendak mengatakan : akuning sang kuncung = sebagai kepribadian pelayan.Semar sebagai pelayan mengejawantah melayani umat, tanpa pamrih, untuk melaksanakan ibadah amaliah sesuai dengan sabda Ilahi.Semar barjalan menghadap keatas maknanya : “dalam perjalanan anak manusia perwujudannya ia memberikan teladan agar selalu memandang keatas (sang Khaliq ) yang maha pengasih serta penyayang umat”. Kain semar Parangkusumorojo : : perwujudan Dewonggowantah (untuk menuntun manusia) agar memayuhayuning bawono : menegakan keadilan dan kebenaran di bumi.Ciri sosok semar adalah ~ Semar berkuncung seperti kanak kanak,namun juga berwajah sangat tua ~ Semar tertawannya selalu diakhiri nada tangisan ~ Semar berwajah mata menangis namun mulutnya tertawa. ~ Semar berprofil berdiri sekaligus jongkok ~ Semar tak pernah menyuruh namun memberikan konsekwensi atas nasehatnya Kebudayaan Jawa telah melahirkan religi dalam wujud kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, yaitu adanya wujud tokoh wayang Semar , jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, Budha dan Islam di tanah Jawa. Dikalangan spiritual Jawa ,Tokoh wayang Semar ternyata dipandang bukan sebagai fakta historis, tetapi lebih bersifat mitologi dan symbolis tentang KeEsa-an, yaitu: Suatu lambang dari pengejawantahan expresi, persepsi dan pengertian tentang Illahi yang menunjukkan pada kasampurnaning pati .Didalam sebuah kaligrafi jawa disebutkan : Bojo sira arsa mardi kamardikan, ajwa samar sumingkiring dur-kamurkan Mardika artinya “merdekanya jiwa dan sukma”, maksudnya dalam keadaan tidak dijajah oleh hawa nafsu dan keduniawian, agar dalam menuju kematian sempurna tak ternodai oleh dosa. Manusia jawa yang sejati dalam membersihkan jiwa (ora kebanda ing kadonyan, ora samar marang bisane sirna durka murkamu) artinya : “dalam menguji budi pekerti secara sungguh-sungguh akan dapat mengendalikan dan mengarahkan hawa nafsu menjadisuatu kekuatan menuju kesempurnaan hidup”. Dikalangan spiritual Jawa ,Tokoh wayang Semar ternyata dipandang bukan sebagai fakta historis, tetapi lebih bersifat mitologi dan symbolis tentang KeEsa-an, yaitu: Suatu lambang dari pengejawantahan expresi, persepsi dan pengertian tentang Illahi yang menunjukkan pada konsepsi spiritual . Pengertian ini tidak lain hanyalah sebagai suatu bukti yang sangat kuat bahwa orang Jawa sejak jaman prasejarah adalah bangsa yang Religius dan ber KeTuhan-an yang Maha Esa.Konon Kaki Semar adalah Kakek moyang yang pertama dan digambarkan sebagai perwujudan dari orang Jawa yg pertama. Karena mendapat “tugas khusus” dari Gusti Kang Murbeng Dumadi (Tuhan YME), maka Kaki Semar memiliki kemungkinan untuk terus hadir dgn keberadaan pada setiapsaat, kepada siapa saja dan kapan saja menurut apa yg dikehendaki. Semar menganjurkan Manusia memohon dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Esa dengan ”Eling lan Percoyo, Sumarah lan seumeleh lan mituhu” kepada Tuhan Yang Maha Esa. *.Sumarah : Berserah, Pasrah, Percaya kepada Tuhan Yang MahaEsa. Dengan sumarah , manusia di harapkan percaya dan yakin akan kasih sayang dan kekuasaan Gusti Kang Murbeng Dumadi, Bahwa DIA lah yang mengatur dan akan memberikan kebaikan dalam kehidupan kita. Keyakinan bahwa apabila kita menghadapai gelombang kehidupan maka Allah akan memberikan jalan keluar yang terbaik bagi kita. bah gelombang kehidupan adalah ujianuntuk sebuah perjalanan spiritualitas *.Sumeleh : artinya Patuh dan Bersandar kepada Allah Yang Maha Esa . Manusia sebagai hambahanya lah berusaha dan keberhasilannya tergantung Kuasa Tuhan yang maha Esa, maka dengan sumeleh ini manusia di harapkan tak mudah putus asa dan teguh dalam usahanya . Bekerja tanpa memikirkan hasilnya.. semua kembali kepadaNYA.. *.Mituhu : artinya patuh taat dandisiplin. patuh dan mentaati setiap laranganNYA dan disiplin dalam mengaji DIRI dan mengaji RASA.. Satu ciri Khas Tokoh Punakawan.. yang sampai saat ini tidak akan lenyap. punakawan yang selalu lucu dan nyeleneh.. Dan petuah Beliau.. Semar.. Kaki Semar.. Sang Hyang Ismaya.. Eyang Ismaya yang paling sering di ungkapkan kepada cucunya para pejalan spiritual yang ditemaninya adalah OJO DUMEH.. OJO GUMUNAN.. ELING LAN WASPADA.. Bekti Marang GUSTI ALLAH.. GUSTI KANG MURBENG MURDADI..Ojo Dumeh, Ojo Gumunan, Eling lan Waspodo merupakan satu kesatuan yang merupakan satu kesatuan yang dipahami secara utuh, sehingga manusia di harapkan menjadi Pasrah dan Yakin Kepada Kekuasaan Tuhan serta menjadi bijaksana, sederhana dan hati hati.Manusia menjadi “Bisa Merasa.”Bukan ”Merasa Bisa.” (OJO RUMONGSO BISO NING BISO'O RUMONGSO).

ZAMAN EDAN OLEH RONGGOWARSITO

================================== Zaman Edan OLEH Ranggawarsita : (Amenangi zaman edan=Mengalami zaman edan); (Ewuh aya ing pambudi=Serba sulit menentukan perilaku); (Melu edan nora tahan=Mau ikutan berbuat gila, tak sampai hati); (Yen tan melu anglakoni=Kalau tak ikutan); (Boya keduman=milik Tidak kebagian rejeki/uang/harta); (Kaliren wekasanipun=Jadinya kelaparan); (Dilalah karsa Allah=Sudah menjadi kehendak Tuhan); (Begja-begajne kang lali, luwih begja kang eling lan waspada=Seberapapun untung yang didapat oleh orang yang lagi lupa,masih lebih bahagia orang yang sadar dan waspada). ========================================================== Melecehkan kebenaran. ====================== Ada zaman yang menyedihkan bagi orang baik-baik, ketika kebenaran dan orang baik-baik dilecehkan, seperti pada ungkapan ini : Wong bener thenger-thenger, Wong salah bungah-bungah, Wong apik ditampik-tampik. Artinya : Orang benar jadi susah, Orang salah malahan senang hidupnya, Orang baik tidak diterima bahkan diusir. Dhandhang diunekake kuntul, kuntul diunekake dhandhang. Yang jahat dibilang baik, yang baik dikatakan jahat. Ini merupakan gambaran keadaan yang rancu, dimana nilai-nilai moral kejangkitan penyakit. --------------------------------------------------- Sindiran kepada orang tak bermutu. Ada saja orang tak bermutu dizaman apapun, orang-orang yang berlagak sok pintar. Contohnya : Kakehan gludhug kurang udan. ============================ Kebanyakan guntur, hujannya sedikit. Artinya kebanyakan ngomong, yang benar sedikit. Kegedhen endhas kurang uteg. Kebesaran kepala, otaknya kurang. ================================== Alihan gung. =============== Lagaknya kaya orang gedean, bodoh merasa pintar. Merak kecancang. Bergaya anggun bak burung merak. Malang kadhak. Berjalan gaya kesana kemari seperti itik. Ini adalah gambaran orang yang mendem drajad, pangkat lan semat. Orang yang mabuk kekuasaan, kedudukan, pangkat dan kekayaan materi. Murang kara adalah orang yang berperilaku tidak baik seperti koruptor, manipulator, pemeras,yang menyalah gunakan kedudukan untuk mencari uang yang tidak halal. ----------------------- Micakake wong melek. Orang yang tidak malu atas perbuatannya yang tidak baik, diaanggap semua orang itu buta, tidak tahu akan perbuatannya yang tercela seperti menggerogoti uang negara, memeras dsb. ======================== Mungal mungil adalah orang yang tak punya pendirian. ========================== Ngalem legine gulo Memuji. ========================== manisnya gula. Dengan menyanjung orang kaya/berpangkat mengharapkan diberi sesuatu. Ngantuk nemu kethuk. Ini gambaran orang malas, tanpa bekerja dapat rejeki. Anjabung alus Menipu. dengan cara halus. Keplok ora tombok. Orang yang mencela orang lain dan tidak membantu. Ilang jarake, kari jaile Hilang sudah sifat baik, yang ada hanya iri dan dengki. Tingkah laku orang-orang dinegeri kacau. ========================================== Pada sebuah negeri yang tatanannya lagi kacau, diingatkan: Waspada, ada orang atau kelompok yang tidak terpuji perilakunya, seperti : Ambondhan tanpo ratu Tidak menghormati tatanan/peraturan, ulahnya mengacau. Ngalasake negoro.. Negara dianggap hutan, berbuat seenaknya sendiri. ======================= Mampang mumpung Berbuat semaunya sendiri. Alesus gumeter Sengaja menyebarkan berita yang mengacau. ==================== Sawat ambalang kayu. Dinegeri yang tatanannya baru sakit, ada saja peramal yang senangnya mengeluarkan ramalan-ramalan, meski kebanyakan ramalannya tidak benar. ========================= Setan nggowo ting. ================== Setan yang berkeliaran membawa lentera, artinya ada orang yang berkeliaran kesana kesini untuk menghasut dan berbuat jahat. Caca upa Berbuat jahat supaya terjadi permusuhan, lalu menyediakan racunnya – Raja wisuna . Bahni maya pramana Melakukan kampanye busuk ( black campaign ) sambil mencerca dan memaki lawannya. ============================== Arep jamure, emoh watange. =========================== Pemalas, maunya hidup enak,tetapi tidak mau bekerja keras. ===================== Gecul kumpul. Kumpulan para penjahat. Hadigang Munculnya para pemimpin yang merasa kuat. Hadigung Merasa besar dan kuasa. Hadiguna Merasa pandai. Sementara itu , banyak anak buahnya, pejabat dibawahnya yang tindakannya tidak punya malu : Rai gedheg. Mereka suka memeras kawula yang kebanyakan juga hidup susah, sampai kawula tak punya apa-apa, diibaratkan seperti : Pitik trondhol dibubuti .-Ayam yang bulunya jarang, masih juga dibubuti bulunya hingga plonthos ,habis semua bulunya.

FILSAFAT ORANG JAWA:Sluku-sluku bathok. Bathoke ela-elo. Si Rama menyang Solo.....

================================= Sluku-sluku bathok. Bathoke ela-elo. Si Rama menyang Solo. Oleh-olehe payung mutho. Mak jenthit lolo lo bah. Yen mati ora obah Yen obah medeni bocah,Yen urip golekko dhuwit. ================================= Sluku-sluku bathok: Hidup – tidak boleh dihabiskan hanya untuk bekerja. Waktunya istirahat ya istirahat, untuk menjaga jiwa dan raga agar selalu dalam kondisi seimbang.Bathok (kepala) kita perlu beristirahat untuk memaksimalkan kemampuannya. Kalo diforsir terus menerus bisa aus, stress&macet daya pikirnya. =================================== Bathoke ela-elo> dengan cara berdzikir (ela-elo=Laa Ilaaha Ilallah), mengingat Allah akan mengendurkan syaraf neuron di otak“ Ingatlah, hanya mengingat Allah hati menjadi tentram”, Sebab itu ingatlah Aku, niscaya Aku ingat (pula) kepada kamu dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku” (al-Baqarah). =================================== Si Rama menyang Solo> siram (mandilah, bersuci) menyang(menuju) Solo (Sholat). Lalu bersuci dan dirikanlah sholat. Manfaat shalat apabila kita kaji lebih dalam, sangat luar biasa dan canggih dibandingkan dengan yoga. Sayang sekali jarang sebagian manusia mencari apa keistimewaan sholat, apalagi yang mempelajari manajemen yang terkandung dalam bacaan shalat. Coba kita pikirkan, kenapa manajemen yang terkandung dalam shalat sangatlah canggih?Doa Iftitah, yang kita ucapkan lima kali sehari, sebetulnya sama dengan dengan mission statement kalau kita belajar manajemen strategi. Misi hidup yang manalagi yang lebih canggih dibandingkan denganhanya mendapatkan keridhaan Allah, tidak musyrik dan menjalankan perbuatan islami?Al Fatihah, yang diucapkan minimal 17 kali sehari, merupa-kan objective statement. Tujuan hidup yang mana lagi yang lebih canggih dibandingkan dengan hidup di jalan yang lurus, yaitu jalan kebaikan seperti yang diperoleh para nabi dan rasul? Ini baru sebagian kecil dari manfaat sholat, Masih teramat banyak untuk disebutkan. Belum lagi hikmah2 yg lain yg sangat banyak dll. ====================================== Oleh-olehe payung mutho> yang sholat akan mendapatkan perlindungan (payung) dari Allah, Tuhan kita. Kalo Allah sudah melindungi, tak ada satupun di dunia ini yang kuasa menyakiti kita, tak satupun.Karena kekuasaan Allah mutlak,( ayat kursi ). Di dalam Ayat lain disebutkan,“ Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal” (al-maa’idah:11). Dan masih banyak keterangan yang terdapat dalam dalil naqli. ====================================== Mak jenthit lolo lo bah> kematian itu datangnya tiba-tiba,tak ada yang tahu. Tak bisa dimajukan atau dimundurkan walau sesaat,“ Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenarnya. Demikianlah yang kamu tidak dapat melarikan diri daripadanya”,Sehingga saat kita hidup, kita harus senantiasa bersiap dan waspada. Selalu mengumpulkan amal kebaikan sebagai bekal untuk dibawa mati. ====================================== Yen obah medeni bocah> Saat kematian datang, semua sudah terlambat. Kesempatan beramal hilang. Banyak ingin minta dihidupkan tapi Allah tidak mengijinkan. Jika mayat hidup lagi maka bentuknya menakutkan dan mudharat-nya akan lebih besar. Bahkan dengan istilah Reinkarnasi pun tidak akan mungkin terjadi.“ Hingga apabila kematian datang kepada salah satu diantara meraka (orang kafir), dia berkata,” Ya Tuhanku kembalikanlah aku”. Permohonan dilanjutkan,“ supaya aku dapat beramal saleh terhadap sesuatu yang kutinggalkan sebelumnya” ,Tetapi Allah memberikan jawaban tegas,“ sekali-kali tidak, sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. =================================== Yen urip golekko dhuwit> Kesempatan terbaik untuk berkarya dan beramal adalah saat ini. Saat masih hidup. Pengin kaya, pengin membantu orang lain, pengin membahagiakan orangtua: sekaranglah saatnya. Ketika uang dan harta benda masih bisa menyumbang bagi tegaknya agama Allah. Sebelum terlambat, sebelum segala pintu kesempatan tertutup. Salah satu Hadits menyebutkan,“ Bekerjalah kamu untuk duniamu seakan-akan kamuakan hidup selamanya, dan beribadahlah kamu seakan-akan angkau akan mati besok”.” Katakanlah, sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam”

Peribahasa Jawa

==================== Peribahasa jawa =================== Tembung entar (kata kiasan) kata yang artinya gak sewajarnya dawa tangane : suka mencuri . Jembar nalare : pemaaf . Landhep nalarae : pintar . Cekak budine :mudah marah. Adus luh: nangis. Peteng jagade: susah. Gede endhase: sombong. Perih atine: nelangsa. Dawa ususe: penyabar. Lunyu ilate: plin plan. Mogel ilate: suka makan enak. Alus budine : rendah diri. Panas atine : emosi Paribasan (peribahasa) nyolong pethek = nggak cocok dgn apa ygdi harapkan. kepara kepere = tdk adil (berbagi). criwis cawis= banyak bicara tp cekatan dlm bekerja. keplok ora tombok = merasakan kesenangan tanpa keluar biaya. yitna yuwana,lena kena = yg hati2 akanselamat,yg ceroboh akan celaka. busuk ketekuk,pinter keblinger = yg pintar dan yg bodoh sama2 celaka. jalukan ora wewehan = mau minta tp tak mau memberi. welas tanpa alis= karena saking dermawannya jd sengsara sendiri (derma yg berlebihan tanpa mengukur kemampuan sendiri). kerot tanpa untu = kemauan banyak tapi tdk punya kekuatan. anakpolah bapa kepradah = orang tua yg slalu menuruti keinginan sang anak. Nabok nyilih tangan = menyuruh orang untuk mencelakai orang laen. suduk gunting tatu loro =mendapat kesedihan rangkap. ora ganja ora unus = orangnya jelek,kelakuannya jg jelek. nututi layangan pedhot =berusaha mengembalikan situasi yg sudah semrawut. idu di dilatmaneh = mengingkari janji sendiri. ngubak ubak banyu bening = membuat keonaran di tmpt yg damai. mban cindhe,mban siladan = pilih kasih (nggak adil). dudu berase di tempurake = memberi komentar tp di luar permasalan yg sedang di bahas. adol lenga kari busike = yg membagi justru gak kebagian jatah. ora mambu enthong irus= tidak kelihatan kalau bersaudara.

Selasa, 18 September 2012

Peribahasa Arab yang ada kesamaan sustansi dengan peribahasa Indonesia

============================================================ Diantara Peribahasa Arab yang ada kesamaan sustansi dengan peribahasa Indonesia: قبل الرماء تملأ الكنائن (sebelum memanah, isi dulu tempat anak panah). Hal ini sama dengan ungkapan bahasa Indonesia yang berbunyi: "Sedia payung sebelum hujan". Meskipun terdapat perbedaan lafadz dan kata-kata dalam kedua peribahasa tersebut, namun, keduanya mengandung persamaan maksud, yaitu: "siapkan segala sesuatu sebelum beraktivitas". Orang Arab menggunakan kata tempat anak panah dan memanah, karena dipengaruhi oleh budaya mereka yang memiliki tradisi berperang pada zaman dahulu dengan menggunakan alat tersebut. Sedangkan dalam bahasa Indonesia digunakan kata hukan dan payung. Karena di Indonesia sering hujan. إذا دخلت قرية فاحلف بإلاهها (jika kamu memasuki suatu kampung, maka bersumpahlah atas nama Tuhannya) Maksud dari amtsâl tersebut adalah Sebagian manusia lebih mengutamakan mencari muka pada orang lain dan menyetujui apa yang mereka perbuat meskipun mereka tidak yakin akan kebenarannya, karena mereka mengetahui bahwa menentang adat tersebut akan membinasakan dan menyusahkan diri mereka sendiri. Dengan kata lain, seseorang hendaknya menyetujui dan mengikuti (adat yang berlaku) selama ia belum mampu mengubah hal-hal yang tidak ia setujui. Masal tersebut memiliki persamaan dengan peribahasa Indonesia yang memiliki kandungan makna yang sama, meskipun diucapkan dengan lafaz yang berbeda yaitu: Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Dan Hidup di kandung adat, mati di kandung tanah, yaitu segala sesuatu harus kita kerjakan sesuai dengan adat istiadat yang berlaku. لكل صارم نبوة ولكل جواد كبوة ولكل عالم هفوة (tiap pedang yang tajam bisa meleset, tiap kuda bisa tergelincir dan tiap yang berilmu bisa salah) Masal ini mengandung makna bahwa sepintar-pintarnya seseorang ia pasti pernah melakukan kesalahan atau kekhilafan. Dalam bahasa Indonesia terdapat salah satu peribahasa yang memiliki persamaan makna dengan masal ini yaitu sepandai-pandai tupai melompat, jatuh juga". Dengan demikian masal tersebut dilontarkan pada seseorang yang mengalami keadaan seperti ini. ترى الفتيان كالنخل وما يدريك ما الدخل (Engkau melihat para pemuda seperti pohon kurma, dan apakah yang engkau ketahui di dalamnya?) peribahasa ini diucapkan ketika kita tertipu oleh penglihatan dan pandangan yang menipu, karena di sekitar kita akan kita temukan pemandangan yang mengelabui dan hanya sebagai fatamorgana. Dan peribahasa Indonesia yang memiliki makna yang sama adalah: "Dalam laut boleh diduga, dalam hati siapa yang tahu" إنه لأشبه به من التمرة بالتمرة (Sesungguhnya ia benar-benar lebih menyerupainya dari pada buah kurma serupa dengan buah kurma) Peribahasa ini menyerupakan dua hal atau benda yang sangat serupa atau mirip. Adapun dalam bahasa Indonesia kita mengenal sebuah peribahasa yang memiliki persamaan makna dengan masal tersebut yaitu "bagaikan pinang di belah dua" غيري يأكل الدجاج وأنا أقح في السياج maksud dari amtsâl tersebut adalah berusaha sekuat tenaga, namun orang lain yang menikmati hasilnya. Hal ini sesuai dengan peribahasa Indonesia, "Mengairi sawah orang lain". بلغ الحزام الطبيين Makna peribahasa tersebut adalah kesusahan seseorang yang sudah mencapai puncaknya. Peribahasa Indonesia "bagai makan kerawat atau tali". التمرة والجمرة Peribahasa tersebut berarti "Kurma dan bara api". Maksud dari peribahasa Arab tersebut adalah memilih menuntaskan persoalaan dengan cara perdamaian . Dan makna ini sesuai dengan peribahasa Indonesia yang berbunyi "Habis beralur maka beralu-alu" ثاطة مدت بماء Arti peribahasa tersebut adalah Lumpur bacin dibantu air. Dan maknanya adalah kejahatan diberi jalan oleh kejahatan. Dan makna tersebut sesuai dengan makna peribahasa Indonesia yang berbunyi "Adakah Buaya menolak bangkai" الجحش لما فاتك الأعيار Artinya anak keledai saja kalau sudah kehilangan keledai. Maknanya sama dengan peribahasa Indonesia yang berbunyi "Tak ada Rotan akarpun jadi"makna keduanya adalah mencari pengganti dari sesuatu yang tidak ada. إن الحديد بالحديد يفلح Artinya besi hanya dapat diputus dengan besi pula. Maknanya melawan orang harus sebanding kekuatannya. Maknya sama dengan peribahasa Indonesia yang berbunyi "Anjing Galak, Babi berani" من حفر حفرة وقع فيها Maknanya adalah perbuatan jahat pasti akan mengenai dirinya sendiri. Dan makna terebut sesuai dengan peribahasa Indonesia yang berbunyi "Senjata makan tuan" الخروف يتقلب على الصوف Maknanya adalah orang yang serba kecukupan, maknanya sesuai dengan peribahasa Indonesia yaitu "Tampuk Masih bergetah" هل يرتجي مطر بغير سحاب Maknanya adalah seseorang yang sangat sulit diharapkan bantuannya. Dan makna ini terdapat dalam peribahasa Indonesia yang berbunyi "Menengadah ke Langit hijau" من الشوكة تخرج الوردة Maknanya adalah kebahagiaan yang tidak akan mudah didapatkan karena harus melewati usaha-usaha sulit dan menyusahkan(Dimualai dari banyak duri tajam, akan dpt memetik bunga mawar yg harum). Sesuai dengan peribahasa Indonesia yang berbunyi "Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian"

Senin, 17 September 2012

TIGA BELAS PERIBAHASA ARAB

إِنَّ العِلْمَ عَزِيزٌ، إِذَا أَعْطَيْتَهُ كُلَّكَ أَعْطَاكَ بَعْضَهُ وَ إِذَا أَعْطَيْتَهُ بَعْضَكَ لَمْ يَعْطِيكَ شَيْئاً Sesungguhnya ilmu itu mulia. Jika kamu menyerahkan seluruh usahamu kepadanya, ia akan menyerahkan sebahagian dirinya kepadamu. Dan jika kamu hanya menyerahkan sedikit sahaja usahamu kepadanya, ia tidak akan menyerahkan dirinya langsung kepadamu مَدَّ رَجُلَيْكَ عَلَى قَدَّ لحافكَ Lunjurkanlah kakimu sebatas yang mampu ditutupi selimutmu (yakni belanja sekadar keperluan) القَرْدُ فِي عَيْنِ أُمِّهِ غَزَالٌ Seekor monyet adalah seekor gozal (sejenis rusa kecil/kidang) di mata ibunya Gozal adalah haiwan yang cantik pada pandangan orang Arab النَّاسُ عَلَى دِينِ مُلُوكِهِمْ Biasanya Rakyat memeluk Agama sesuai dengan agama rajanya سَيِّدُ القَوْمِ خَادِمُهُمْ Ketua/Pemimpin sesuatu kaum adalah orang suruhan/pelayan mereka إِذَا كَانَ صَاحِبُكَ عَسْلاً لاَ تَلْحِسْهُ كُلَّهُ Jika temanmu adalah madu, jangan jilat dia semuanya الشَّكَوَى سِلاَحُ الضُّعَفَاءِ Aduan adalah senjata orang lemah مَنْ جَدَّ وَجَدَ siapa yang berusaha keras/banting tulang, dia akan mendapat hasilnya/sukses مَنْ زَرَعَ حَصَدَ Siapa yang menanam, dia akan menuai hasilnya الوَقْتُ كَالسَّيْفِ Masa itu bagaikan pedang الجَارُ قَبْلَ الدَّارِ Pilihlah jiran dahulu sebelum memilih rumah/tempat tinggal/ tempat/kediaman العَقْلُ السَّلِيمُ فِي الجِسْمِ السَّلِيمِ Akal yang sihat berada pada badan yang sihat pula هِمَّةُ الرِّجَالِ تَهْدِمُ الجِبَالِ Kemahuan kuat lelaki dapat meruntuhkan gunung

SEBELAS MUTIARA KATA PERIBAHASA BAHASA ARAB

=========================================== SEBELAS MUTIARA KATA PERIBAHASA BAHASA ARAB =========================================== (1) يَأْتِيْكَ كُلُّ غَدٍ بِمَا فِيْهِ “Hari esok akan mendatangimu dengan segala sesuatu yang ada padanya” Keterangan: Masa yang akan datang sudah pasti akan datang, walaupun tak diundang. Dia akan datang dengan membawa segala sesuatu yang ada padanya. Sesuatu itu bisa jadi positif tapi dapat pula negatif. Karena itu, bersiap-siaplah untuk menghadapinya. Berusaha dengan selalu disertai bertawakkal kepada Allah SWT adalah cara terbaik untuk menghindari kemungkinan terburuk. Setidaknya kita tidak akan kehilangan suatu harapan ketika kegagalan menimpa. (2) يَأْتِيْكَ بِاْلأَخْبَارِ مَنْ لَمْ تُزَوِّدْ “Seseorang yang tidak kau bekali akan datang membawa berita” Keterangan: Berita yang kurang berfaidah akan datang tanpa perlu dicari. Ketidakfaidahan sesuatu itu akan selalu menghampiri kepada siapapun, tinggal bagaimana orang tersebut menyikapinya. (3) كُلُّ آتٍ قَرِيْبٌ “Setiap yang datang itu dekat” Keterangan: Ada istilah bahwa menunggu adalah pekerjaan yang membosankan. Kebosanan itu biasanya amat dekat dengan kegelisahan, dan kegelisahan begitu dekat dengan keluh kesah. Namun, setiap yang akan datang pasti akan mendekat dan menjadi dekat, karena itu jika memang sesuatu yang akan datang itu terpercaya pasti akan datang, hanya masalahnya mau tidak kita bersabar. (4) ذَاكَ أَحَدُ ْالأَحَدَيْنِ “Itu satu-satunya dua benda yang nomor satu” Keterangan: Ungkapan yang digunakan untuk menyatakan bahwa benda yang dibicarakan samasekali tiada duanya. (5) قَدْ يُؤْخَذُ اْلجَارُ بِذَنْبِ اْلجَارِ “Tetangga terkadang dihukum karena dosa tetangganya sendiri” Keterangan: Penanggungan resiko dari suatu perbuatan terkadang bukan karena kita melakukan perbuatan itu, tetapi karena perbuatan sahabat kita atau orang lain. (6) خُذْ مِنَ الدَّهْرِ مَا صَفَا وَمِنَ اْلعَيْشِ مَا كَفَى “Ambillah sesuatu yang bersih saja dari suatu masa dan secukupnya saja dari penghidupan” Keterangan: Hendaklah kita setiap mengkais sesuatu dengan cara yang halal dan secukupnya saja. Hal ini supaya kita dapat hidup dengan sehat dan tentram. (7) آخِ اْلأَكْفَاءَ وَدَاهِنِ اْلأَعْدَاءَ ”Persaudarailah kawan dan minyakilah lawan” Keterangan: Pereratlah tali hubungan persaudaraan teman seperjuangan. Bersikap dan berperilakulah dengan keluhuran budi pekerti dan kejujuran kepada musuh. Karena hal itu dapat mengubah kondisi lawan menjadi kawan. (8) خُذْ مَا طَفَّ لَكَ “Ambillah mana yang lebih dekat padamu” Keterangan: Kerjakanlah atau ambillah sesuatu yang kita anggap mampu atau cocok dan maksimalkanlah! (9) لاَ تُؤَخِّرْ عَمَلَ اْليَوْمِ لِغَدٍ “Janganlah mengakhirkan pekerjaan hari ini sampai hari esok” Keterangan: Jangan suka menangguhkan suatu pekerjaan yang sekiranya dapat diselesaikan hari ini. (10) أَخُوْكَ مَنْ صَدَقَكَ “Saudaramu adalah orang yang berkata benar padamu” Keterangan: Saudara itu akan mengatakan segala sesuatu dengan jujur, yang benar dikatakan benar dan yang salah juga dikatakan salah. Sedangkan orang yang selalu memuji dan menyanjung kita biasanya ada maunya, cari perhatian dan setelah target sudah terkena perhatiannya maka dia bersiap-siap merongrong kita. (11) أَخُوْكَ مَنْ وَاسَاكَ بِنَشَبٍ لاَ مَنْ وَاسَاكَ بِنَسَبٍ ”Saudaramu adalah orang yang menolongmu dengan kepedualian, bukan yang menunjuk-nunjukkan bahwa ia sebasab” Keterangan: Bukti saudara bukan sekedar pada adanya hubungan nasab semata tetapi yang lebih penting adalah kepedulian terhadap saudara.

100 (Seratus) MUTIARA UCAPAN PERIBAHASA BAHASA ARAB

======================================= Mutiara Kata Bahasa Arab dan Artinya : 1. من جدّ وجد Barang siapa bersungguh-sungguh, maka dia akan mendapatkan (kesuksesan) 2. من سار على الدرب وصل Barang siapa berjalan pada jalannya, maka dia akan sampai (pada tujuannya) 3. من صبر ظفر Barang siapa yang bersabar, maka dia akan beruntung 4. من قلّ صدقه قلّ صديقه Barang siapa yang sedikit kejujurannya, sedikit pulalah temannya 5. جالس أهل الصدق والوفاء Bergaulah dengan orang yang jujur dan menepati janji 6. مودّة الصديق تظهر وقت الضيق Kecintaan seorang teman itu, akan tampak pada waktu kesempitan 7. ومااللذّة إلا بعد التعب Tidak ada kenikmatan kecuali setelah kepayahan 8. الصبر يعين على كلّ عمل Kesabaran itu akan menolong segala pekerjaan 9. جرّب ولاحظ تكن عارفا Cobalah dan perhatikanlah, niscaya kau jadi orang yang tahu 10. اطلب العلم من المهد إلى اللحد Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang kubur 11. بيضة اليوم خير من دجاجة الغد Telur hari ini lebih baik daripada ayam esok hari 12. الوقت أثمن من الذّهب Waktu itu lebih berharga daripada emas 13. العقل السليم في الجسم السليم Akal yang sehat itu terletak pada badan yang sehat 14. خير جليس في الزمان كتاب Sebaik-baik teman duduk pada setiap waktu adalah buku 15. من يزرع يحصد Barang siapa yang menanam pasti akan memetik (mengetam) 16. خير الأصحاب من يدلّك على الخير Sebaik-baik teman itu ialah yang menunjukkan kamu kepada kebaikan 17. لولا العلم لكان الناس كالبهائم Kalaulah tidak karena ilmu niscaya manusia itu seperti binatang 18. العلم في الصغر كالنقش على الحجر Belajar diwaktu kecil itu, bagaikan mengukir di atas batu 19. لن ترجع الأيّام التي مضت Tidak akan pernah kembali lagi hari-hari yang telah berlalu 20. تعلمنّ صغيرا واعمل به كبيرا Belajarlah di waktu kecil dan beramalah dengannya di waktu besar 21. العلم بلا عمل كالشجر بلا ثمر Ilmu tanpa amal/praktek bagaikan pohon yang tidak berbuah 22. الاتّحاد أساس النجاح Persatuan adalah pangkal keberhasilan 23. لا تحتقر مسكينا وكن له معينا Jangan engkau menghina orang miskin dan jadilah penolong baginya 24. الشرف بالأدب لا بالنسب Kemuliaan itu karena adab kesopanan (budi pekerti) bukan karena keturunan 25. سلامة الإنسان في حفظ اللسان Keselamatan manusia itu terdapat dalam penjagaan lidahnya (perkataannya) 26. آداب المرء خير من ذهبه Adab seseorang itu lebih baik (lebih berharga) daripada emasnya (kekayaannya) 27. سوء الخلق يعدى Budi pekerti/akhlaq yang buruk itu menular 28. آفة العلم النسيان Bencananya ilmu adalah lupa 29. إذا صدق العزم وضح السبيل Jika ada kemauan yang sungguh-sungguh, pasti terbukalah jalannya 30. لا تحتقر من دونك فلكلّ شيئ مزيّة Jangan menghina seseorang yang lebih rendah daripada kamu, karena setiap orang mempunyai kelebihan 31. أصلح نفسك يصلح لك الناس Perbaikilah dirimu sendiri, niscaya orang-orang lain akan baik padamu 32. فكّر قبل أن تعزم Berpikirlah dahulu sebelum kamu berbuat. 33. من عرف بعد السفر استعدّ Barang siapa yang tahu jauhnya sebuah perjalanan, hendaklah dia bersiap-siap 34. من حفر حفرة وقع فيها Barang siapa yang menggali lobang, maka akan terperosoklah ia di dalamnya 35. عدوّ عاقل خير من صديق جاهل Musuh yang pandai itu lebih baik daripada sahabat yang bodoh 36. من كثر إحسانه كثر إخوانه Barang siapa banyak perbuatan baiknya, maka banyak pulalah temannya 37. اجهد ولا تكسل ولا تك غافلا فالندامة العقبى لمن يتكاسل Bersungguh-sungguhlah, jangan bermalas-malasan dan jangan pula lengah, karena penyesalan itu resiko bagi orang yang bermalas-malasan 38. لا تؤخّر عملك إلى الغد ما تقدر أن تعمله اليوم Janganlah menunda pekerjaanmu hingga esok hari, sesuatu yang kamu dapat mengejakannya hari ini 39. اترك الشرّ يتركك Tinggalkanlah kejahatan, niscaya ia (kejahatan itu) akan meninggalkanmu 40. خير الناس أحسنهم خلقا وأنفعهم للناس Sebaik-baik manusia adalah yang terbaik budi pekertinya dan yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya 41. في التأنّي السلامة وفي العجلة الندامة Di dalam kehati-hatian itu terdapat keselamatan, dan di dalam ketergesa-gesaan itu terdapat penyesalan 42. ثمرة التفريط الندامة وثمرة الحزم السلامة Buah kelengahan adalah penyesalan dan buah kecermatan adalah keselamatan 43. الرفق بالضعيف من خلق الشريف Berlemah lembut kepada orang yang lemah itu termasuk perangai orang yang mulia (terhormat) 44. فجزاء سيّئة سيّئة مثلها Balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang sama dengannya 45. ترك الجواب على الجاهل جواب Tidak menjawab (pertanyaan) orang yang bodoh adalah suatu jawaban 46. من عذب لسانه كثر إخوانه Barang siapa manis tutur katanya (perkataannya) maka banyaklah temannya 47. إذا تمّ العقل قلّ الكلام Apabila akal seseorang telah sempurna maka sedikitlah bicaranya 48. من طلب أخا بلا عيب بقي بلا أخ Barang siapa yang mencari teman tanpa bercela, maka ia akan selamanya tidak mempunyai teman 49. قل الحقّ ولو كان مرّا Katakanlah kebenaran itu walaupun pahit 50. خير مالك ما نفعك Sebaik-baik hartamu adalah yang bermanfaat bagimu 51. خير الأمور أوسطها Sebaik-baik perkara itu adalah pertengahanya (yang sedang-sedang saja) 52. لكلّ مقام مقال ولكلّ مقال مقام Setiap tempat mempunyai perkataan masing-masing, dan untuk setiap perkataan memiliki tempat masing-masing 53. إذا لم تستحي فاصنع ما شئت Apabila engkau tidak malu, maka berbuatlah sekehendakmu (apa yang engkau kehendaki) 54. ليس العيب لمن كان فقيرا بل العيب لمن كان بخيلا Bukanlah cela itu bagi orang yang miskin, tapi cela itu terletak pada orang yang kikir 55. ليس اليتيم الذي قد مات والده بل اليتيم يتيم العلم والأدب Bukanlah yang dinamakan anak yatim itu yang telah meninggal orang tuanya, tapi (sebenarnya) anak yatim itu adalah yang tidak memiliki ilmu dan budi pekerti 56. لكلّ عمل ثواب ولكلّ كلام جواب Setiap pekerjaan itu ada upahnya, dan setiap perkataan itu ada jawabannya 57. وعامل الناس بما تحبّ منه دائما Dan pergaulilah manusia itu dengan apa-apa yang engkau sukai daripada mereka semuanya 58. هلك امرؤ لم يعرف قدره Hancurlah seseorang yang tidak tahu kemampuan dirinya sendiri 59. رأس الذنوب الكذب Pokok dosa itu adalah kebohongan 60. من ظَلم ظُلم Barang siapa yang menganiaya niscaya akan dianiaya 61. ليس الجمال بأثواب تزيّننا إنّ الجمال جمال العلم والأدب Bukanlah kecindahan itu dengan pakaian yang menghiasi kita, sesungguhnya kecantikan itu ialah kecantikan dengan ilmu dan kesopanan 62. لا تكن رطبا فتعصر ولا تكن يابسا فتُكسّر Janganlah engkau bersikap lemah sehingga kamu akan ditindas, dan janganlah kamu bersikap keras sehingga kamu akan dipatahkan 63. من أعانك على الشرّ ظلمك Barang siapa menolongmu dalam kejahatan maka sungguh ia telah menyesatkanmu 64. إخي لن تنال العلم إلا بستّة سأنبيك عن تفصيلها ببيان: ذكاء وحرص واجتهاد ودرهم وصحبة أستاذ وطول زمان Saudaraku! Kamu tidak akan mendapatkan ilmu, kecuali dengan enam perkara, akan aku beritahukan perinciannya dengan jelas : Kecerdasan, Kethoma’an (terhadap ilmu), Kesungguhan, Harta benda (bekal), Akrab, Dekat, Ta’at kepada guru serta Waktu yang panjang 65. العمل يجعل الصعب سهلا Bekerja itu membuat yang sukar menjadi mudah 66. من تأنىّ نال ما تمنىّ Barang siapa berhati-hati niscaya akan mendapatkan apa-apa yang dicita-citakannya 67. اطلب العلم ولو بالصين Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina 68. النظافة من الإيمان Kebersihan adalah bagian dari iman 69. إذا كثر المطلوب قل المساعد Kalau banyak permintaannya maka sedikitlah penolongnya 70. لا خير في لذّة تعقب ندما Tidak ada kebaikan dari suatu kenikmatan yang menyebabkan penyesalan 71. تنظيم العمل يوفّر نصف الوقت Manajemen pekerjaan itu akan menghemat separuh waktu 72. رُبّ أخ لم تلده أمّه Betapa banyak saudara yang tidak dilahirkan oleh satu ibu 73. داووا الغضب بالصمت Obatilah kemarahan itu dengan diam 74. الكلام ينفذ مالا تنفذه الإبر Perkataan itu dapat menembus apa yang tidak bisa ditembus oleh jarum 75. ليس كلّ ما يلمع ذهبا Bukanlah setiap sesuatu yang mengkilat itu emas 76. سيرة المرء تنبئ عن سريرته Gerak-gerik seseorang itu menunjukkan isi hatinya 77. قيمة المرء بقدر ما يحسنه Derajat seseorang itu sebesar kebaikan yang telah diperbuatnya 78. صديقك من أبكاك لا من أضحكك Temannmu ialah orang yang membuatmu menangis bukan orang yang membuatmu tertawa 79. عثرة القدم أسلم من عثرة اللسان Tergelincirnya kaki itu lebih selamat daripada tergelincirnya lidah 80. خير الكلام ما قلّ ودلّ Sebaik-baik perkataan ialah yang sedikit dan jelas 81. كلّ شيئ إذا كثر رخص إلا الأدب Segala sesuatu apabila banyak menjadi murah kecuali budi pekerti 82. أوّل الغضب جنون وآخره ندم Permulaan marah adalah kegilaan dan akhirnya adalah penyesalan 83. العبد يُضرب بالعصا والحرّ يكفيه بالإشارة Hamba rahaya itu harus dipukul dengan tongkat, dan orang yang merdeka cukup dengan isyarat 84. انظر ما قال ولا تنظر من قال Perhatikanlah apa-apa yang diucapkan dan janganlah meperhatikan siapa orang yang mengatakannya 85. الحسود لا يسود Orang yang pendengki itu tidak akan menjadi mulia 86. الأعمال بخواتمها Tiap-tiap pekerjaan itu dengan penyelesaiannya 87. إلهي لست للفردوس أهلا# ولا أقوى على النار الجحيم Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim 88. فهب لي توبة واغفر ذنوبي # فإنّك غافر الذنب العظيم Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang besar 89. ذنوبي مثل أعداد الرمال # فهب لي توبة ياذاالجلال Dosaku bagaikan bilangan pasir, maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan 90. وعمري ناقص في كلّ يوم # وذنبي زائد كيف احتمالي Umurku ini setiap hari berkurang, sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya 91. إلهي عبدك العاصي أتاك # مقرّا بالذنوب وقد دعاك Wahai, Tuhanku ! Hamba Mu yang berbuat dosa telah datang kepada Mu dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada Mu 92. فإن تغفر فأنت لذاك أهل # فإن تطرد فمن نرجو سواك Maka jika engkau mengampuni, maka Engkaulah yang berhak mengampuni, Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi aku mengharap selain kepada Engkau? 93. في أيّ أرض تطأ فأنت مسؤول عن إسلامها Di manapun anda berada, maka anda bertanggung jawab terhadap keislamannya 94. المحافظة على القديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلح Melestarikan (nilai-nilai) lama yang relevan dan mengadopsi (metode) baru yang lebih relevan 95. الدهر يومان : يوم لك و يوم عليك Masa itu ada dua : saat kebahagiaan dan saat kesedihan 96. من عرف لغة قوم سلم من مكرمهم Barang siapa menguasai bahasa suatu kaum, maka ia akan selamat dari tipu daya mereka 97. الحقّ يعرف بالدليل لا بالقليل ولا الكثير Kebenaran itu harus berdasarkan wahyu dan bukti, bukan karena sendikit atau banyaknya (yang melakukan/mengikuti) 98. ومن طلب العلى سهر الليالى Barang siapa yang mencari ketinggian derajat, hendaklah ia qiyamullail (sholat malam) 99. الإسلام يعلو ولا يعلا عليه Islam itu agama tertinggi dan tidak ada yang bisa menandinginya 100. ليس منّا من لم يرحم صغيرنا ولم يوقّر كبيرنا Bukanlah termasuk golongan kami (umat Nabi Muhammad SAW), orang yang tidak menyanyangi yang muda dan tidak menghormati yang tua.

Minggu, 16 September 2012

PERIBAHASA-JAWA

PERIBAHASA-JAWA ================== Dalam khasanah sastra Jawa dikenal apa yang dinamakan bebasan, sanepan, atau saloka. Merupakan bentuk peribahasa yang berisi makna kiasan sebagai sarana mempermudah penggambaran suatu keadaan. Keadaan bisa berupa fakta realitas yang tidak biasa terjadi, sindiran, sarkasme, dan suatu kenyataan yang paradoksal. Dirangkai dalam gaya bahasa, kata dan kalimat yang indah, lembut agar tidak mudah menyinggung perasaan orang namun mudah sebagai pengingat. Pada saat ini kekayaan sastra Jawa terasa sangat minim, tidak lebih dari bahasa sehari-hari yang diterapkan dalam pergaulan masyarakat Jawa dan lainnya. Namun bila anda ingin menggunakan dalam wacana komunikasi sehari-hari tampaknya masih relevan, dan saya pikir masih bermanfaat untuk megistilahkan atau membahasakan suatu kejadian atau peristiwa yang tidak wajar. Kalimat yang digunakan ibarat pantun yang terkadang terasa lucu dan aneh. Apapun tastenya, berikut ini peribahasa yang dapat kami kumpulkan dari berbagai sumber khasanah pustaka Jawa dan nara sumber langsung. Semoga bermanfaat untuk anda sekalian yang masih peduli kebudayaan lokal asli nusantara maupun bagi yang gemar olah sastra dan budaya lokal. ================ A ================ Adhang-adhang tetese embun : njagakake barang mung sak oleh-olehe. Adigang, adigung, adiguna : ngendelake kekuwatane, kaluhurane lan kepinterane. Aji godhong garing (aking) : wis ora ana ajine / asor banget. Ana catur mungkur : ora gelem ngrungokake rerasan kang ora becik. Ana daulate ora ana begjane : arep nemu kabegjan nanging ora sida (untub-untub). Ana gula ana semut : papan sing akeh rejekine, mesti akeh sing nekani. Anak polah bapa kepradah : tingkah polahe anak dadi tanggungjawabe wong tuwa. Anggenthong umos (bocor/rembes) : wong kang ora bisa nyimpen wewadi. Angon mongso : golek waktu kang prayoga kanggo tumindak. Angon ulat ngumbar tangan : ngulatake kahanan menawa kalimpe banjur dicolong. Arep jamure emoh watange : gelem kepenake ora gelem rekasane. Asu rebutan balung : rebutan barang kang sepele. Asu belang kalung wang : wong asor nanging sugih. Asu gedhe menang kerahe : wong kang dhuwur pangkate mesti bae gede panguwasane. Asu marani gebuk : njarak / sengaja marani bebaya. Ati bengkong oleh obor : wong kang duwe niyat ala malah oleh dalan. ================= B ===================== Baladewa ilang gapite (jepit wayang) : ilang kekuwatane / kaluhurane. Banyu pinerang ora bakal pedhot (sigar) : pasulayan sedulur ora bakal medhotake sedulurane. Bathang lelaku : lunga ijen ngambah panggonan kang mbebayani. Bathok bolu isi madu (bolong telu) : wong asor nanging sugih kepinteran. Blaba wuda : saking lomane nganti awake dhewe ora keduman. Bebek mungsuh mliwis : wong pinter mungsuh wong kang podho pintere. Becik ketitik ala ketara : becik lan ala bakal konangan ing tembe mburine. Belo melu seton (malem minggu) : manut grubyuk ora ngerti karepe (taklid). Beras wutah arang bali menyang takere : barang kang wis owah ora bakal bali kaya maune. Bidhung api rowang : ethok-ethok nulung nanging sejatine arep ngrusuhi. Balilu tan pinter durung nglakoni (bodho) : wong bodho sering nglakoni, kalah pinter ro wong pinter nanging durung tau nglakoni. Bubuk oleh leng : wong duwe niyat ala oleh dalan. Bung pring petung : bocah kang longgor (gelis gedhe). Buntel kadut, ora kinang ora udud : wong nyambut gawe borongan ora oleh mangan lan udud. Buru (mburu) uceng kelangan dheleg : golek barang sepele malah kelangan barang luwih gedhe. Busuk ketekuk, pinter keblinger : wong bodho lan pinter padha wae nemu cilaka. ================= C ==================== Carang canthel : ora diajak guneman nanging melu-melu ngrembug. Car-cor kaya kurang janganan : ngomong ceplas-ceplos oran dipikir disik. Cathok gawel (timangan sabuk) : seneng cawe-cawe mesthi ora diajak guneman. Cebol nggayuh lintang : kekarepan kang ora mokal bisa kelakon. Cecak nguntal cagak (empyak) : gegayuhan kang ora imbang karo kekuwatane. Cedhak celeng boloten (gupak lendhut) : cedhak karo wong ala bakal katut ala. Cedhak kebo gupak : cedhak karo wong ala bakal katut ala. Ciri wanci lelai ginawa mati : pakulinan ala ora bisa diowahi yen durung nganti mati. Cincing-cincing meksa klebus : karepe ngirit nanging malah entek akeh. Criwis cawis : seneng maido nanging yo seneng menehi/muruki. Cuplak andheng-andheng, yen ora pernah panggonane bakal disingkirake : wong kang njalari ala becike disingkirake. ===================== D ================== Dadiya banyu emoh nyawuk, dadiya godhong emoh nyuwek, dadiyo suket emoh nyenggut : wis ora gelem nyanak / emoh sapa aruh. Dahwen ati open (seneng nacad) : nacad nanging mbenerake wong liya. Dandhang diunekake kuntul, kuntul diunekake dandhang : ala dianggep becik, becik dianggep ala. Desa mawa cara, negara mawa tata : saben panggonan duwe cara utawa adat dhewe-dhewe. Dhemit ora ndulit, setan ora doyan : tansah diparingi slamet, ora ana kang ngganggu gawe. Digarokake dilukoke : dikongkon nyambut gawe abot. Didhadhunga medhot, dipalangana mlumpat : wong kang kenceng karepe ora kena dipenggak. Diwenehi ati ngrogoh rempela : diwenehi sithik ora trima, malah njaluk sing akeh. Dom sumuruping mbanyu : laku sesideman kanggo meruhi wewadi. Dudu sanak dudu kadang, yen mati melu kelangan : senajan wong liya yen lagi nemoni rekasa bakal dibelani. Duka yayah sinipi, jaja bang mawinga-wingi : wong kang nesu banget. Dudutan lan anculan (tali memeden sawah) : padha kethikan, sing siji ethok-ethok ora ngerti. Durung pecus keselak besus : durung sembada nanging kepengin sing ora-ora. ========================= E ==================== Eman-eman ora keduman : karepe eman malah awake dewe ora keduman. Emban cindhe emban siladan (slendang iratan pring) : pilih kasih / ora adil. Embat-embat celarat (klarap) : wong nyambut gawe kanthi ngati-ati banget. Emprit abuntut bedhug : perkara sing maune sepele dadi gedhe / ngambra-ambra. Endhas gundul dikepeti : wis kepenak ditambahi kepenak maneh. Endhas pethak ketiban empyak : wong kang bola-bali nemu cilaka. Enggon welut didoli udhet : panggone wong pinter dipameri kepinteran sing ora sepirowa. Entek ngamek kurang golek : anggone nyeneni/nguneni sakatoge. Entek jarake : wis entek kasugihane. Esuk dhele sore tempe : wong kang ora tetep atine (mencla mencle). ============================== G ========================= Gagak nganggo lar-e merak : wong asor / wong cilik tumindak kaya wong luhur (gedhe). Gajah alingan suket teki : lair lan batine ora padha, mesthi bakal ketara. Gajah (nggajah) elar : sarwa gedhe lan dhuwur kekarepane. Gajah ngidak rapah (godhong garing) : nerang wewalere dewe. Gajah perang karo gajah, kancil mati ing tengahe : wong gedhe sing padha pasulayan, wong cilik sing dadi korbane. Garang garing : wong semugih nanging sejatine kekurangan. Gawe luwangan kanggo ngurungi luwangan : golek utang kanggo nyaur utang. Gayuk-gayuk tuna, nggayuh-nggayuh luput : samubarang kang dikarepake ora bisa keturutan. Gliyak-gliyak tumindak, sareh pakoleh : senajan alon-alon anggone tumindak, nanging bisa kaleksanan karepe. Golek banyu bening : meguru golek kawruh kang becik. Golek-golek ketemu wong luru-luru : karepe arep golek utangan malah dijaluki utang. Gupak pulute ora mangan nangkane : melu rekasa nanging ora melu ngrasakake kepenake. =============== I =================== Idu didilat maneh : murungake janji kang wis diucapake. Iwak lumebu wuwu : wong kena apus kanthi gampang. ================= J ================== (n)Jagakake endhoge si blorok : njagagake barang kang durung mesthi ana lan orane. (n)Jajah desa milang kori : lelungan menyang ngendi-endi. Jalma angkara mati murka : nemoni cilaka jalaran saka angkara murkane. (n)Jalukan ora wewehan : seneng njejaluk ora seneng menehi. Jati ketlusupan ruyung : kumpulane wong becik kelebon wong ala. Jaran kerubuhan empyak : wong wis kanji (kapok) banget. Jarit lawas ing sampire : duwe kapinteran nanging ora digunakake. Jer basuki mawa bea : samubarang gegayuhan mbutuhake wragat. Jujul muwul : perkara kang nambah-nambahi rekasa. (n)Junjung ngetebake / ngebrukake : ngalembana nanging duwe maksud ngasorake. ============================= K ===================== Kacang ora ninggal lanjaran : kebiasa-ane anak nirokake wong tuwane. Kadang konang : gelem ngakoni sedulur mung karo sing sugih. Kala cacak menang cacak : samubarang panggawean becik dicoba dhisik bisa lan orane. Kandhang langit, bantal ombak, kemul mega : wong sing ora duwe papan panggonan. Katepang ngrangsang gunung : kegedhen karep/panjangka sing mokal bisa kelakon. Katon kaya cempaka sawakul : tansah disenengi wong akeh. Kaya banyu karo lenga : wong kang ora bisa rukun. Kakehan gludug kurang udan : akeh omonge ora ana nyatane. Kabanjiran segara madu : nemu kabegjan kang gedhe banget. Kebat kliwat, gancang pincang : tumindak kesusu mesthi ora kebeneran. Kebo bule mati setra : wong pinter nanging ora ana kang mbutuhake. Kebo ilang tombok kandhang : wis kelangan, isih tombok wragat kanggo nggoleki, malah ora ketemu. Kebo kabotan sungu : rekasa kakehan anak / tanggungan. Kebo lumumput ing palang : ngadili perkara ora nganggo waton. Kebo mulih menyang kandhange : wong lunga adoh bali menyang omahe / asale. Kebo nusu gudel : wong tuwa njaluk wulang wong enom. Kegedhen empyak kurang cagak : kegedhen karep nanging ora sembada. Kajugrugan gunung menyan : oleh kabegjan kang gedhe banget. Kekudhung walulang macan : ngapusi nggawa jenenge wong kang diwedeni. Kelacak kepathak : ora bisa mungkir jalaran wis kebukten. Kena iwake aja nganti buthek banyune : sing dikarepake bisa kelakon nanging aja nganti dadi rame/rusak. Kencana katon wingko : senajan apik nanging ora disenengi. Kendel ngringkel, dhadang ora godak : ngakune kendel tur pinter jebule jirih tur bodho. Kenes ora ethes : wong sugih amuk nanging bodho. Keplok ora tombok : wong senengane komentar thok nanging ora gelem tumindak. Kere munggah mbale : batur dipek bojo karo bendarane. Kere nemoni malem : wong kang bedigasan / serakah. Kerot ora duwe untu : duwe kekarepan nanging ora duwe beaya / wragat. Kerubuhan gunung : wong nemoni kesusahan sing gedhe banget. Kesandhung ing rata, kebentus ing tawang : nemoni cilaka kang ora kenyana-nyana. Ketula-tula ketali : wong kang tansah nandang sengsara. Kethek saranggon : kumpulane wong kang tindakane ala. Kleyang kabur kanginan, ora sanak ora kadhang : wong kang ora duwe panggonan sing tetep. Klenthing wadah uyah : angel ninggalake pakulinan tumindak ala. Kongsi jambul wanen : nganti tumekan tuwa banget. Krokot ing galeng : wong kang mlarat banget. Kriwikan dadi grojogan : prakara kang maune cilik dadi gedhe banget. Kumenthus ora pecus : seneng umuk nanging ora sembada. Kurung munggah lumbung : wong asor / cilik didadekake wong gedhe. Kuthuk nggendhong kemiri : manganggo kang sarwo apik/aji liwat dalan kang mbebayani. Kutuk marani sunduk, ula marani gebuk : njarag marani bebaya. Kuncung nganti temekan gelung : suwe banget anggone ngenteni. =================== L ==================== Ladak kecangklak : wong kang angkuh nemoni pakewuh, marga tumindake dewe. Lahang karoban manis : rupane bagus / ayu tur luhur budine. Lambe satumang kari samerang : dituturi bola-bali meksa ora digugu. Lanang kemangi : wong lanang kang jireh. Legan golek momongan : wis kepenak malah golek rekasa. Lumpuh ngideri jagad : duwe karepan kang mokal bisa keturutan. ===================== M ========================= Maju tatu mundur ajur : perkara kang sarwa pakwuh. Matang tuna numbak luput : tansah luput kabh panggayuhan. Mbuang tilas : ethok-ethok ora ngerti marang tumindak kang ala sing lagi dilakoni. Meneng widara uleran : katon anteng nanging sejatin ala atine. Menthung koja kena sembagine : rumangsane ngapusi nanging sejatine malah kena apus. Merangi tatal : mentahi rembug kang wis mateng. Mikul dhuwur mendhem jero : bisa njunjung drajate wong tuwa. Milih-milih tebu oleh boleng : kakehan milih wekasan oleh kang ora becik. Mrojol selaning garu : wong kang luput saka bebaya. Mubra-mubra mblabar madu : wong sing sarwa kecukupan. ================= N ==================== Nabok anyilih tangan : tumindak ala kanthi kongkonan uwong liya. Ngagar metu kawul : ngojok-ojoki supaya dadi pasulayan, nanging sing diojoki ora mempan. Ngajari bebek nglangi : panggawean sing ora ana paedahe. Ngalasake negara : wong sing ora manut pranatane negara. Ngalem legining gula : ngalembana kepinterane wong kang pancen pinter/sugih. Ngaturake kidang lumayu : ngaturake barang kang wis ora ana. Nglungguhi klasa gumelar : nindakake panggawean kang wis tumata. Ngontragake gunung : wong cilik/asor bisa ngalahake wong luhur/gedhe, nganti gawe gegere wong akeh. Nguthik-uthik macan dhedhe : njarag wong kang wis lilih nepsune. Nguyahi segara : weweh marang wong sugih kang ora ana pituwase. Nucuk ngiberake : wis disuguhi mangan mulih isih mbrekat. Nututi layangan pedhot : nggoleki barang sepele sing wis ilang. Nyangoni kawula minggat : ndandani barang sing tansah rusak. Nyolong pethek : tansah mleset saka pametheke/pambatange. =========================== O ======================= Obah ngarep kobet mburi : tumindake penggede dadi contone/panutane kawula alit. Opor bebek mentas awake dhewek : rampung saka rekadayane dhewe. Ora ana banyu mili menduwur : watake anak biasane niru wong tuwane. Ora ana kukus tanpa geni : ora ana sbab tanpa akibat. Ora gonjo ora unus : wong kang ala atine lan rupane. Ora mambu enthong irus : dudu sanak dudu kadhang. Ora tembung ora tawung : njupuk barang liyan ora kandha disik. Ora uwur ora sembur : ora gelem cawe-cawe babar pisan. Ora kinang ora udud : ora mangan apa-apa. Othak athik didudut angel : guneme sajak kepenak, bareng ditemeni jebule angel. ======================== P ====================== Palang mangan tandur : diwenehi kapercayan malah gawe kapitunan. Pandengan karo srengenge : memungsuhan karo penguwasa. Pandhitane antake : laire katon suci batine ala. Pecruk (manuk kag magan iwak) tunggu bara : dipasrahi barang kang dadi kesenengan. Pitik trondhol diumbar ing padaringan : wong ala dipasrahi barang kang aji, wekasane malah ngentek-entekake. Pupur sadurunge benjut : ngati-ati sadurunge benjut. =================== R =================== Rampek-rampek kethek : nyedak-nyedak mung arep gawe kapitunan. Rawe-rawe rantas malang-malang putung : samubarang kang ngalang-alangi bakal disingkirake. Rebut balung tanpa isi : pasulayan merga barang kang sepele. Rindhik asu digitik : dikongkon nindakake penggawean kang cocok karo kekarepane. Rupa nggendhong rega : barang apik regane larang. Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah : yen padha rukun mesti padha santosa, yen padha congkrah mesthi padha bubrah/rusak. ==================== S ================== Sabar sareh mesthi bakal pikoleh : tumindak samubarang aja kesusu supaya kasil. Sabaya pati, sabaya mukti : kerukunan kang nganti tekan pati. Sadumuk bathuk sanyari bumi : pasulayan nganti dilabuhi tekaning pati. Sandhing kebo gupak : cedhak wong tumindak ala, bisa-bisa katut ala. Satru mungging cangklakan : mungsuh wong kang isih sanak sedulur. Sadhakep awe-awe : wis ninggalake tumindak ala, nanging batien isih kepengin nglakoni maneh. Sembur-sembur adus, siram-siram bayem : bisa kalaksanan marga oleh pandongane wong akeh. Sepi ing pamrih, rame ing gawe : nindakake panggaweyan kanthi ora melik/pamrih apa-apa. Sing sapa salah bakal seleh : sing sapa salah bakal konangan. Sluman slumun slamet : senajan kurang ati-ati isih diparingi slamet. Sumur lumaku tinimba, gong lumaku tinabuh : wong kang kumudu-kudu dijaluki piwulang/ditakoni. =================== T ================== Tebu tuwuh socane : prakara kang wus apik, bubrah marga ana sing ngrusuhi. Tega larane ora tega patine : senajan negakake rekasane, nanging isih menehi pitulungan. Tekek mati ing ulone : nemoni cilaka margo saka guneme dhewe. Tembang rawat-rawat, ujare mbok bakul sunambiwara : kabar kang durung mesthi salah lan benere. Timun jinara : prakara gampang banget. Timun mungsuh duren : wong cilik mungsuh wang kuwat/panguwasa, mesthi kalahe. Timun wungkuk jaga imbuh : wong bodho kanggone yen kekurangan wae. Tinggal glanggang colong playu : ninggalake papan pasulayan. Tulung (nulung) menthung : katone nulungi jebule malah nyilakani. Tumbak cucukan : wong sing seneng adu-adu. Tuna sathak bathi sanak : rugi bandha nanging bathi paseduluran. Tunggak jarak mrajak tunggak jati mati : prakara ala ngambra-ambra, prakara becik kari sethitik. =============== U ================ Ucul saka kudangan : luput saka gegayuhane. Ulat madhep ati manteb : wis manteb banget kekarepane. Undaking pawarta, sudaning kiriman : biasane pawarta iku beda karo kasunyatane. Ungak-ungak pager arang : ngisin-isini. ================================= W ==================== Welas tanpa lalis : karepe welas nanging malah gawe kapitunan. Wis kebak sundukane : wis akeh banget kaluputane. Wiwit kuncung nganti gelung : wiwit cilik nganti gedhe tuwa. =============== Y ================ Yitna yuwana mati lena : sing ngati-ati bakal slamet, sing sembrana bakal cilaka. Yiyidan mungging rampadan : biyene wong durjana/culika saiki dadi wong sing alim. Yuwana mati lena : wong becik nemoni cilaka marga kurang ngati-ati. Yuyu rumpung mbarong ronge : omahe magrong-magrong nanging sejatine mlarat. sabdalangit’s web