RENTETAN SEJARAH
HADIST GHODIR KHUM
DARI ULAMA’ SALAFUS SHOLIHIN
“Barang
siapa yang menjadikanku sebagai pemimpin,maka ali adalah pemimpinya. Ya
Allah, tolonglah orang yang menolongnya, musuhilah orang yang
memusuhinya,cintailah orang yang mencintainya, murkailah orang yang
memurkainya, bantulah orang yang membantunya, hinakanlah orang yang
menghinakannya dan edarkan kebenaran sekiranya dia beredar”.
(H.R. tirmidzi, nasai, ahmad –hadist hasan)
(lihat buletin syi’ah al-itrah “ghadir khum” hal.pertama/edisi perdana-th.2007)
muqoddimah
setelah
semakin meluasnya pengertian hadist ghadir khum yang di klaim oleh ahlu
bid’ah, syia’ah imamiyah khususnya bahwa sesungguhnya Ali ra adalah
satu-satunya sahabat nabi saw dari ahlul bait yang mendapat pesan dan
wasiat langsung dari beliau saw sebagai imam (pemimpin) dan paling
berhak untuk menggantikan beliau saw. Syi;ah berkata:
“lebih dari
itu, ada satu pesan dan perkara lain yang sebenarnya sudah sering beliau
kemukakan lagi agar terungkap secara formal,tegas dan didengar
umat.pesan yang juga berasal dari wahyu illahi itu tak lain adalah pesan
dan wasiat tentang kepemimpinan ali bin abi thalib as sepeninggal
beliau”.
(Lihat bulletin syi’ah al-itrah “ghadir khum” hal pertama / edisi perdana-th. 2007)
maka perlu kiranya kita kaji pengertian hadit tersebut dari ulama-ulama salafus sholeh ahlus sunnah wal jama’ah.
Pokok masalah :
Dalam
kenyataan sejarah dunia, yaitu perjalanan kehidupan manusia
(sunnahtullah), ternyata orang-orang yang menggantikan kholifatur rasul
saw adalah bukan ali ra. Secara berurutan mereka adalah :sahabat abu
bakar as-shiddiq ra, umar bin khottob ra dan ustman bin affan. Baru
kemudian khilafah di pegang oleh ali ra.
Berbicara
mengenahi sunnatullah (perjalanan kehidupan dunia dan seisinya), maka
alangkah baiknya kita merenungkan firman allah yang terkandung dalam
surat al-an’am ayat 59
“dan pada
sisi Alloh lah kunci-kunci semua yang ghoib, tak ada yang mengetahuinya
kecuali Dia sendiri. Dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan dilautan
dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan dia mengetahuinya pula,
dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu
yang basah atau kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (lauh
mahfudz)”.
Dari
pengertian ini, allah menyatakan bahwa peredaran alam jagad raya dan
seluruh peristiwa yang ter jadi di muka bumi ini adalah merupakan takdir
dan qodar allah yang suadah tertulis di lauh-mahfudz. Apapun yang
terjadi,baik,buruk. Perkara yang disukai atau tidak di sukai adalah hak
mutlak kekuasaan dan kehendak allah ta’ala semata. Inilah salah satu
rukun iman keenam agama islam . yaitu percaya akan qodo’ dan qodar
allah, baik atau jahatnya semuanya dari allah semata. Barang siapa yang
tidak mempercayainya, maka dia adalah kufur kepada allah ta’ala
Lain halnya
sikap aliran syi’ah dalam menghadapi kenyataan yang terjadi. Mereka
seakan-akan menggugat dan tidak ridhlo kepada allah ta’ala yang telah
menetapkan dan mentaqdirkan para shahabat yang menggantikan nabi saw dan
mendahului ali ra. Sebagai kholifah. Sehingga mereka berani mengatakan
bahwa:
“kota
madinah yang di binanya dengan pedoman dan ajaran islam dan tauhid saat
itu (sepeninggal nabi saw-red) justru terancam serangan musuh (para
shahabat-red),kaum pemdamba kenikmatan duniawi, dan kaum yang hatinya
penuh gejolak dendam kesumat kepada islam dan pendirinya (Nabi Muhammad
saw-red) sehingga mereka (para shahaba-red) ingin meluluh-lantakkan
bangunan islam untuk kemudian mereka bangun kembali kebudayaan
jahiliyyah yang sudah kehilangan daya pikatnya”.
(lihat buletin syi’ah al-itrah “ghadir khum” hal.pertama/edisi perdana-th.2007)
subhanallah!
Inilagh salah satu bentuk keberanian aliaran syi’ah yang
mengatasnamakan organisasi ke-islaman al-itrah di bangil yang baru
muncul pada awal tahun 2007 dan mewakili organisasi-organisasi keislaman
berbasis syi’ah.mereka berani dengan lantang mencaci-maki para shahabat
sebagai musuh islam,hatinya penuh gejolak dendam kesumat kepada islam
dan nabi saw,dll.lebih-lebih kepada abu bakar ra. Sebagai pengganti
pertama kholifatur rasul dengan kata-kata yang tidak sepatutnya mereka
lontarkan dari seorang yang mengaku muslim.
Subhanallah !
rasulullah saw pernah berkata kepada abu bakar ra didalam gua tsur
ketika beliau menyertai nabi saw hijrah ke madinah. Begitu nabi saw
melihat betapa besar cintanya abu bakar ra kepada nabi saw dan
pengorbanannya, baik harta. Jiwa, dan keluarganya, semuanya beliau
serahkan hanya untuk islam, sehingga nabi berkata:”demi dzat yang
mengutus aku dengan benar sebagai nabi! Tidak akan masuk surga orang
yang berani membencimu(hai abu abu bakar). Sekalipun amalnya mencapai 70
amalan nabi”.
Yang menjadi
masalah sekarang adalah bagaimana ulama ahlus sunnah salafu-shaleh
mengantisipasi, menanggapi dan menjelaskan perkara hadist ghodir khum?
Pembahasan:
Walhasil
marilah kita telaah perjalanan(asbabul-wurud) hadist ghodir khum,
hadist ini sendiri terjadi setelah beliau saw usai melaksanakan haji
wada’. Yaitu tepatnya pada tahun ke 10 hijriyyah. Haji wada’ ini juga
dinamakan haji balagh dan haji islam sebab nabi saw mengucapkan salam
perpisahan kepada seluruh manusia dan beliau tidak melaksanakan haji
setelah haji wada’ ini. Dan beliau meneragkan kepada mereka apa yang
halal dan yang haram. Beliau berangkat beserta jama’ah sebanyak 90.000
orang sahabat pada 5 hari sebelum masuk bulan dzulhijjah selepas sholat
dhuhur bersama para sahabat bergerak dari kota madinah menuju kota
mekkah.
Ibadah haji
pun telah usai. Manasik demi manasik dengan berbagai cara terlakasana.
Lalu nabi saw melaksanakan tawaf wada’ sebagai tanda perpisahan. Beliau
berdiri di depan multazam, yaitu tempat diantara hajar aswad dan pintu
ka’bah,beliau saw berdo’a seraya menempelkan dada dan wajah beliau
dengan multazam.
Setelah 10
hari masuk kota mekkah, tepatnya tanggal18 dzulhijjah, nabi saw keluar
bersama para sahabat pulang menuju ke kota madinah. Ketika beliau sampai
pada satu daerah yang dikenal denagn sebutan ghodir khum. Para sahabat
berkumpul disana dan nabi mengutarakan khutbah dan tentang keutamaan ali
ra dan bebasnya harga diri beliau dari daripada pendapatnya orang-orang
yang menyertai beliau di yaman. Yaitu sesuatu yang timbul dari diri
beliau soal peradilan, sebagian mereka mengatakan bahwa ali ra adalah
seorang yang menyimpang dan bakhil. Padahal kebenaran senantiasa
menyertai beliau ra.
Dalam
khotbahnya, nabi saw mengutamakan soal berpegang dengan teguh kepada
kitabullah dan beliau saw berwasiat akan keutamaan keluarganya,seraya
berkata:”sesungguhnya aku meninggalkan pada kalian 2 perkara, yaitu
kitabullah dan keluargaku, dan sekali-kali keduanya tidak akan berpisah
sehingga sampai keduanya ke telaga(hari kiamat)”.(Al-hadits)
Dalam
membela perkara haq Ali ra, nabi saw berkata lantang berulang kali
,”bukankah aku ini paling utamanya kalian dari pada diri kalian”, mereka
menjawabnya dengan membenarkan dan pengakuan,lalu nabi saw mengangkat
tangan ali ra menunjukkan kepada shahabat seraya berkata:
“Barang
siapa yang menjadikanku sebagai pemimpin,maka ali adalah pemimpinya. Ya
Allah, tolonglah orang yang menolongnya, musuhilah orang yang
memusuhinya,cintailah orang yang mencintainya, murkailah orang yang
memurkainya, bantulah orang yang membantunya, hinakanlah orang yang
menghinakannya dan edarkan kebenaran sekiranya dia beredar”.
Inilah
paling kuatnya hadist yang dipegang oleh syi’ah bahwasannya ali ra
adalah yang paling utamanya untuk mendapat mandate kepemimipinan dari
pada sahabat lainnya. Mereka berpendapat bahwa hadist ini adalah
merupakan nash(ketetapan) yang jelas atas kholifah ali ra. Yang mana
pada waktu itu tidak kurang dari 30 orang sahabat mendengar lansung dan
menyaksikannya,
Ulama salaf
menolak pendapat syi’ah tentang hadist ghodir khum dalam beberapa sisi.
Selain derajat hadist tersebut hanya hadist hasan, bukan shahih:
Pertama:
Orang syiah
mufakat atas pengertian hadist tawarur. Yaitu dalam beberap hadist yang
bisa mereka buat sebagai dalil atas imamah. Akan tetapi kenyataanya
hadist ghodir khum ini adalah hadist tunggal, bahkan ada sebagian imam
hadist mencelanya. Seperti imam abu dawud dan abu hatim ar rozi. Maka
hal ini merupakan satu bentuk perlawanan dari mereka (imam hadist) akan
ketawaturan hadist ini. Sehingga hanya dikategorikan sebagai hadist
hasan.
Dari sini
berkata ulama ahlusunnah”,subhanallah!, dari perkara orang-orang syi’ah
yang mana apabila kita ahlu sunnah membuat dalil untuk membantah mereka
dengan hadist-hadist shohih “. Maka mereka berkata,”ini adalah hadist
tunggal yang tidak cukup dibuat sebagai dalil”. Dan apabila mereka
membuat dalil akan satu pendapatnya, maka mereka mendatangkan
hadist-hadist batil.yaitu hadist yang tidak sampai ketingkat derajat
hadist dhoif”.
Kedua:
Sesungguhnya
pengertian “mauliy” itu bisa dimutlakkan pada 20 makna. Yaitu satu
diantaranya adalah yang bermakna : “sayyidiy” yang berarti Ali ra adalah
seorang penghulu yang patut kiranya unutk dicintainya dan menghindar
dari pada membencinya.
Sesungguhnya
ada seorang shahabat bernama buraidah yang pernah menyertai baliau ra
di yaman mengeluh soal kekasaran ali ra kepadanya, maka berubahlah wajah
nabi saw(marah),lalu beliau saw berkata kepadanya:
“ya
buraidah,jangan engkau mengumpat ali ra. Sesungguhnya dia adlah bagian
dariku, dan aku bagian darinya, bukankah aku paling utama orang-orang
mukmin dari diri mereka”.
Buraidah menjawab “benar, ya rasulullah saw”, maka nabi bersabda:…………..
Demikian ini
diutarakan nabi saw hanya kepada buraidah, kemudian manakala nabi saw,
sampai ke ghodirkhum beliau ingin mengatakannya kepada seluruh para
sahabat, sebagaimana wajib atas mereka(para sahabat)mencintai nabi saw,
maka sepantasnya wajib atas mereka mencintai ali ra.
Adapun
pengertian dari ali ra paling utama sebagai imam(pemimpin) setelah nabi
saw, maka sebenarnya yang dikehendaki adalah bisa terjadi diwaktu yang
akan datng bukan pada waktu itu, apabila tidak demikian, maka sudah
pasti dia(ali ra) menjadi imam pada waktu itu juga, sekalipun nabi saw
masih hidup. Akan tetapi perkara ini tidak mungkin terjadi. Dan waktu
yang akan dating tersebut tidak ditentukan secara pasti. Lantas dari
sisi mana beliau ra bisa menjadi seorang imam setelah wafatnya nabi saw?
Boleh jadi imamah terjadi setelah diikatnya bai’at atas ali
ra(disumpah) dan menjadi khollifah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
ali ra tidak pernah berdalih dengan hadist tersebut kecuali setelah
sampainya khilafah kepada beliau ra sebagai bentuk penolakan atas orang
yang menentang beliau dalam masalah khilafah tersebut.
Dan diamnya
ali ra dari mengambil dalih hadist tersebut ebagai imam sampai datangnya
hari-hari khilafah beliau ra adalah bisa jadi ketetapan bagi orang
orang yang lebih rendah akal pikirannya, lebih-lebih orang yang mengerti
bahwa sesungguhnya tidak ada nash(ketetapan) dalam hadist ghodir khum
tersebut atas imamahnya ali ra setelah wafat nabi saw
Ketiga:
Sudah
menjadi khabar tawatur dari ali ra dan sahabat lainnya bahwasannya nabi
saw tidak pernah menetapkan khilafah kepada seseorang ketika wafatnya
beliau saw. Tidak kepada beliau (ali ra) dan tidak kepada lainnya maka
dikatakan kepada beliau,…………………………
“engkau
adalah yang bisa dipercaya dan engkau yang bisa memegang amanah atas
perkara yang engkau dengar”. Maka beliau ra berkata,
“adapun
urusan mandat dari rosulullah saw, maka demi allah tidak ada, seandainya
aku orang yang pertama kali membenarkan denagn hadist ghodir khum ini,
niscaya aku adalah orang yang pertama kali mendustakannya. Seandainya
aku mempunyai perjanjian dengan nabi saw dalam perkara wasiat imamahku
ini, maka aku tidak akan meninggalkan perlawanan untuk mendapatkan
khilafahku tersebut. Sekalipun aku tidak mendapatkan kecuali selimut
buluku ini”
dalam riwayat lain ali ra berkata:
“aku tidak
akan membiarkan saudara dari bani tamim dan bani adiy”. Yaitu abu bakar
ra dan umar ra. Yang mana merka berdua menggantikan mimbar nabi saw dan
sungguh aku berperang melawan mereka berdua dengan kedua tanganku”.
Keempat:
Seandainya
hadist ghodir khum itu merupakan sebuah nash atas imamahnya ali ra,
maka sudah barang tentu ada keleluasan bagi ali ra untuk tidak mengikuti
ajakan paman beliau abbas ra tatkala mengajak beliau kerumah nabi saw
seraya berkata,”seandainya urusan imamah setelah nabi saw ini hak kita
(ali ra dan anak turunnya sebagai ahlu bait nabi saw), maka kita pasti
mengetahuinya”.
Dan juga
seandainya hadist ghodir khum itu merupakan sebuah nash atas imamahnya
ali ra, niscaya tidak akan ada ucapan dari kalangan anshor,……………
“dari kami (golonagn anshor )ada pemimpinnya sendiri dan dari kalian ( golongan muhajirin) ada pemimpinnya sendiri”.
Lalu abu
bakar mengambil dalil atas mereka(kaum anshor) dengan mengatakan bahwa
imamah(pemimpin) itu adlah dari kaum qureisy(golongan mayoritas)
Kejadian
hadist ghodir khum dan ucapan kaum anshor tersebut tidak kurqang dari 2
bulan, maka untuk mengartikan lupanya ali ra, abbas ra dan seluruh
sahabat muhajirin dan anshor ra adalah bentuk kemustahilan yang sangat
jauh. Dan seluruh sahabat terjaga oleh allah ta’ala dari pada berkumpul
untuk menyesatkan umat dan tidak melaksanakan perintah allah dan
rasulNya tentang apa yang mereka ketahui dari hadist tersebut. Yang
berakibat fatal, yaitu batalnya syareat agama islam sebagaimana yang
dilansir dari pendapatnya aliran syiah
Ketika di katakana kepada hasan al-mutsanna bin sibthi”sungguh hadist:………………….
Adalah nash tentang imamahnya ali ra,maka dia berkata
…………………………………………………………….
………………………
“ingatlah
demi allah!seandainya nabi saw menghendaki dengan hadist ghodir khum
dengan pemerintahan dan kekuasaan,pastilah nabi saw menerangkan
maksudnya kepada mereka.dan pasti beliau berkata”wahai manusia!ali ra
adalah penguasa setelah aku dan menjadi kepala pemerintahan atas kalian
setelah. Maka taatilah dan patuhilah dia”.
Demi allah
seandainya nabi saw telah memberi mandate kepada ali ra kemudian
meninggalkannya.maka demikian ini adalah satu kesalahan yang sangat
besar”.
Imam nawawi
ditanya tentang hadist……………………….apa yang dapat diambil faedah darinya?
Beliau menjawab dari ulama’ yang ahli dari perkara ini dan dari mereka
bisa dibuat pegangan dalam menyatakan kebenaran hadist tersebut adalah
bermakna :
………………………………………………………………………….
“barang
siapa yang aku sebagai penolongnya,pengaturnya,yang mencintainya dan
yang membersihkannya,maka ali ra adalah yang demikian ini”.
Pembahasan II
Untuk
memperkuat makna dari hadist ghadir khum yang mengandung wasiat imamah
ali sebagaimana pendapatnya orang syi’ah,maka mereka menghubung
hubungkan dengan ayat.”hai rasul,sampaikan apa yang diturunkan
kepadamudari tuhanmu.dan jika kamu kerjakan (apa yang diperintahkan
itu),berarti kamu tidak menyampaikan amanat_Nya. Allah memelihara kamu
dari (gangguan)manusia sesungguhnya allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang kafir.”(Al maaidah 67)
Coba kita baca bulletin syi’ah al-itrah:
“lebih dari
itu,ada satu pesan dan perkara lain yang sebenarnya sudah sering beliau
kemukakan kepada umat,namun saat ini harus beliau kemukakan lagi agar
terungkap secara lebih formal,tegas,dan didengar umat.pesan yang juga
berasal dari wahyu illahi itu tak lain adalah pesan dan wasiat tentang
kepemimpinan ali bin abi thalib as sepeninggal beliau.”(lihat bulletin
syiah al-itrah(ghadir khum” hal.pertama/edisi perdana-th.2007)
sebenarnya
ayat diatas memang ada perbedaan bacaan. Sebagaiman yang diriwayatkan
oleh ibnu mardawaihi,bahwasannya ibnu mas’ud membaca ayat diatas dengan
tambahan:”hai rasul sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari tuhan
mu.sesungguhnya ali adalah pemimpin orang-orang mukmin”.
Sehingga
syi’ah dengan lantang mengumandangkan bahwa ayat tersebut adalah
merupakan wahyu illahi yang mengandung pesan dan wasiat tentang
kepemimipinan ali bin abi thalib sepeninggal beliau saw. Dan pesan ini
terwujud dalam peristiwa hadist ghadir khum.
Padahal
tambahan bacaan…………………sendiri tidak disebut bentuk bacaannya dalam khot
al-qur’an mushaf “utsmani yang ada sekarang ini, dan tidak ditemukan
keabsahan sanadnya.lebih-lebih mencapai derajat tawatur.karena
sesungguhnya kitab hadistnya imam mardawaihi ini. Tidak ada satu ahli
hadist pun yang mengatakan keshahihannya apa lagi mencapai tingkat
tawatur.maka tidak boleh dijadikan tambahan sebagai al-qur’an dengan
ijma’ ulama ushul,fuqoha’ dan qurro’ seantero dunia kecuali syi’ah.
Tambahan
bacaan diatas ,sebenarnya banyak ditemukan dalam kitab tafsir seperti
ayat”dan perempuan yng telah kamu nikmati/gauli diantara mereka (sampai
pada waktu yang telah ditentukan, maka berikanlah upah-upah merka”.
Dengan ayat
ini syi’ah berda;lih halalnya mut’ah. Padahal bacaan ini tidak
mutawatir, bahkan bacaan ini dapt dihukumi sebagai khobar ahad(hadist
tunggal)yaitu periwayatnya hanya 1 orang
Apabali
perubahan bacaan al-qur’an ini terjadi maka tidak diragukan lagi bahwa
bacaan diatas tidak kuat hukumnya apalagi dijadikan bacaan mashur,
sehinggabisa menjadi sumber hokum tentang halalnya mut’ah karena masih
adanya bacaan yang lebih mashur dan mutawatir yang bertentangan dengan
bacaan diatas sebagaimana pendapat jumhur ulama’
Dan ini lah salah bentuk al quran versi yang kelak akan keluar sebelum datangnya kiamat,yang akan dibawa imam mahdi.
Pembahasan III
Menghadapi
kenyataan yang terjadi setelah nabi saw meninggal, siapakah khalifah
yang berhak menggantikan beliau saw? Dalam masalah ini ada perbedaan
antara ahlu sunnah dan syi’ah yang tidak bisa dipadukan.maka hanya
firman allah swt dan sabda rasul-Nya yang bisa dijadikan acuan untuk
mengambil kebenaran.
Coba kita simak firman allah swt:
………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………
“hai orang-orang yang beriman,ta’atilah allah swt dan ta’atilah rasul(Nya),dan ulil amri diantara kamu.”
Dalam ayat
ini jelas allah memerintah kepada orang yang beriman untuk patuh dan
ta’at kepada allah swt,rasul-Nya saw dan kepada ulil amri.maka siapakah
ulil tersebut ? ahli tafsir menerangkan ulil amri dengan bermacam-macam
pandangan.akan tetapi paling utamanya pendapat yang mendekati kebenaran
bahwa ulil amri itu adalah seorang penguasa atau kepala pemerintahan
yang dibai’at oleh orang-orang islam.karena perintah nabi saw untuk
menta’ati seorang penguasa atau kepala pemerintahan yang akan bisa
membawa kemaslahatan bagi orang-orang islam.
Dalam
perkara kholifah setelah nabi saw,beliau saw pernah menyatakan dalam
sebuah hadist shahih yang diriwayat imam bukhori.rosulullah saw bersabda
:
……………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………..
……………………….
“Adalah bani
isroil yang memerintah mereka itu adalah para nabi.apabila satu
diantara mereka meninggal,maka satu nabi yang lain menggantikannya.dan
bahwasannya tidak ada nabi setelah aku dan bakal ada banyak
kholifah-kholifah penggantiku.para sahabat bertanya “ya rosulullah !apa
yang engkau perintahkan kepada kami ? nabi saw berkata,”penuhilah
pelantikan kholifah-kholifah secara berurutan.dan berikan kepada mereka
akan hak-haknya(patuhi dan ta’ati mereka)sebab sesungguhnya allah swt
akan meminta pertanggung jawaban tentang jalan pemerintahannya”.
Dari hadist
tersebut jalas-jelas nabi saw memerintahkan untuk patuh dan ta’at kepada
kholifah yang bakal menggantikan beliau secara berurutan.
Untuk lebih
jelas,marilah kita lihat bagaimana sikap dan reaksi para sahabat dari
kalangan ahlu bait nabi saw, kaum muhajirin dan anshor serta ijma’
ulama’ akan kholifatur rosul.lebih-lebih kepada kholifah yang
pertama.yaitu abu bakar ra.
1.ahlu
sunnah mempunyai banyak dalil tentang berhaknya abu bakar ra sebagai
pengganti nabi saw.seandainya hal itu wajib ada dalilnya,mak cukuplah
perintah nabi saw kepada beliau untuk menggantikan beliau saw memimpin
manusia sholat.sebab ketika beliau ra dibai’at,tidak ada satu shahabat
pun yang menentangnya.dan tidak mungkin mereka (ummat)mufakat dalam satu
kesalahan atau kesesatan.
2.pada suatu
hari abu juhaifah masuk kerumah ali bin abi thalib ra seraya
berkata,”wahai sebaik-baik manusia setelah nabi saw”.maka ali ra
berkata,”pelan-pelan,hai abu juhaifah !maukah engkau aku beritahu
sebaik-baik manusia setelah nabi saw.sebaik-baik manusia setelah nabi
saw adalah abu bakar dan umar ra”.
3.pada suatu
hari abu sufyan bin harb menyindir tentang kepemimpinan abu bakar ra,
ma kali ra berkata,”selagi engkau memusuhi islam dan orang-orang islam,
hai abu sufyan !maka demikian tersebut tidak akan membahayakan
islam.sungguh kami telah mendapatkan abu bakar ra ahli dalam
kepemimpinan”
4.ketika
nabi saw telah wafat,maka kaum anshor berkata,”dari kami (golongan
anshor)ada pemimpinnya sendiri dan dari kalian (golongan muhajirin)ada
pemimpinnya sendiri”.
Maka umar ra mendatangi mereka seraya berkata:”wahai kaum anshor!bukankah
kalian tahu
bahwa rosulullah saw sungguh memerintah abu bakar ra untuk memimpin umat
sholat,maka siapa diantara kalian yang hatinya rela untuk mendahului
abu bakar ra”?
maka mereka para shahabat menjawab “kami minta perlindungan kepada allah swt dari pada mendahului abu bakar ra”.
5.ketika
nabi saw meninggal, para shahabat berkumpul dirumah sa’ad bin ubadah,ada
diantara mereka abu bakar ra dan umar bin khottob ra.maka berdirilah
seorang anshor seraya menyampaikan khotbahnya:
“wahai kaum
muhajirin!sesungguhnya rasulullah saw,apabila beliau memperkerjakan
salah seorang dari kalian niscaya beliau menyertakan seorang dari
kami.maka kami memandang bahwa ada dua orang yang harus mengurusi
perkara ini (kholifah)yaitu dari kami dan dari kalian”.
Maka berdirilah zai bin tsabit seraya berkata:
“tahukah
kalian sesungguhnya rosulullah saw adalah dari golongan muhajirin,maka
sudah tentu kholifatur rosul adalah dari golongan muhajirin dan kami
adalah golongan anshor(penolong)rosulullah saw,maka sudah tentu kami
adalah anshor kholifatur rosul”.
Kemudian dia
memegang tangan abu bakar dan berkata,”abu bakar ra ini adalah shahabat
kalian,maka bai’atlah dia”,kemudian umar membai’at abu bakar ra, terus
kaum muhajirin dan anshor membai’at juga “.
Setelah itu
abu bakar naik ke mimbar sambil memandang wajah-wajah shahabat dan
beliau ra tidak melihat ali ra ,maka beliau memenggil-manggil nama ali
ra,kemudian datanglah ali ra sambil berkata :
“aku adalah
anak paman Rasulullah saw dan suami dari putri beliau (Muhammad
saw),aku tidak menghendaki terbelahnya tongkat(kepemimpinan) orang-orang
islam.”
Kemudian ali ra berkata :”tidak ada cercaan bagimu wahai kholifatur rasul”,kemudian beliau juga membai’at Abu Bakar ra.
sumber:http://masjidsegaf.wordpress.com/sejarah-hadist-ghodir-khum/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar