Nabi SAW:مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي كِتَابٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تَسْنَغْفِرُ لَهُ مَا دَامَ اسْمِي فِي ذَلِكَ الْكِتَابِ (Barang siapa menulis sholawat kpdku dlm sebtah buku, maka para malaikat selalu memohonkan ampun kpd Alloh pd org itu selama namaku masih tertulis dlm buku itu). اَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلّٰهِ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ
ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT
▼
Rabu, 22 Agustus 2018
KISAH TUANKU TUNGGANG PARANGAN -- MENGISLAMKAN KERAJAAN KUTAI
Copas dari Group WA Madura:
-- KISAH TUANKU TUNGGANG PARANGAN --
MENGISLAMKAN KERAJAAN KUTAI
Sebelum di Tenggarong, pusat Kerajaan Kutai Kertanegara berada di Tepian Batu, Kutai Lama.
Ulama yang pertama kali mengislamkan Kerajaan Kutai Kertanegara adalah Tuanku Tunggang Parangan yang bergelar Datuk Berjanggut Merah. Nama asli beliau adalah Habib Hasyim bin Musayyah bin Abdullah bin Yahya yang lahir di Tarim, Hadhramaut, Yaman Selatan.
Beliau keluar berhijrah dari Tarim untuk berdakwah menyebarkan agama Islam ke Jawa, Sumatera, Sulawesi dan terakhir di pulau Kalimantan. Sebelum kedatangan beliau ke Kerajaan Kutai Kertanegara, telah banyak saudagar-saudagar Arab, diantaranya Sayyid Muhammad bin Abdullah bin Abu Bakar Al Marzak yang berusaha membujuk Raja Mahkota (Meruhum Berjanggut Kawat) untuk masuk Islam. Tetapi usaha nereka belum membuahkan hasil karena kesaktian Sang Raja.
Awalnya Tuanku Tunggang Parangan datang ke Bumi Etam bersama Khotib Tunggal Abdul Makmur atau Datuk Ri Bandang dari Kota Tengah Kampar. Tetapi setelah terbetik kabar bahwa orang-orang Makassar berbalik kafir, beliau datang kembali ke Sulawesi. Seiring waktu, berita tentang kehebatan Tunggang Parangan terdengar oleh Raja Mahkota. Ia memanggil Tunggang Parangan ke Balai Agung Panca Persada, istana Kerajaan.
Dikisahkan Tuanku Tunggang Parangan datang dari Muara Sungai Mahakam ke istana di Tepian Batu Jahitan Layar dengan menaiki Jukut Parangan atau ikan Hiu bergigi gergaji hingga membuat takjub orang-orang yang melihatnya. Begitu sampai di istana beliau langsung menemui Raja Mahkota dan berkata:
"Sesungguhnya saya datang kemari mengajak Raja kepada jalan yang suci, jalan yang diridhai Allah SWT, karena Raja itu bayang-bayang Allah SWT di dunia. Agar menjadi Raja di dunia dan akhirat, maka hendaknya Raja masuk Islam. Karena orang Islam apabila mati mendapat surga, apalagi kalau ia Raja seperti Anda. Adapun orang kafir itu tidak baik, jikalau mati dimasukkan Allah Ta'ala kedalam api neraka."
Raja Mahkota menyahut:
"Tuan ini katanya orang Islam, apa kehebatan Tuan? Jika kehebatan saya kalah oleh kehebatan Tuan, maka saya akan segera masuk kedalam Islam, dan jika saya yang menang, maka saya tidak akan masuk kedalam Islam."
"Baiklah, apa kehebatan Anda, keluarkanlah!"
kata Tuanku Tunggang Parangan.
"Habib, carilah saya kalau engkau bisa, aku akan menghilang." jawab Sang Raja.
Lalu Raja Mahkota ghaib menghilang sambil berkata: "Carilah saya Habib!"
Maka Habib Tunggang Parangan dengan santai berjalan 13 langkah. Pada langkah terakhir ia telah berada dibelakang Raja dan berseru: "Saya telah berada dibelakang Anda Tuanku.... "
Maka Sang Raja melihatnya ke belakang dan dilihatnya Sang Habib memang telah berada di belakangnya.
Tak mau kehilangan muka di hadapan rakyatnya,, Raja Mahkota kembali menantang Sang Ulama. Dalam fikirannya tantangannya yang kedua ini tak mungkin dikalahkan oleh Sang Habib.
"Ada satu lagi tantangan saya, apabila saya kalah maka saya akan masuk Islam." kata Sang Raja.
Tantangan kembali diterima.
Maka dibawanya Habib keluar istana diiringi orang banyak kemudian berkata: "Lihatlah kesaktianku ini....!"
Di tengah tanah lapang itu Sang Raja bersedekap siku. Tiba-tiba di depannya muncul api yang sangat besar. Lidah api itu menjilat kemana-mana. Ia menantang Habib Tunggang Parangan untuk memadamkan api abadi tersebut.
Habib Tunggang Parangan bergegas ke sungai mengambil air wudhu kemudian melakukan shalat dua roka'at.
Ajaib, usai salam tiba-tiba turunlah hujan dengan lebatnya. Air sungai Mahakam pun naik sampai menggenangi Kerajaan. Tetapi meskipun sudah digenangi air, api abadi Sang Raja masih belum padam. Sejurus kemudian Habib Tunggang Rasa berkata: "Jukut Parangan, muncullah engkau...!"
Jukut Parangan pun muncul dan berenang berputar-putar di sekitar api. Ekornya mengibas-ibaskan air ke arah api.
Ajaib, tiba-tiba api abadi Sang Raja pun padam. Jukut Parangan pun kembali ke sungai diikuti dengan surutnya air. Habib Tunggang Parangan berkata kepada Sang Raja: "Bagaimana pendapat Tuanku Raja Mahkota akan hal ini?"
Akhirnya Sang Raja Mahkota, Raja Keenam Kutai Kertanegara itu pun menepati janjinya dengan permintaan terakhir menghabiskan babi yang dipelihara istana. Habib Tunggang Parangan pun menyanggupinya dan meminta kepada Sang Raja agar dibangunkan sebuah musholla baginya. Lokasi musholla itu sekarang menjadi tanah lapang di dekat makam beliau.
Raja Mahkota pun memenuhi janjinya datang ke musholla mengucap dua kalimat syahadat. Sejak saat itu beliau bergelar Aji Raja Mahkota Mulia Islam, Raja Kutai pertama yang memeluk Islam. Ia wafat pada tahun 1610 M dan digantikan oleh putranya Aji Dilanggar yang juga seorang muslim. Habib Tunggang Parangan sendiri wafat pada tahun 1736 M. Ketiga di makamkan di desa Kurai Lama, kecamatan Anggana, Kutai Kertanegara.
اللهم صل علي محمد وعلي اله وصحبه وسلم.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar