Sunnahnya Walimatus Safar
====================
Bagi masyarakat
muslim Indonesia, ibadah selalu diperlengkapi dengan berbagai macam
tindakan yang menunjang ibadah itu sendiri, yang selanjutnya di kenal
dengan tradisi. Sebagian banyak tradisi tersebut merupakan hasil dari
keterpengaruhan antara budaya local dengan Islam. Kita mengenal
ngabuburit, kultum, kolak, buka puasa bersama, mudik dan lainsebagainya
di sekitar puasa. Kita juga mengenal tahlilan, talqin, tujuh hari dan
seterusnya dalam tradisi kematian. Dan juga walimatus safar bagi ibadah
haji. Hal ini merupakan karakter Islam Indonesia yang tidak dimiliki
oleh Islam yang lain. Tradisi ini tidak muncul begitu saja, ia memiliki
sejarah panjang. Sejarah itu menunjukkan bahwa berbagai tradisi tersebut
dilahirkan melalui pemikiran yang dalam oleh para kyai dan ulama
pendahulu melalui berbagai pertimbangan soiologis. Apa yang dilakukan
para ulam terdahulu ini, bukanlah sekedar istinbath al-hukmi tetapi
menciptakan lahan ibadah tersendiri yang dapat diisi dan dipenuhi dengan
pahala bagi yang menjalankannya.
Di tengah gelombang globalisasi dan modernisasi, tradisi semacam ini haruslah dijaga untuk membentengi masyarakat dari individualism yang akut. Akan tetapi di kemudian hari, mereka yang tidak tahu dan tidak mau belajar sejarah menggugat beberapa tradisi itu dengan menganggapnya sebagai hal bid’ah, bahkan menghukumi para pelakunya sebagai pendosa. Naudzubillah min dzalik.
Begitu juga halnya dengan walimatussafar. Para ulama pendahulu tidak mungkin mewariskan tradisi kepada anak-cucunya sebuah bid’ah tanpa alasan. Terbukti dalam sebuah hadits diterangkan:
عن جابر بن عبدالله رضى الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم لماقدم المدينة نحر جزورا اوبقرة (صحيح البخارى, باب الطعم عند القدوم)
Artinya: hadits diceritakan oleh Jabir bin Abdullah ra. Bahwa ketika
Rasulullah saw datang ke madinah (usai melaksanakan ibadah haji), beliau
menyembelih kambing atau sapi (Shahih Bukhari, babut Ta’mi indal
qudum)
Rasa syukur atas ni’mat yang begitu besar karena telah diberi kemampuan untuk melaksanakan ibadah haji setelah melunasi ONH, diapresiasikan dalam bentuk walimatus safar yang dilakukan menjelang pemberangkatan. Di samping mengungkapkan rasa syukur, momen walimatus safar juga bermanfaat untuk berpamitan dan mohon do’a restu kepada para tetangga dan keluarga. Di sinilah kelebihan tradisi Islam di Indonesia. Selalu mempertimbangkan kebersamaan dan kekeluargaan dalam sebuah peribadatan, selain juga ridha Allah swt sebagai tujuan yang utama.
Di tengah gelombang globalisasi dan modernisasi, tradisi semacam ini haruslah dijaga untuk membentengi masyarakat dari individualism yang akut. Akan tetapi di kemudian hari, mereka yang tidak tahu dan tidak mau belajar sejarah menggugat beberapa tradisi itu dengan menganggapnya sebagai hal bid’ah, bahkan menghukumi para pelakunya sebagai pendosa. Naudzubillah min dzalik.
Begitu juga halnya dengan walimatussafar. Para ulama pendahulu tidak mungkin mewariskan tradisi kepada anak-cucunya sebuah bid’ah tanpa alasan. Terbukti dalam sebuah hadits diterangkan:
عن جابر بن عبدالله رضى الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم لماقدم المدينة نحر جزورا اوبقرة (صحيح البخارى, باب الطعم عند القدوم)
Begitu pula yang diterangkan dalam al-Fiqhul Wadhih
يستحب للحاج
بعد رجوعه الى بلده ان ينحر جملا او بقرة او يذبح شاة للفقراء والمساكين
والجيران والاخوان تربا الى الله عزوجل كمافعل النبي صلى الله عليه وسلم
Artinya: disunnahkan bagi orang yang baru pulang haji untuk
menyembelih seekor onta atau sapi atau kambing untuk diberikan kepada
faqir, miskin, tetangga, saudara. Hal ini dimaksudkan untuk mendekatkan
diri kepada Allah swt seperti yang dilakukan Rasulullah saw. (al-fiqhul
wadhih minal kitab wassunnah, juz I . hal 673Rasa syukur atas ni’mat yang begitu besar karena telah diberi kemampuan untuk melaksanakan ibadah haji setelah melunasi ONH, diapresiasikan dalam bentuk walimatus safar yang dilakukan menjelang pemberangkatan. Di samping mengungkapkan rasa syukur, momen walimatus safar juga bermanfaat untuk berpamitan dan mohon do’a restu kepada para tetangga dan keluarga. Di sinilah kelebihan tradisi Islam di Indonesia. Selalu mempertimbangkan kebersamaan dan kekeluargaan dalam sebuah peribadatan, selain juga ridha Allah swt sebagai tujuan yang utama.
sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,34482-lang,id-c,ubudiyyah-t,Sunnahnya+Walimatus+Safar-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar