Pemabuk Cinta
Oleh
Abdul Ghofur Maimoen
======================
“Man ‘asyiqa fa ‘affa wa katama tsumma maata fahuwa syahiid”
“Barangsiapa mabuk cinta, lalu menjaga diri (dari hal-hal yang tak
baik) dan merahasiakan cintanya, kemudian wafat, maka dia adalah
syahid.”
Hadits kontroversial yang banyak didhaifkan oleh ulama. Akan tetapi
pesannya sangat baik, yakni bahwa cinta sudah seharusnya dibiarkan suci
dan jangan dikotori dengan kemaksiatan-kemaksiatan. Dan jika perlu,
kesuciannya ditebus dengan nyawa. Sungguh mulia mereka yang jatuh cinta,
yang karena tak mungkin diteruskan rela menyimpannya dalam hati hingga
menghembuskan nyawanya.
Ini barangkali yang menjadi salah satu pertimbangan bagi pakar Hadits
modern, Ahmad bin Shiddiq al-Ghimary, untuk membela Hadits tersebut
sehingga menulis buku yang secara khusus menolak kedhaifannya, “Dar’
adh-Dhu’fi ‘an Haditsi Man ‘Asyiqa ..”
Hati memang ada dalam tubuh tiap manusia, tapi ia bukan miliknya. Ia
bisa memilih kekasihnya sendiri tanpa dia mampu menolaknya. Maka ketika
ia memilih yang tidak semestinya, dia harus menjaga diri agar tidak
hanyut olehnya. Sedikit yang mampu melakukannya, dan yang sedikit ini
adalah kekasih Allah SWT. Jika dia kemudian mati karena cintanya maka
dia adalah syahid.
Al-Ushmu’i, sastrawan dan ahli bahasa klasik, menuturkan pengalamannya:
Saat saya berjalan menelusuri pedalaman padang pasir saya melewati sebuah batu. Di situ tertulis sebuah bait syair:
“Wahai para pemabuk cinta .. demi Allah ceritakan padaku, jika seorang pemuda mabuk cinta apa yang mesti dia lakukan ..?”
Saya pun menulis di bawahnya:
“Dia bujuk cintanya .. lalu menyimpan rahasianya .. Dia tunduk lah dan pasrah lah dalam segala urusannya ..”
Hari berikutnya saya kembali, dan mendapati bait syair di bawahnya:
“Bagaimana pemuda itu bisa membujuk cintanya, sementara cinta telah membunuhnya .. dan setiap hari hatinya tersayat .. ”
Saya tuliskan bait syair berikutnya:
“Jika dia tak memiliki kesabaran untuk menyimpan rahasianya, maka hanya kematian lah kebaikan yang tersisa baginya .. ”
Saya kembali lagi di hari ketiga. Di sana ada seorang pemuda mati
terkapar persis di bawah batu tersebut. Di bagian bawah termaktub dua
bait syair:
“Sendiko dawuh! kematian telah menjemput! Sampaikan salamku kepada seseorang yang melarang perjumpaan cinta ..
Untuk mereka yang bergelimang kenikmatan, nikmatilah kenikmatan
kalian .. dan bagi pemuda pemabuk cinta yang miskin hanya racun yang dia
tenggak ..”
Pemuda pemabuk cinta ini boleh jadi adalah syahid!
Wallaahu a’lam bishshawaab ..
sumber:http://krapyak.org/2013/04/26/pemabuk-cinta/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar