ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Selasa, 30 Desember 2014

MbahRomo Kyai Hamid Pasuruan Bersembunyi Di Masjidil Haram, Karena Tidak Ingin Terkenal. Lahu Al-Fatihah..



Keteladanan Kyai Hamid Pasuruan : Tidak mau masyhur, Kyai Hamid bersembunyi di Masjidil Haram.
=================
Suatu ketika seorang habaib dari Kota Malang, ketika masih muda, yaitu Al-Habib Baqir Mauladdawilah (sekarang beliau masih hidup), di ijazahi sebuah do'a oleh Al Ustadzul Imam Al Habr Al Quthb Al Habib Abdulqadir bin Ahmad Bilfaqih (Pendiri Pesantren Darul Hadist Malang). 

Habib AbdulQadir Bilfaqih berpesan kepada Habib Baqir untuk membaca do'a tersebut ketika akan menemui seseorang agar tahu sejatinya orang tersebut siapa,orang atau bukan.
Suatu saat Datanglah Habib Baqir menemui seorang Wali min Auliya illah di daerah Pasuruan, Jawa Timur, yang masyhur dengan nama Mbah Hamid Pasuruan. 

Ketika itu di tempat Mbah Hamid banyak sekali orang yang sowan / bertamu kepada baliau, meminta do'a atau keperluan yang lain. Setelah membaca do'a tersebut kaget Habib Baqir, ternyata orang yang terlihat seperti Mbah Hamid sejatinya bukan Mbah Hamid, Beliau mengatakan, “Ini bukan Mbah Hamid, khodam ini, Mbah Hamid tidak ada disini” kemudian Habib Baqir mencari dimanakah sebetulnya Mbah Hamid.

Setelah bertemu dengan Mbah Hamid yang asli, Habib Baqir bertanya kepada beliau, “Kyai, Kyai jangan begitu, jawab Mbah Hamid: “ada apa Bib..??” kembali Habib Baqir melanjutkan, “kasihan orang-orang yang meminta do'a, itu do'a bukan dari Panjenengan, yang mendo'akan itu khodam, Panjenengan di mana waktu itu?” Mbah Hamid tidak menjawab, hanya diam.
Namun Mbah Hamid pernah menceritakan masalah ini kepada Seorang Habib sepuh (maaf, nama habib ini dirahasiakan). Hal mana Habib sepuh tersebut juga pernah bertanya kepada beliau begini:
“Kyai Hamid, waktu banyak orang-orang meminta doa kepada Panjenengan, yang memberikan do'a bukan Panjenengan, Panjenengan di mana? Kok tidak ada..?” jawab Mbah Hamid, “hehehee.. kesana sebentar” .
Habib sepuh tsbt semakin penasaran, “Kesana ke mana Kyai??”

Jawab Mbah Hamid, “Kalau Panjenengan pengen tahu, datanglah ke sini lagi”.
Singkat cerita, habib sepuh tsb kembali menemui Mbah Hamid, ingin tahu di mana
“tempat persembunyian” beliau. Setelah bertemu, bertanyalah Habib sepuh tadi, “Di mana Kyai..?”

Mbah Hamid tidak menjawab, hanya langsung memegang Habib sepuh tadi, seketika itu, kagetlah Habib sepuh, melihat suasana di sekitar mereka berubah menjadi bangunan Masjid yang sangat megah, “di mana ini Kyai..?” Tanya Habib Sepuh, “Monggoh njenengan pirsoni piyambek niki teng pundi..?” jawab Mbah Hamid.
Subhanalloh..!!! Ternyata Habib Sepuh tadi di bawa oleh Mbah Hamid mendatangi Masjidil Harom.
Habib sepuh kembali bertanya kepada Kyai Hamid, “Kenapa Panjenengan memakai doa??” Mbah Hamid kemudian menceritakan,
“Saya sudah terlanjur terkenal, saya tidak ingin terkenal, tidak ingin muncul, hanya ingin asyik sendirian dengan Alloh, saya sudah berusaha bersembunyi, bersembunyi di mana saja, tapi orang-orang selalu ramai datang kepadak.

Kemudian saya ikhtiar menggunakan doa ini, itu yang saya taruh di sana bukanlah khodam dari jin, melainkan Malakul Ardli, Malaikat yang ada di bumi, berkat do'a ini, Alloh Ta’ala menyerupakan malaikatnya, dengan rupaku”.
Habib sepuh yang menyaksikan secara langsung peristiwa tersebut, sampai meninggalnya merahasiakan apa yang pernah dialaminya bersama Mbah Hamid, hanya sedikit yang di ceritakan kepada keluarganya. Lahum Al-Fatihah....


Sumber: Seorang Kyai (disadur dari Bakiak Pesantren)

Jumat, 26 Desember 2014

Jumat, 12 Desember 2014

Fadlilah Keutamaan Dzikir Tasbih, Tahmid, Tahlil Dan Takbir


 
Fadlilah Keutamaan Dzikir Tasbih, Tahmid, Tahlil Dan Takbir

عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَحَبُّ اْلكَلاَمِ اِلَى اللهِ اَرْبَعٌ لاَ يَضُرُّكَ بِاَيّهِنَّ بَدَأْتَ: سُبْحَانَ اللهِ، وَ اْلحَمْدُ ِللهِ وَ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ، وَ اللهُ اَكْبَرُ. مسلم
Dari Samurah bin Jundab RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Ucapan yang paling disukai Allah itu ada empat. Tidak mengapa kamu memulai membaca dari mana saja, (yaitu) Subhaanallooh wal hamdu lillaah wa Laa ilaaha illallooh walloohu akbar (Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada Tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar). [HR. Muslim].
Keutamaan dzikir tasbih tahmid tahlil dan takbir
Subhaanallaah

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: كَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ عَلَى اللّسَانِ ثَقِيْلَتَانِ فِى اْلمِيْزَانِ حَبِيْبَتَانِ اِلَى الرّحْمنِ: سُبْحَانَ اللهِ وَ بِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ اْلعَظِيْمِ. البخارى و مسلم
Dari Abu Hurairah RA ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua ucapan yang ringan bagi lesan tetapi berat pada timbangan dan disukai oleh Allah Yang Maha Rahman, (yaitu) Subhaanalloohi wa bihamdihi subhaanalloohil ‘adhiim (Maha Suci Allah dan dengan segala puji-Nya dan Maha Suci Allah Yang Maha Agung)”. [HR. Bukhari dan Muslim]

عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ حَدَثَنِى اَبِى قَالَ: كُنَّا عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ ص فَقَالَ: اَيَعْجِزُ اَحَدُكُمْ اَنْ يَكْسِبَ كُلَّ يَوْمٍ اَلْفَ حَسَنَةٍ؟ فَسَأَلَهُ سَائِلٌ مِنْ جُلَسَائِهِ: كَيْفَ يَكْسِبُ اَحَدُنَا اَلْفَ حَسَنَةٍ؟ قَالَ: يُسَبّحُ مِائَةَ تَسْبِيْحَةٍ فَيُكْتَبُ لَهُ اَلْفُ حَسَنَةٍ اَوْ يُحَطُّ عَنْهُ اَلْفُ خَطِيْئَةٍ. مسلم
Dari Mus’ab bin Sa’ad, ayahku telah bercerita kepadaku, ia berkata : Ketika kami duduk di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau bersabda, “Apakah tidak mampu salah seorang diantaramu untuk menghasilkan seribu kebaikan setiap hari?”. Maka diantara kami ada seorang yang bertanya, ”Bagaimanakah caranya seseorang diantara kami untuk mendapatkan keuntungan seribu kebaikan itu?”. Nabi SAW bersabda, “Bertasbih seratus kali tasbih, maka dicatat untuknya seribu kebaikan atau dihapus dari padanya seribu kesalahan”. [HR. Muslim].

عَنْ اَبِى ذَرُّ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَلاَ اُخْبِرُكُمْ بِاَحَبِّ اْلكَلاَمِ اِلَى اللهِ؟ قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَخْبِرْنِى بِاَحَبِّ اْلكَلاَمِ اِلىَ اللهِ. فَقَالَ: اِنَّ اَحَبَّ اْلكَلاَمِ اِلىَ اللهِ: سُبْحَانَ اللهِ وَ بِحَمْدِهِ. مسلم و النسائى و الترمذى الا انه قال: سُبْحَانَ رَبِّى وَ بِحَمْدِهِ. و قال حديث حسن صحيح 
Dari Abu Dzarr RA ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Maukah aku beritahukan kepadamu tentang ucapan yang paling disukai Allah?”. Aku menjawab, “Ya Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang ucapan yang paling disukai Allah”. Beliau SAW bersabda, “Sesungguhnya ucapan yang paling disukai Allah ialah Subhaanalloohi wa bi hamdih. (Maha Suci Allah dan dengan Pujian-Nya)”. [HR. Muslim dan Nasai. Dan Tirmidzi juga meriwayatkan tetapi dengan perkataan Subhaana robbii wa bi hamdih (Maha Suci Tuhanku dan dengan segala pujian-Nya), ia mengatakan, “Hadits Hasan”].

عَنْ اَبِى ذَرٍّ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص سُئِلَ: أَيُّ اْلكَلاَمِ اَفْضَلُ؟ قَالَ: مَا اصْطَفَى اللهُ لِمَلاَئِكَتِهِ اَوْ لِعِبَادِهِ: سُبْحَانَ اللهِ وَ بِحَمْدِهِ. مسلم
Dari Abu Dzarr RA, bahwasanya Rasulullah SAW ditanya, “Ucapan yang bagaimana yang paling utama?”. Beliau SAW bersabda, “Ucapan yang telah Allah pilihkan untuk para malaikat-Nya atau para hamba-Nya, yaitu : Subhaanalloohi wa bi hamdih”. [HR. Muslim]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: وَ مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللهِ وَ بِحَمْدِهِ، فِى يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ غُفِرَتْ لَهُ ذُنُوْبُهُ، وَ اِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ اْلبَحْرِ. مسلم و الترمذى
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa membaca Subhaanalloohi wa bi hamdih, sehari seratus kali, maka akan diampuni dosa-dosanya meskipun dosanya itu sebanyak buih di laut”. [HR. Muslim dan Tirmidzi].

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: َلاَنْ اَقُوْلَ: سُبْحَانَ اللهِ وَ اْلحَمْدُ ِللهِ وَ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ اَحَبُّ اِلَيَّ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ. مسلم و الترمذى
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh aku membaca Subhaanalloohi wal-hamdu lillaah wa laa ilaaha illallooh walloohu akbar, yang demikian itu lebih aku senangi daripada apa-apa yang disinari matahari (dunia)”. [HR. Muslim dan Tirmidzi]. 



عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللهِ وَ بِحَمْدِهِ غُرِسَتْ لَهُ نَخْلَةٌ فِى اْلجَنَّةِ. البزار باسناد جيد
Dari Abdullah bin ‘Amr RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa membaca Subhaanalloohi wa bi hamdih, ditanamkan pohon kurma baginya di surga”. [HR. Al-Bazzar dengan sanad Jayyid].

عَنْ جَابِرٍ رض عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ: مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللهِ اْلعَظِيْمِ وَ بِحَمْدِهِ غُرِسَتْ لَهُ نَخْلَةٌ فِى اْلجَنَّةِ. الترمذى و حسنه
Dari Jabir RA dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Barangsiapa membaca Subhaanalloohil ‘adhiim wa bi hamdih (Maha Suci Allah yang Maha Agung dan dengan segala pujian-Nya), ditanamkan pohon kurma baginya di surga”. [HR. Tirmidzi dan ia menghasankannya].

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص مَرَّ بِهِ وَ هُوَ يَغْرِسُ غَرْسًا، فَقَالَ: يَا اَبَا هُرَيْرَةَ، مَا الَّذِى تَغْرِسُ؟ قُلْتُ: غِرَاسًا. قَالَ: اَلاَ اَدُلُّكَ عَلَى غِرَاسٍ خَيْرٍ مِنْ هذَا؟ سُبْحَانَ اللهِ وَ اْلحَمْدُ ِللهِ وَ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، تُغْرَسُ لَكَ بِكُلِّ وَاحِدَةٍ شَجَرَةٌ فِى اْلجَنَّةِ. ابن ماجه باسناد حسن
Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Nabi SAW melewatinya, ketika itu dia sedang menanam pohon. Nabi SAW bertanya, “Hai Abu Hurairah, apa yang sedang kau tanam?”. Aku menjawab, “Menanam pohon”. Beliau SAW bersabda, “Maukah aku tunjukkan kepadamu suatu tanaman yang lebih baik dari pada ini? Subhaanalloohi dan Al-hamdu lillaah dan Laa ilaaha illallooh dan Alloohu akbar, akan ditanam untukmu setiap satu kalimat kamu membacanya sebuah pohon di surga”. [HR. Ibnu Majah dengan sanad hasan].

عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ هَلَّلَ مِائَةَ مَرَّةٍ وَ سَبَّحَ مِائَةَ مَرَّةٍ وَ كَبَّرَ مِائَةَ مَرَّةٍ كَانَ خَيْرًا لَهُ مِنْ عَشْرِ رِقَابٍ يُعْتِقُهُنَّ، وَ سِتِّ بَدَنَاتٍ يَنْحَرُهُنَّ. و فى رواية: وَ سَبْعِ بَدَنَاتٍ. ابن ابى الدنيا
Dari Anas bin Malik RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa bertahlil seratus kali, bertasbih seratus kali dan bertakbir seratus kali adalah lebih baik baginya dari pada memerdekakan sepuluh budak dan berkurban enam unta badanah (unta yang besar)”. Dan dalam satu riwayat, “Tujuh unta badanah”. [HR. Ibnu Abid-Dunya].

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ وَ اَبِى سَعِيْدٍ رض عَنِ النَّبِيِّ ص، قَالَ: اِنَّ اللهَ اصْطَفَى مِنَ اْلكَلاَمِ اَرْبَعًا: سُبْحَانَ اللهِ وَ اْلحَمْدُ ِللهِ وَ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، فَمَنْ قَالَ: سُبْحَانَ اللهِ، كُتِبَتْ لَهُ عِشْرُوْنَ حَسَنَةً وَ حُطَّتْ عَنْهُ عِشْرُوْنَ سَيِّئَةً. وَ مَنْ قَالَ: اَللهُ اَكْبَرُ، فَمِثْلُ ذلِكَ. وَ مَنْ قَالَ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ، فَمِثْلُ ذلِكَ. وَ مَنْ قَالَ: اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ كُتِبَتْ لَهُ ثَلاَثُوْنَ حَسَنَةً وَ حُطَّتْ عَنْهُ ثَلاَثُوْنَ سَيِّئَةً. احمد و ابن ابى الدنيا و النسائى و اللفظ له
Dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id RA dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah telah memilihkan empat kalimat, yaitu Subhaanallooh wal hamdu lillaah, wa laa ilaaha illallooh walloohu akbar. Maka barangsiapa membaca Subhaanallooh dicatat untuknya dua puluh kebaikan dan dihapuskan darinya dua puluh kesalahan. Barangsiapa membaca Alloohu Akbar, seperti itu (kebaikannya). Barangsiapa membaca Laa ilaaha illallooh seperti itu (kebaikannya). Barangsiapa membaca Al-hamdu lillaahi robbil ‘aalamiin ikhlash dari dirinya, dicatat untuknya tiga puluh kebaikan dan dihapus darinya tiga puluh keburukan”. [HR. Ahmad, Ibnu Abid-Dunya dan Nasai, dan lafadh itu baginya]. 

 
عَنْ اَبِى مَالِكِ اْلاَشْعَرِيِّ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَلطُّهُوْرُ شَطْرُ اْلاِيْمَانِ، وَ اْلحَمْدُ ِللهِ تَمْـَلأُ اْلمِيْزَانِ، وَ سُبْحَانَ اللهِ وَ اْلحَمْدُ ِللهِ تَمْـَلآنِ اَوْ تَمْـَلأُ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَ اْلاَرْضِ. وَ الصَّلاَةُ نُوْرٌ وَ الصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَ الصَّبْرُ ضِيَاءٌ وَ اْلقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ اَوْ عَلَيْكَ، كُلُّ النَّاسِ يَغْدُوْ فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا اَوْ مُوْبِقُهَا. مسلم و الترمذى و النسائى
Dari Abu Malik Al-Asy’ariy RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Bersuci adalah separuh iman, Al-hamdu lillaah adalah memenuhi mizan (timbangan), Subhaanallooh dan Al-hamdu lillaah keduanya memenuhi atau ia memenuhi antara langit dan bumi. Shalat adalah sinar (cahaya), shadaqah adalah tanda bukti, shabar adalah cahaya, Al-Qur’an adalah hujjah untuk kebaikanmu atau keburukanmu. Setiap manusia di pagi hari menjual dirinya, maka ia membebaskannya (dari neraka) atau membinasakannya”. [HR. Muslim, Tirmidzi dan Nasai].

عَنْ رَجُلٍ مِنْ بَنِى سُلَيْمٍ قَالَ: عَدَّهُنَّ رَسُوْلُ اللهِ ص فِى يَدِى اَوْ فِى يَدِهِ قَالَ: اَلتَّسْبِيْحُ نِصْفُ اْلمِيْزَانِ، وَ اْلحَمْدُ ِللهِ تَمْلَؤُهُ، وَ التَّكْبِيْرُ يَمْـَلأُ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَ اْلاَرْضِ وَ الصَّوْمُ نِصْفُ الصَّبْرِ وَ الطُّهُوْرُ نِصْفُ اْلاِيْمَانِ. الترمذى و قال حديث حسن
Dari seorang laki-laki dari Bani Sulaim, ia berkata : Rasulullah SAW menghitung dengan tanganku atau dengan tangan beliau. Beliau bersabda, “Tasbih adalah separuh mizan, Al-hamdu lillaah adalah memenuhinya, takbir adalah memenuhi antara langit dan bumi, puasa adalah separuh shabar, dan bersuci adalah separuh iman”. [HR. Tirmidzi, ia berkata : Hadits Hasan].

عَنْ اَبِى ذَرٍّ رض اَنَّ نَاسًا مِنْ اَصْحَابِ النَّبِيِّ ص قَالُوْا لِلنَّبِيِّ ص: يَا رَسُوْلَ اللهِ، ذَهَبَ اَهْلُ الدُّثُوْرِ بِاْلاُجُوْرِ يُصَلُّوْنَ كَمَا نُصَلِّى وَ يَصُوْمُوْنَ كَمَا نَصُوْمُ، وَ يَتَصَدَّقُوْنَ بِفُضُوْلِ اَمْوَالِهِمْ، قَالَ: اَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ مَا تَصَدَّقُوْنَ بِهِ؟ اِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةً، وَ كُلُّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةٌ، وَ كُلُّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةٌ وَ اَمْرٌ بِاْلمَعْرُوْفِ صَدَقَةٌ، وَ نَهْيٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ، وَ فِى بُضْعِ اَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ. وَ قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَ يَأْتِى اَحَدُنَا شَهْوَتَهُ، وَ يَكُوْنُ لَهُ فِيْهَا اَجْرٌ؟ قَالَ: اَرَاَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِى حَرَامٍ كَانَ عَلَيْهِ وِزْرٌ؟ فَكَذلِكَ اِذَا وَضَعَهَا فِى اْلحَلاَلِ كَانَ لَهُ اَجْرٌ. مسلم و ابن ماجه
Dari Abu Dzarr RA, bahwasanya orang-orang dari shahabat Nabi SAW berkata kepada Nabi SAW, “Ya Rasulullah, orang-orang kaya bisa mendapatkan pahala yang banyak. Mereka shalat sebagaimana kami shalat. Mereka puasa sebagaimana kami puasa, dan mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka”. Nabi SAW bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan untuk kalian apa-apa yang kalian bisa bersedeqah dengannya? Sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi munkar adalah sedekah, pada kemaluan seseorang dari kalianpun ada sedekah”. Para shahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana seseorang dari kami melampiaskan syahwatnya bisa mendapatkan pahala?”. Beliau SAW menjawab, “Bagaimana pendapatmu seandainya dia meletakkannya pada yang haram? Tentu dia berdosa. Maka begitulah apabila dia meletakkannya pada yang halal, tentu dia mendapat pahala”. [HR. Muslim dan Ibnu Majah].

عَنْ عَائِشَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: خُلِقَ كُلُّ اِنْسَانٍ مِنْ بَنِى آدَمَ عَلَى سِتِّيْنَ وَ ثَلاَثِمِائَةِ مَفْصِلٍ. فَمَنْ كَبَّرَ اللهَ وَ حَمِدَ اللهَ وَ هَلَّلَ اللهَ وَ سَبَّحَ اللهَ وَ اسْتَغْفَرَ اللهَ وَ عَزَلَ حَجَرًا عَنْ طَرِيْقِ اْلمُسْلِمِيْنَ اَوْ شَوْكَةً اَوْ عَظْمًا عَنْ طَرِيْقِ اْلمُسْلِمِيْنَ اَوْ اَمَرَ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ نَهَى عَنْ مُنْكَرٍ عَدَدَ تِلْكَ سِتِّيْنَ وَ ثَلاَثِمِائَةٍ فَاِنَّهُ يُمْسِى يَوْمَئِذٍ وَ قَدْ زَحْزَحَ نَفْسَهُ عَنِ النَّارِ. مسلم و النسائى
Dari ‘Aisyah RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Setiap manusia anak Adam diciptakan atas 360 persendian, maka barangsiapa bertakbir kepada Allah, memuji Allah, bertahlil kepada Allah, bertasbih kepada Allah, istighfar kepada Allah, menyingkirkan batu (yang mengganggu) di jalannya orang-orang Islam, atau duri atau tulang dari jalannya orang-orang Islam, atau amar ma’ruf, atau nahi munkar sebanyak 360, maka sesungguhnya dia memasuki sore pada hari itu telah menjauhkan dirinya dari neraka. [HR. Muslim dan Nasai]

عَنِ ابْنِ اَبِى اَوْفَى رض قَالَ: قَالَ اَعْرَابِيٌّ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِنّى قَدْ عَالَجْتُ اْلقُرْآنَ، فَلَمْ اَسْتَطِعْهُ فَعَلّمْنِى شَيْئًا يُجْزِى مِنَ اْلقُرْآنِ، قَالَ: قُلْ، سُبْحَانَ اللهِ، وَ اْلحَمْدُ ِللهِ، وَ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ، وَ اللهُ اَكْبَرُ. فَقَالَهَا وَ اَمْسَكَهَا بِاَصَابِعِهِ، فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، هذَا لِرَبّى، فَمَالِى؟ قَالَ: تَقُوْلُ: اَللّهُمَّ اغْفِرْلِى وَ ارْحَمْنِى وَ عَافِنِى وَ ارْزُقْنِى، وَ اَحْسِبُهُ قَالَ: وَ اهْدِنِى. وَ مَضَى اَعْرَابِيٌّ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: ذَهَبَ اْلاَعْرَابِيُّ وَ قَدْ مَـَلأَ يَدَيْهِ خَيْرًا. ابن ابى الدنيا
Dari Ibnu Abi ‘Aufa RA ia berkata : Ada seorang ‘Arab gunung berkata kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, saya masih sulit membaca Al-Qur’an, saya masih belum bisa, maka ajarkanlah kepadaku sesuatu yang pahalanya seperti membaca Al-Qur’an”. Nabi SAW bersabda, “Ucapkanlah : Subhaanallooh, dan Alhamdulillaah, dan Laa ilaaha illallooh dan Alloohu Akbar”. Lalu ia membacanya dan menghitungnya dengan jari-jarinya. Kemudian orang tersebut berkata, “Ya Rasulullah, ini untuk Tuhanku, lalu untukku bagaimana?”. Nabi SAW bersabda, “Ucapkanlah : Alloohummaghfirlii warhamnii wa’aafinii warzuqnii (Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku, selamatkanlah aku, dan berilah rizki kepadaku)”. Ibnu Abi ‘Aufa berkata, “Aku mengira beliau juga mengucapkan Wahdinii (dan tunjukilah aku)”. Setelah orang ‘Arab gunung itu pergi, Rasulullah SAW bersabda, “Orang ‘Arab gunung itu pergi dan sungguh telah memenuhi kedua tangannya dengan kebaikan”. [HR. Ibnu Abid Dunya]. 

 
عَنْ سَلْمَى اُمّ بَنِى اَبِى رَافِعٍ رض مَوْلَى رَسُوْلِ اللهِ ص، اَنَّهَا قَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَخْبِرْنِى بِكَلِمَاتٍ، وَ لاَ تُكْثِرْ عَلَيَّ! فَقَالَ: قُوْلِى اَللهُ اَكْبَرُ عَشْرَ مَرَّاتٍ. يَقُوْلُ اللهُ: هذَا لِى، وَ قُوْلِى: سُبْحَانَ اللهُ عَشْرَ مَرَّاتٍ، يَقُوْلُ اللهُ: هذَا لِى، وَ قُوْلِى: اَللّهُمَّ اغْفِرْلِى، يَقُوْلُ: قَدْ فَعَلْتُ، فَتَقُوْلِيْنَ عَشْرَ مَرَّاتٍ، وَ يَقُوْلُ: قَدْ فَعَلْتُ. الطبرانى
Dari Salma Ummu bani Abi Rafi’ RA maula Rasulullah SAW, ia berkata, “Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku tentang ucapan-ucapan yang baik dan jangan banyak-banyak”. Maka beliau SAW bersabda, “Ucapkanlah Alloohu akbar sepuluh kali, maka Allah akan menjawab : “Ini untuk-Ku”. Ucapkanlah Subhaanallooh sepuluh kali, maka Allah akan menjawab, “Ini untuk-Ku”. Dan ucapkanlah Alloohummaghfirlii, Allah akan menjawab, “Sungguh pasti Aku kabulkan”. Kamu mengucapkan sepuluh kali. Dan Allah akan menjawab, “Sungguh pasti Aku kabulkan”. [HR. Thabrani].

عَنْ اَبِى سَعِيْدِ اْلخُدْرِيّ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِسْتَكْثِرُوْا مِنْ اْلبَاقِيَاتِ الصَّالِحَاتِ. قِيْلَ: وَ مَا هُنَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: اَلتَّكْبِيْرُ وَ التَّهْلِيْلُ وَ التَّسْبِيْحُ وَ اْلحَمْدُ ِللهِ وَ لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ. احمد و ابو يعلى و النسائى و اللفظ له و ابن حبان فى صحيحه و الحاكم و قال: صحيح الاسناد
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Perbanyaklah mengucapkan ucapan-ucapan yang kekal lagi baik”. Beliau SAW ditanya, “Ucapan-ucapan apa itu ya Rasulullah?”. Beliau SAW menjawab, “Ucapan takbir, tahlil, tasbih, ucapan Alhamdulillaah dan Laa haula walaa quwwata illaa billaah”. [HR. Ahmad, Abu Ya’la dan Nasai dan lafadh itu baginya. Ibnu Hibban di dalam shahihnya dan Al-hakim, ia berkata : Shahih Sanadnya].

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: خُذُوْا جُنَّتَكُمْ. قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، عَدُوٌّ حَضَرَ؟ قَالَ: لاَ، وَلكِنْ جُنَّتُكُمْ مِنَ النَّارِ. قُولُوْا: سُبْحَانَ اللهِ، وَ اْلحَمْدُ ِللهِ، وَ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ، وَ اللهُ اَكْبَرُ. فَاِنَّهُنَّ يَأْتِيْنَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ مُجَنَّبَاتٍ وَ مُعَقّبَاتٍ، وَ هُنَّ اْلبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ. النسائى و اللقظ له و الحاكم و البيهقى و قال الحاكم: صحيح على شرط مسلم
Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Ambillah perisai kalian”. Para shahabat menjawab, “Ya Rasulullah, apakah musuh datang ?”. Nabi SAW menjawab, “Tidak, tetapi perisai kalian dari api neraka. Ucapkanlah : Subhaanallooh walhamdu lillaah wa laa ilaaha illallooh walloohu akbar. Sesungguhnya ucapan-ucapan itu akan datang pada hari qiyamat melindungi kalian dari depan dan dari belakang, dan ucapan-ucapan itu adalah Al-Baaqiyaatush shoolihaat (yang kekal lagi baik)”. [HR. Nasai dan lafadh itu baginya. Hakim dan Baihaqi. Hakim berkata : Shahih atas syarath Muslim].

عَنْ اَبِى الدَّرْدَاءِ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: قُلْ، سُبْحَانَ اللهِ، وَ اْلحَمْدُ ِللهِ، وَ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ، وَ اللهُ اَكْبَرُ، وَ لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ، فَاِنَّهُنَّ اْلبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ، وَ هُنَّ يَحْطُطْنَ اْلخَطَايَا كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا وَ هِيَ مِنْ كُنُوْزِ اْلجَنَّةِ. الطبرانى
Dari Abud Darda’ RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Ucapkanlah Subhaanallooh walhamdu lillaah wa laa ilaaha illaallooh walloohu akbar wa laa haula walaa quwwata illa billaah, karena sesungguhnya ucapan-ucapan itu Al-baaqiyaatush shoolihaat (yang kekal lagi baik). Sesungguhnya ucapan-ucapan itu akan menggugurkan dosa-dosa sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya, dan itu termasuk simpanan surga”. [HR. Thabrani].

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رض قَالَ: اِذَا حَدَّثْتُكُمْ بِحَدِيْثٍ اَتَيْنَاكُمْ بِتَصْدِيْقِ ذلِكَ فِى كِتَابِ اللهِ. اِنَّ اْلعَبْدَ اِذَا قَالَ سُبْحَانَ اللهِ، وَ اْلحَمْدُ ِللهِ، وَ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ، وَ اللهُ اَكْبَرُ، وَ تَبَارَكَ اللهُ قَبَضَ عَلَيْهِنَّ مَلَكٌ فَضَمَّهُنَّ تَحْتَ جَنَاحِهِ، وَ صَعِدَ بِهِنَّ لاَ يَمُرُّ بِهِنَّ عَلَى جَمْعٍ مِنَ اْلمَلاَئِكَةِ اِلاَّ اسْتَغْفَرُوْا لِقَائِلِهِنَّ حَتَّى يُحَيَّا بِهِنَّ وَجْهُ الرَّحْمنِ ثُمَّ تَلاَ عَبْدُ اللهِ: اِلَيْهِ يَصْعَدُ اْلكَلِمُ الطَّيّبُ وَ اْلعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ. الحاكم و قال: صحيح الاسناد
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud RA ia berkata, “Apabila aku ceritakan kepada kalian suatu hadits, aku datangkan kepada kalian pembe-narannya dalam kitab Allah : Sesungguhnya seorang hamba apabila mengucapkan : Subhaanallooh dan Alhamdu lillaah dan Laa ilaaha illallooh dan Alloohu akbar dan Tabaarokallooh (Allah yang Maha Berkah), maka malaikat menangkapnya lalu membawanya di bawah sayapnya dan naik dengan membawa ucapan-ucapan itu, dan tidaklah malaikat tersebut melewati sekumpulan para malaikat yang lain, kecuali para malaikat itu memohonkan ampun untuk orang yang mengucapkan kalimat-kalimat tersebut, sehingga malaikat yang membawanya itu datang di hadapan Allah yang Maha Pengasih”. Kemudian ‘Abdullah bin Mas’ud membaca ayat yang artinya : Kepada-Nya lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang shalih dinaikkan-Nya. (QS. Al-Fathir : 10). [HR. Hakim, dan ia berkata : Shahih sanadnya].

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَا عَلَى اْلاَرْضِ اَحَدٌ يَقُوْلُ: لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ، وَ اللهُ اَكْبَرُ، وَ لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ، اِلاَّ كَفَّرَتْ عَنْهُ خَطَايَاهُ. وَ لَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ اْلبَحْرِ. النسائى و الترمذى و اللفظ له و قال: حديث حسن
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr RA ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seseorang di atas bumi ini mengucapkan : Laa ilaaha illallooh dan Alloohu akbar dan Laa haula wa laa quwwata illaa billaah, kecuali ucapan-ucapan tersebut menghapus kesalahan-kesalahannya, walaupun kesalahannya itu sebanyak buih di laut”. [HR. Nasai dan Tirmidzi, dan lafadh itu baginya, dan ia berkata : Hadits hasan].

عَنْ اَنَسٍ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص اَخَذَ غُصْنًا فَنَفَضَهُ فَلَمْ يَنْتَفِضْ، ثُمَّ نَفَضَهُ فَلَمْ يَنْتَفِضْ، ثُمَّ نَفَضَهُ فَانْتَفَضَ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ سُبْحَانَ اللهِ، وَ اْلحَمْدُ ِللهِ، وَ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ، وَ اللهُ اَكْبَرُ تَنْفُضُ اْلخَطَايَا كَمَا تَنْفُضُ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا. احمد و رجاله رجال الصحيح
Dari Anas RA, bahwasanya Rasulullah SAW memegang dahan suatu pohon lalu menggoyangkannya, tetapi tidak tergoyangkan, lalu menggoyangkannya lagi tetapi belum tergoyangkan. Lalu menggoyangkannya lagi, maka tergoyanglah dahan itu. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya ucapan : Subhaanallooh dan Alhamdu lillah dan Laa ilaaha illallooh dan Alloohu akbar menggugurkan kesalahan-kesalahan seperti pohon ini menggugurkan daun-daunnya”. [HR. Ahmad dan para perawinya perawi-perawi shahih].

عَنْ اَبِى الدَّرْدَاءِ رض عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: مَنْ قَالَ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ، وَ اللهُ اَكْبَرُ اَعْتَقَ اللهُ رُبُعَهُ مِنَ النَّارِ. وَ لاَ يَقُوْلُهَا اثْنَتَيْنِ اِلاَّ اَعْتَقَ اللهُ شَطْرَهُ مِنَ النَّارِ. وَ اِنْ قَالَهَا اَرْبَعًا اَعْتَقَهُ اللهُ مِنَ النَّارِ. الطبرانى فى الكبير و الاوسط
Dari Abud Darda’ RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Barangsiapa mengucapkan Laa ilaaha illallooh walloohu akbar, Allah membebas-kannya seperempat dari orang itu dari api neraka. Tidaklah ia mengucapkannya dua kali melainkan Allah membebaskannya separohnya dari api neraka. Dan jika ia mengucapkannya empat kali, Allah membebaskannya dari neraka”. [HR. Thabrani di dalam Al-Kabir dan Al-Ausath].

عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَا يَسْتَطِيْعُ اَحَدُكُمْ اَنْ يَعْمَلَ كُلَّ يَوْمٍ مِثْلَ اُحُدٍ عَمَلاً؟ قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَ مَنْ يَسْتَطِعْ اَنْ يَعْمَلَ كُلَّ يَوْمٍ عَمَلاً مِثْلَ اُحُدٍ؟ قَالَ: كُلُّكُمْ يَسْتَطِيْعُهُ. قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَا ذَا؟ قَالَ: سُبْحَانَ اللهِ اَعْظَمُ مِنْ اُحُدٍ، وَ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ اَعْظَمُ مِنْ اُحُدٍ، وَ اْلحَمْدُ ِللهِ اَعْظَمُ مِنْ اُحُدٍ، وَ اللهُ اَكْبَرُ اَعْظَمُ مِنْ اُحُدٍ. ابن ابى الدنيا و النسائى و الطبرانى و البزار
Dari ‘Imran bin Husain RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Apakah seseorang diantara kalian setiap hari tidak mampu mengamalkan suatu amalan sebesar gunung Uhud?”. Para shahabat menjawab, “Ya Rasulullah, siapa yang mampu melakukan amalan sebesar gunung Uhud setiap hari?”. Nabi SAW bersabda, “Kalian semua mampu”. Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana caranya?”. Beliau SAW bersabda, “Ucapan : Subhaanallooh lebih besar (pahalanya) dari pada gunung Uhud, ucapan Laa ilaaha illallooh lebih besar dari pada gunung Uhud, ucapan Alhamdu lillah lebih besar dari pada gunung Uhud, dan ucapan Alloohu akbar lebih besar dari pada gunung Uhud”. [HR. Ibnu Abid Dunya, Nasai, Thabrani dan Al-Bazzar].

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَوَّلُ مَنْ يُدْعَى اِلَى اْلجَنَّةِ الَّذِيْنَ يَحْمَدُوْنَ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ فِى السَّرَّاءِ وَ الضَّرَّاءِ. ابن ابى الدنياو البزار و الطبرانى و الحاكم و قال : صحيح على الشرط مسلم
Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Pertama-tama orang yang dipanggil ke surga ialah orang-orang yang selalu memuji Allah ‘Azza wa Jalla di waktu lapang dan sempit”. [HR. Ibnu Abid Dunya, Al Bazzar, Thabrani dan Al Hakim, ia berkata : Shahih atas syarath Muslim]

Pon.Pes. Sidogiri : Zahrotul Qolbi



Sidogiri Zahrotul Qolbi adalah Lagu utama Ikhtibar 273 yg bertema "Hidup Sehat Syukuri Nikmat"

Minggu, 07 Desember 2014

PERJANJIAN (Hilful Fudhul )YG DIIKUTI NABI SAW SAAT UMUR 15 TAHUN


Ruh dari perjanjian Hilful Fudhul adalah MENGHILANGKAN KEBERANIAN MODEL JAHILIYYAH yang lebih banyak dibangkitkan oleh rasa fanatisme. [Lihat Shafiyyurrahman Al_Mubarakfury Ar_Rahiqul Makhtum Bahtsun fis Sirah An_Nabawiyah ‘Ala Shahibiha Afdhalish Shalati was Salam, hal. 82]
======

Pada waktu Nabi usia lima belas tahun, meletus Perang Fijar antara pihak Quraisy bersama Kinanah, berhadapan dengan pihak Qais Ailan. Komandan pasukan Qaraisy bersama Kinanah dipegang oleh Harb bin Umayyah, karena pertimbangan usia dan kedudukannya yang terpandang. Pada mulanya pihak Qais Ailan yang mendapat kemenangan. Namun kemudian beralih ke pihak Quraisy bersama Kinanah.
Dinamakan Perang Fijar, karena terjadi pelanggaran terhadap kesucian tanah haram dan bulan_bulan suci. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ikut berga-bung dalam peperangan ini dengan cara mengumpulkan anak panah bagi paman_paman beliau untuk dilemparkan kembali ke pihak musuh. [Lihat Fu’ad Hamzah, Qalbu Jaziratil ‘Arab, (Mesir: Al_Mathba’ah As_Salafiyyah wa Maktabuha, 1923 M), hal. 260]
Hilful Fudhul
Pengaruh dari peperangan ini, maka diadakanlah Hilful Fudhul pada bulan Dzulqaidah pada bulan suci, yang melibatkan beberapa kabilah Quraisy, yaitu Bani Hasyim, Bani Al_Muththalib, Bani Asad bin Abdul Uzza, Bani Zuhrah bin Kilab, dan Bani Taim bin Murrah. Mereka berkumpul di rumah Abdullah bin Jud’an At_Taimy karena pertimbangan umur dan kedudukannya yang terhormat. Mereka mengukuhkan perjanjian dan kesepakatan bahwa tidak seorang pun dari penduduk Makkah dan juga yang lainnya yang dibiarkan teraniaya. Siapa yang teraniaya, maka mereka sepakat untuk berdiri di sampingnya. Sedangkan terhadap siapa yang berbuar dzalim, maka kedzalimannya harus dibalaskan terhadap dirinya. Perjanjian ini juga dihadiri oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku pernah mengikuti perjanji-an yang dikukuhkan di rumah Abdullah bin Jud’an, suatu perjanjian yang lebih aku sukai daripada keledai yang terbagus. Andaikata aku diundang untuk perjanjian itu semasa Islam, tentu aku akan memenuhuinya.”
Syaikh Shafiyyurrahman Al_Mubarakfury mengatakan bahwa ruh dari perjanjian itu adalah menghilangkan keberanian model Jahiliyah yang lebih banyak dibang-kitkan oleh rasa fanatisme. [Lihat Shafiyyurrahman Al_Mubarakfury Ar_Rahiqul Makhtum Bah-tsun fis Sirah An_Nabawiyah ‘Ala Shahibiha Afdhalish Shalati was Salam, hal. 82]
Mengembalakan Kambing
Pada masa awal remajanya Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mempu-nyai pekerjaan tetap. Hanya saja beberapa riwayat menyebutkan bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menggembala kambing di kalangan Bani Sa’d bin Bakr dan juga di Makkah dengan imbalan uang beberapa dinar. [Lihat Muhammad Al_Ghazaly, Fiqhus Sirah, (Mesir: Darul Al_Kitab Al_Araby, 1375 H / 1955 M), cet. 2, hal. 52]
Menikah dengan Khadijah
Pada usia dua puluh lima tahun, beliau pergi berdagang ke Syam untuk men-jalankan barang dagangan milik Khadijah. Ibnu Ishaq menuturkan bahwa Khadijah binti Khuwalid adalah seorang wanita pedagang, terpandang, dan kaya raya. Dia biasa menyuruh orang_orang untuk menjalankan barang dagangannya dengan membagi sebagian hasilnya kepada mereka, karena orang_orang Quraisy memiliki hobi berdagang. Tatkala Khadijah mendengar kabar tentang kejujuran perkataan beliau, kredibilitas, dan kemuliaan akhlaq beliau, maka dia pun mengirim utusan dan menawarkan kepada beliau agar berangkat ke Syam untuk menjalankan barang dagangannya. Dia siap memberikan imbalan jauh lebih banyak dari imbalan yang pernah dia berikan kepada pedagang yang lain. Tetapi beliau harus pergi bersama seorang pembantu yang bernama Maisarah. Beliau menerima tawaran ini, maka beliau berangkat ke Syam untuk berdagang dengan diserta Maisarah. . [Lihat Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam bin Ayyub Al_Humary, As_Sirah An_ Nabawiyah, (Mesir: Syirkah Maktabah wa Mathba’ah Musthafah Al_Baby Al_Halaby wa Auladuhu, 1375 H), cet. 2, hal. 1/187-188]
Setibanya di Makkah dan setelah Khadijah bin Khuwalid tahu bahwa keuntungan dagangannya yang melimpah, yang tidak pernah dilihatnya sebanyak itu sebelumnya, apalagi setelah pembantunya, yaitu Maisarah mengabarkan kepadanya apa yang dilihatnya pada diri beliau selama menyertainya, bagaimana sifat_sifat beliau yang mulia, kecerdikan dan kejujurannya, maka seakan_akan Khadijah binti Khuwalid mendapatkan barangnyanya yang pernah hilang dan sangat diharapkannya. Sebenarnya sudah banyak para pemuka dan pemimpin kaum yang hendak menikahinya, tetapi dia tidak mau. Tiba_tiba saja dia teringat seorang rekannya, yaitu Nafisah binti Munyah. Dia meminta agar rekannya ini menemui beliau dan membuka jalan agar mau menikah dengan Khadijah binti Khuwalid. Ternyata beliau menerima tawaran itu, lalu beliau menemui paman_ pamannya. Kemudian paman_paman beliau menemui paman Khadijah binti Khuwalid untuk mengajukan lamaran. Setelah semuanya dianggap beres, maka pernikahan siap dilaksanakan. Adapun yang ikut hadir dalam pelaksanaan akad nikah adalah Bani Hasyim dan para pemuka Bani Mudhar. Hal ini terjadi dua bulan sepulang beliau dari Syam. Maskawin beliau adalah dua puluh ekor unta muda. Usia Khadijah binti Khuwalid sendiri adalah empat puluh tahun, yang pada masa itu dia merupakan wanita yang paling terpandang, cantik, pandai, dan kaya. Dia adalah wanita pertama yang dinikahi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tidak pernah menikahi wanita lain hingga Khadijah binti Khuwalid meninggal dunia.
Putra_putri beliau – selain Ibrahim dilahirkan dari Maria Al_Qibthiyah – dilahirkan dari Khadijah binti Khuwalid adalah Al_Qasim – dengan nama ini beliau dijuluki Abul Qasim –, Abdullah – dia dijuluki Ath_Thayyib dan Ath_Thahir –, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kaltsum, dan  Fatimah. Semua putra beliau meninggal dunia selagi kecil. Sedangkan semua putri beliau sempat menjumpai Islam, dan mereka memeluk Islam serta ikut hijrah. Hanya saja mereka semua meninggal dunia selagi beliau masih hidup, kecuali Fatimah. Dia meningga dunia selang enam bulan sepeninggalan beliau, untuk bersua dengan beliau.
Al_Hafizh Ibnu Hajar Al_Asqalani mengatakan bahwa ada sedikit perbedaan di antara beberapa kitab referensi tentang hal di atas. Tetapi yang kami tulis di sini adalah pendapat yang paling kuat. [Lihat Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Al_Asqalany, Fathul Bari, (Kairo: Al_Mathba’ah As_Salafiyah wa Maktabuha, tt), hal. 7/507]