ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Rabu, 31 Mei 2017

Kewalian Al-Quthub Al-Habib Ali Bin Muhammad Al-Habsyi dan Al-Quthub Al-Habib Abu Bakar Assegaf Gresik



*Kewalian Al-Quthub Al-Habib Ali Bin Muhammad Al-Habsyi dan Al-Quthub Al-Habib Abu Bakar Assegaf Gresik:*
================

Suatu hari Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi berkata :

“Kelak akan ada seorang muridku yang memiliki kekeramatan sama denganku namanya adalah Abu Bakar Assegaf."

Akhirnya diketahui ternyata beliau adalah Sayyidina Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf wali quthub, asal Gresik.

Dikatakan bahwa maqom (kedudukan) Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf telah mencapai tingkat Shiddiqiyah Kubro. Maqom puncak di mana tidak ada lagi maqom di atasnya kecuali kenabian.
Hal itu telah diakui oleh para wali yang hidup sezaman dengan beliau.

Al-Imam Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar berkata :

“Demi fajar dan malam yang sepuluh dan yang genap dan yang ganjil.. Sungguh Al-Akh Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah mutiara keluarga Segaf yang terus menggelinding (maqomnya) bahkan membumbung tinggi menyusul maqom-maqom para aslafnya (leluhurnya)."

Al Habib Alwi bin Muhammad Al-Haddad berkata :

“Sesungguhnya Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah seorang Quthb Al-Ghaust juga sebagai tempat turunnya pandangan (rahmat) ALLAH SWT."

Al-Arif Billah Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi pernah berkata di rumah Al-Habib Abu Bakar Assegaf dikala beliau membubuhkan tali ukhuwah antara beliau dengan Al-Habib Abu Bakar Assegaf, pertemuan yang diwarnai dengan derai air mata.

Habib Ali berkata kepada para hadirin ketika itu,

"Habib Abu Bakar ini adalah Raja Lebah (Rajanya para Wali di zamannya). Beliau adalah saudaraku di jalan ALLAH. Pandanglah beliau, karena memandang beliau adalah Ibadah."

Al-Habib Husain bin Muhammad al-Haddad berkata :

“Sesungguhnya Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah seorang khalifah. Beliau adalah penguasa saat ini, beliau adalah Pemimpin Para Wali di masanya, beliau telah berada pada Maqom As-Syuhud yang mampu menyaksikan (mengetahui) hakekat dari segala sesuatu."

Di antara ucapan Al Quthb AlHabib Abubakar Assegaf adalah :

"Jika seorang wali meninggal, mereka pasti mengangkat seseorang untuk menggantikannya, mewarisi hal (keadaan)nya dan menduduki kedudukannya. Jika pengganti yang terpilih belum memiliki kemampuan itu untuk menerima hal tersebut, mereka menitipkan hal tersebut kepada salah seorang wali sebagai wakil sampai sang pengganti mampu untuk membawa sirr tersebut.
Kadang-kadang Allah mengujinya dengan menggerakkan lisan masyarakat yang mengganggu harga dirinya, mencela dan menyakitinya sehingga keadaannya menjadi sempurna dan menjadi mampu membawa sirr tersebut. Saat itulah mereka berikan warisannya.”

Diriwayatkan bahwa beliau mengalami suatu penyakit yg parah hingga tampak bekas hitam di dada beliau. Hal ini dikarenakan beliau adalah Penyandang Bala' bagi umat manusia. Beliau berkata, “Apa yang kalian lihat menimpa diriku sebenarnya bukanlah musibah, itu adalah kenikmatan di atas kenikmatan, aku merasakan kesenangan dan kelezatan dengannya. Sedangkan rintihan, keluhan yang kalian dengar dariku hanyalah sesuatu yang manusiawi, pengakuan atas kelemahanku dan kebutuhanku kepada Allah SWT. Sekarang aku menikmati dua kesenangan. Nikmat sabar dan syukur”

Beliau juga berkata,
“Saat aku sakit, Al-Musthofa SAW datang menjengukku dan aku dalam keadaan sadar (yaqodhoh).
Aku berpelukan dengan Beliau SAW di tempat ini (sambil menunjuk tempat yang biasa beliau duduki).

Sayidina Al-Faqih Al-Muqoddam juga pernah datang ke tempat ini setelah sholat Ashar dan aku dalam keadaan terjaga.
Aku sedang duduk di atas sajadah, tiba-tiba Sayidina Al-Faqih Al-Muqoddam datang diapit dua orang lain.

Salah seorang di antara mereka berkata :

“Kenalkah kau orang ini?”
Katanya seraya menunjuk orang yang di tengah.

“Tidak,” Jawabku.

“Beliau adalah kakekmu, Sayidina Al-Faqih Al-Muqoddam,” Kata orang itu.

Para auliya’ bersepakat bahwa Maqom Ijtima’ (bertemu) dengan Nabi SAW dalam waktu terjaga, adalah sebuah maqam yang melampaui seluruh maqom yang lain.
Hal ini tidak lain adalah buah dari mutaba'ah dzohir batin beliau terhadap sunnah-sunnah Nabi SAW.

Beliau juga pernah berkata, “Aku adalah Ahluddarak, barang siapa yang memohon pertolongan ALLAH melaluiku, maka dengan izin ALLAH aku akan membantunya, barang siapa yang berada dalam kesulitan lalu memanggil-manggil namaku maka aku akan segera hadir di sisinya dengan izin ALLAH."

Ijazah beliau :

Dalam acara rutinan rauhah 3 Jumadal Ula, 1355 H. Pada acara rauhah di Kediaman beliau di Gresik, al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf menuntun orang-orang yang hadir di acara tersebut dengan kalimat jalalah berikut ini:

لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَوْجُودْ فِيْ كُلِّ زَمَانْ

لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَعْبُودْ فِيْ كُلِّ مَكَانْ

لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَذْكُورْ بِكُلِّ لِسَانْ

لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَعْرُوفْ بِاْلاِحْسَانْ

لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِى شَأْن

لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْأَمَانْ اَلْأَمَانْ مِنْ زَوَالِ الْاِيْمَانْ

وَمِنْ فِتْنَةِ الشَّيْطَانْ، يَا قَدِيْمَ الْاِحْسَانْ

كَمْ لَكَ عَلَيْنَا مِنْ إِحْسَانْ،

اِحْسَانُكَ الْقَدِيمْ ,يَا حَنَّانْ يَا مَنَّانْ،

يَا رَحِيمُ يَا رَحْمَانْ, يَا غَفُورُ يَا غَفَّارْ، اِغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا

وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينْ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ.

Setelah beliau menuntun hadirin dengan dzikir di atas beliau bercerita: ” Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang sholeh dia adalah al-Qodhi Abdullah al-Baghdadiy . Dia berkata : “Aku pernah melihat Nabi Muhammad shalallahu a'laihi wa sallam di dalam mimpi dan beliau terlihat pucat sekali lalu aku berkata kepada Nabi Muhammad shalallahu a'laihi wa sallam : “Kenapa engkau wahai Nabi, wajah engkau pucat sekali ?” Lalu Nabi Muhammad shalallahu a'laihi wa sallam menjawab : “Di malam ini telah meninggal 1.500 orang dari ummat-KU, dua dari mereka meninggal dalam keadaan iman dan sisanya meninggal tanpa membawa iman (su’ul khotimah).” Aku berkata lagi kepada Nabi Muhammad shalallahu a'laihi wa sallam : “lalu apa kiat-kiat dari engkau untuk orang-orang yang bermaksiat agar mereka meninggal dengan membawa iman?” Nabi Muhammad shalallahu a'laihi wa sallam berkata: “Ambilah kertas ini dan baca shalallahu a'laihi wa sallam, siapa orang membacanya dan membawanya lalu dia memindah dari satu tempat ke tempat yang lain ( menyebarkan dan mengajarkan ) maka termasuk dari golongan-KU dan akan meninggal dalam keadaan membawa iman, akan tetapi siapa orang yang telah mendengarkannya dan dia tidak membacanya, tidak menyebarkannya maka dia lepas dari aku dan akupun lepas darinya.” Seketika itu aku langsung terbangun dari tidurku dan aku lihat kertas tersebut yang telah ada di genggamanku ternyata di dalamnya berisi tulisan yang penuh barokah , tulisan tersebut adalah :

بسم الله الرحمن الرحيم

لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَوْجُودْ فِيْ كُلِّ زَمَانْ

لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَعْبُودْ فِيْ كُلِّ مَكَانْ

لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَذْكُورْ بِكُلِّ لِسَانْ

لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَعْرُوفْ بِاْلاِحْسَانْ

لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِى شَأْن

لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْأَمَانْ اَلْأَمَانْ مِنْ زَوَالِ الْاِيْمَانْ

وَمِنْ فِتْنَةِ الشَّيْطَانْ، يَا قَدِيْمَ الْاِحْسَانْ

كَمْ لَكَ عَلَيْنَا مِنْ إِحْسَانْ،

اِحْسَانُكَ الْقَدِيمْ ,يَا حَنَّانْ يَا مَنَّانْ،

يَا رَحِيمُ يَا رَحْمَانْ, يَا غَفُورُ يَا غَفَّارْ، اِغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا

وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينْ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ.

Berkah beliau semoga kita dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yg husnul khotimah dan kelak dikumpulkan bersama sayyidi ahlil jannah Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam......Amin...Al-Fatihah...

Memulyakan Dzurriyyah Nabi Muhammad SAW Oleh KH.Maimoen Zubeir

Assalamu'alaikum. Wr. Wb.

PESAN MBAH KH. MAIMOEN ZUBAIR

"Mulyakke Dzurriyyah Nabi Iku Ora Kerono Kesholehan Utowo Kengalimane, Anangeng Kerono Iku Keturunane Kanjeng Nabi. Yen Dzurriyyah Nabi Iku Ngalim, Utowo Sing Diarani Ithrotur Rosul, Mongko Dobel Olehe Kito Kudu Mulyakke". (Auw Kama Qoola Kyai-Ku).

Diantara pesan Mbah Moen kpd santri Sarang
______________________

Ini salah satu kisah tentang itu.

Ada seorang syarifah (wanita keturunan Rasulullah) janda ditinggal wafat suaminya dan meninggalkan 3 orang anak perempuan.

Karena tak ada yang dimakan, Sang syarifah meminta pertolongan kesana kemari untuk memenuhi kebutuhan dia dan 3 orang anaknya.

Sampai ketika melihat seorang guru besar Islam beserta para muridnya. Pada saat guru besar Islam itu diberitahukan oleh syarifah akan hal keadaannya maka sang guru berucap:

"Berikan aku bukti bahwa kau syarifah," sambil tidak mau memalingkan wajahnya ke arah syarifah.

Karena dicuekin, sang syarifah pun pergi dengan hampa. Lalu dia melihat ada seorang saudagar kaya yang sedang duduk.

Sang syarifah bertanya "Siapa orang itu?".

Maka dijawab: "Dia adalah seorang Majusi (penyembah matahari) yang menjadi pengurus kota ini".

Karena terpaksa sang syarifah terpaksa minta bantuan kepada si majusi tersebut.

Ternyata dia baik hati dan membantu syarifah dan anak-anaknya. Sehingga mereka
disuruh bermalam di rumahnya dan makan makanan yang enak serta menginap dengan keadaan yang sangat lebih baik dari sebelumnya.

Pada malam itu sang guru besar Islam bermimpi. Dalam mimpinya dia melihat hari kiamat, dan melihat ada istana megah luar biasa di surga.

Kaum muslimin masuk surga atas perintah Rasullullah. Akan tetapi Rasul berpaling
muka atas sang guru besar Islam.

Sang guru berkata: "Ya Rasulullah, kenapa engkau enggan memandangku padahal aku muslim?".

Maka Nabi SAW menjawab: "berikan aku bukti
bahwa kau memang muslim!".

Sang guru-pun panik luar biasa. Kemudian Rasulullah berucap: "Ingatkah engkau di dunia pernah berkata sedemikian pada cucuku".

Akhirnya sang guru terbangun dari tidur dan menangis dahsyat. Lalu bergegas menyuruh
muridnya mencari sang syarifah ke penjuru kota.

Alhasil, sang guru tahu bahwa sang syarifah di tempat saudagar majusi. Sang guru pun bergegas kesana.

Saat bertemu saudagar majusi, sang guru berucap: "Wahai fulan, tolong serahkan si syarifah padaku. Aku mau memuliakan beliau".

Si saudagar majusi menolak dan tidak mau menyerahkan sang syarifah.

Kemudian sang guru besar memaksa saudagar majusi dan menawarkan sejumlah harta yang besar agar sang syarifah diserahkan padanya. Tapi sang saudagar tetap menolak. Akhirnya sang guru besar bercerita perihal mimpinya pada si saudagar majusi.

Saudagar berucap: "Ketahuilah wahai guru besar. Sesungguhnya istana yang sangat megah yang kau lihat dalam mimpi itu kepunyaanku. Itu sebagai hadiah kecil yang diberikan padaku karena aku telah menolong sang syarifah serta anak-anaknya. Dan ketahuilah bahwa aku, istriku, anak-anakku, serta semua yang ada di rumahku telah bersaksi: LAA ILAAHA ILLALLAAH WA ANNA
MUHAMMADAR RASULULLAAH." Kami masuk Islam lantaran keberkahan yang dibawa
syarifah. Dan di dalam mimpi Rasulullah berkata padaku: "Sesungguhnya engkau telah
ditakdirkan sebaga muslim serta keluargamu."

Sang guru besar pun menangis terisak-isak dan sangat menyesali perbuatannya.

Beginilah salah satu kisah dari sekian banyak kisah keutamaan memuliakan para anak-cucu, ahlul bait Nabi SAW.
______________________

Pesan dari Romo Yai Maimoen Zubair yang kami pegang erat, di antaranya adalah:
1. Keturunan Rosululloh Saw itu ada yang kelihatan dan ada yang tidak kelihatan. Sedangkan yang tidak kelihatan lebih banyak jumlahnya.
2. Tidak akan terjadi kiamat jika masih ada ulama, dan sekalipun ulama habis tetep tidak akan kiamat selagi masih ada keturunan Rosululloh Saw.
3. Kita wajib memuliakan keturunan Rosululloh Saw. Jika sampai tidak memuliakan keturunan Rosululloh Saw, hati-hati dengan mati su'ul khotimah (mati dalam keadaan kafir).

Pahala Orang Yang Memberi Makanan dan Minuman Kepada Orang Yang Berpuasa serta Fadlilah Orang Yang Puasa Romadlon

(04) Kajian kitab Ithafu Ahli Al-Islam Bi-Khushushiyyati Al-Siyam karya Al-Imam Ibnu Hajar Al-Haitami yang dibaca oleh Syaikhina Maimoen Zubair Sarang di Musholla Pondok Pesantren Al-Anwar.
***
Diposkan Hari Rabu Legi, 5 Romadlon 1438 H/ 31 Mei 2017 M.
***

* Pahala orang yang memberikan makanan atau minuman untuk berbuka orang yang berpuasa

Nabi bersabda:

من فطر صائما أو جهز غازيا فله مثل أجره (أخرجه البيهقي عن زيد بن خالد)

"Barangsiapa siapa memberi buka orang yang berpuasa atau menyiapkan orang yang berperang, maka baginya seperti pahala orang yang melakukannya".

* Pahala yang diterima orang yang memberi makan atau minum orang yang berpuasa tidak akan mengurangi pahala orang yang berpuasa.

Nabi bersabda:

من فطر صائما كان له مثل أجره غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيئا (أخرجه أحمد والترمذي والبيهقي عن زيد بن خالد)

"Barangsiapa siapa memberi buka orang yang berpuasa, maka baginya seperti pahala orang yang berpuasa, hanya saja tidak mengurangi sedikitpun dari pahala orang yang berpuasa".

* Orang yang memberi buka terhadap orang yang berpuasa mendapatkan pahala seperti pahala amal yang dilakukan oleh orang berpuasa, selagi kekuatan dari makanan atau minuman itu masih ada pada diri orang yang berpuasa.

Nabi bersabda:

وما عمل الصائم من البر كان لصاحب الطعام مثل أجره ما دام قوة الطعام فيه (أخرجه ابن صصرى في أماليه عن عائشة والديلمي عن علي)

"Dan apapun amal kebaikan yang dilakukan oleh orang yang berpuasa, maka bagi pemilik makanan (yang diberikan untuk berbuka orang yang berpuasa) seperti pahala orang yang beramal itu, selama kekuatan makanan masih berada padanya".

Bagaimana cara mendapatkan keistimewaan itu?.

Yaitu dengan memberikan makan atau minum dari usaha yang halal.

Nabi bersabda:

من فطر صائما في رمضان على أكل أو شرب من كسب حلال صلت عليه الملائكة في ساعات شهر رمضان وصلى عليه جبريل ليلة القدر (رواه الطبراني عن سلمان).

"Barangsiapa memberikan berbuka orang yang berpuasa dengan makan atau minum dari usaha yang halal, maka malaikat senantiasa mendoakan kepadanya pada masa-masa bulan Romadhon, dan malaikat Jibril mendoakannya​ pada malam Lailatul Qadar".

Dalam riwayat lain disebutkan:

من فطر صائما في رمضان من كسب حلال صلت عليه الملائكة ليالي رمضان كلها وصافحه جبريل ليلة القدر، ومن صافحه جبريل تكثر دموعه ويرق قلبه

"Barangsiapa siapa memberi buka terhadap orang yang berpuasa dari usaha yang halal, maka para malaikat mendoakannya​ pada malam-malam Romadlon dan malaikat Jibril akan berjabat tangan dengannya pada malam Lailatul Qadar, dan barangsiapa yang malaikat Jibril berjabat tangan dengannya, maka akan banyak tangisannya dan akan lembut hatinya".

فقال رجل يا رسول الله أرأيت من لم يكن ذاك عنده، قال فلقمة خبز قال أرأيت من لم يكن ذاك عنده قال فقبضة من طعام قال أفرايت من لم يكن ذاك عنده قال فمذقة من لبن قال أفرأيت من لم يكن ذاك عنده قال فشربة من ماء (أخرجه أبو يعلى وأصحاب السنن الأربعة والبيهقي وابن حبان في الضعفاء عن سلمان)

Sedangkan cara memberi buka dapat diperoleh dengan memberi sepotong roti, segenggam makanan, seteguk susu atau sesruput minuman. Seperti dalam hadist di atas.

* Orang yang berpuasa dibukakan pintu langit baginya, anggota badannya bertasbih dan dimintakan ampun oleh malaikat di langit.

Nabi bersabda:

ما من عبد أصبح صائما إلا فتحت له ابواب السماء وسبحت أعضاؤه واستغفر له أهل السماء إلى أن توارى بالحجاب -أي إلى غروب الشمس- فإن صلى ركعة أو ركعتين أضاءت له السموات نورا وقلن أزواجه من الحور العين اللهم اقبض إلينا فقد اشتقنا إلى رؤيته وإن هلل أو سبح أو كبر تلقاه سبعون ألف ملك يكتبون ثوابها إلى أن توارى بالحجاب (أخرجه ابن عدي والدار قطني في الأفراد والبيهقي في الشعب عن أنس رضي الله عنه).

"Tidaklah seorang hamba berpuasa kecuali dibukakan pintu-pintu langit untuknya, anggota badannya bertasbih dan malaikat langit mendoakan dirinya sampai terbenamnya matahari. Dan apabila ia sholat satu roka'at atau dua roka'at, maka langit menyinari cahaya kepadanya dan istri-istrinya dari golongan bidadari berkata: Wahai ALLOH, genggamlah ia kepada kami sesungguhnya kami sangat rindu untuk melihatnya​. Bila ia bertahlil (membaca Laa Ilaaha Illalloh), bertasbih atau bertakbir, maka ia dipertemukan dengan tujuh puluh ribu malaikat yang mencatat pahalanya sampai terbenamnya matahari".

Permintaan para bidadari agar segera bertemu dengan orang yang berpuasa, yang berarti meminta agar segera meninggalkan dunia fana ini dikarenakan kerinduan yang sangat dari para bidadari itu. Hal itu tidaklah bertentangan dengan ketentuan umur dan ajal seseorang yang telah dipastikan sejak dalam kandungan, sehingga tidak mungkin berkurang maupun bertambah.

Sedangkan hadist yang menyebutkan bahwa bersilaturahmi dapat menambahi umur itu memandang yang tertulis di Ummul Kitab beserta yang tertulis dalam Lauhul Mahfudl. Karena sesuatu yang ditulis dalam Lauhul Mahfudl itu digantungkan (Mu'allaq), sehingga ada kemungkinan bisa berubah, sedangkan hal yang tertulis dalam Ummul Kitab itu sudah pasti (Muhattamah), sehingga tidak ada kemungkinan berubah, karena hal itu merupakan ilmu ALLOH yang qodim.

Sabtu, 27 Mei 2017

Amalan Penarik Rizqi

AMALAN PENARIK REZEKI

(Guru Mulia al-Faqih al-Habib Zain bin Ibrahim bin Smith) :

الحبيب زين بن سميط
مِن أقوى الأسباب الجالبة للرزق كما ذكره العارفون :
إقامة الصلاة بالتعظيم والخشوع ، وقراءة سورة الواقعة خصوصاً بالليل ، وسورة ( يس ) و ( تبارك ) وقت الصبح ، وحضور المسجد قبل الأذان ، والمُداومة على الطهارة ، وأداء سنة الفجر والوتر في البيت ، وعمارة ما بعد صلاة الصبح إلى طلوع الشمس عُكوفاً في المسجد ، وقول : ( يا كافي يا مغني يا فتاح يا رزاق ) بالتكرير .
وعن الإمام الشافعي رحمه الله : أربعة تَـجلب الرزق : قيام الليل ، وكثرة الإستغفار بالأسحار ، وتعاهد الصدقة ، والذكر أول النهار وآخره ، .

“Para ulama ‘arif billah telah menyebutkan tips-tips amalan yang dapat mendatangkan, menarik atau menghadirkan rizki, yaitu:

1. Shalat dengan penuh khidmat dan khusyu’.

2. Membaca surat al-Waqi’ah di malam hari.

3. Membaca surat Yasin dan Tabarak di waktu pagi.

4. Mendatangi masjid sebelum dikumandangkan adzan.

5. Selalu dalam keadaan suci (jika ia batal langsung memperbarui wudhunya).

6. Melaksanakan shalat sunnah Fajar dan Witir di rumah.

7. Memakmurkan masjid ba’da shalat Shubuh hingga keluarnya matahari dengan i’tikaf di dalamnya dan memperbanyak bacaan: “Yaa Kaafiy yaa Mughniy yaa Fattah yaa Razzaaq.”

Sedangkan dari Imam Syafi’i radhiyallaahu 'anhu mengatakan bahwa: 4 hal yang dapat menarik rizki:

1) Qiyamullail
2) Memperbanyak istighfar di waktu sahur ( tengah malam dan sebelum fajar )
3) Senang bersedekah
4) Membaca dzikiran di awal siang hari dan di akhirnya.”

Wallahu a'lam




☘Allahuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa sallim☘

Romadlon Bagi Sayyidina Hasan Bin Sayyidina Ali Bin Abi Tholib KRW

Ramadhan bagi Imam Hasan bin Ali Almujtaba

Hasan bin Ali bin Abi Thalib, putra pertama Imam Ali, hampir setiap hari di bulan Ramadhan, menghidangkan makanan bagi orang miskin untuk berbuka. Beliau melayani dan mengatur makanan yang diberikan kepada para tamunya, untuk segenap orang miskin yang berada di Mandinah kala itu.

Sebegitu populernya acara tersebut sampai hampir seluruh masyarakat yang ada tahu belaka, bahwa bila ingin berbuka dan menikmati makanan yg nikmat mereka boleh ke tempat S. Hasan bin Ali.

Semakin hari semakin banyak orang yg datang, dan sungguhpun demikian makanan yg disiapkan senantiasa mencukupi untuk semua tamu. Di antara para tamu tersebut, ada satu orang yang pada hari itu membawa pulang makanannya tanpa menyentuhnya. ia hanya membatalkan dengan sebuah kurma dan 3 teguk air. Dan ini tak luput dari pandangan Beliau. Beliaupun tergelitik untuk bertanya. " saudaraku tercinta, tidak seperti yang lain, engkau tidak memakan makananmu, apakah ada keluargamu yg sedang sakit? Bila iya, izinkan saya membantu atau minimal bolehkah saya menegoknya? Semoga saya bisa melakukan sesuatu."

Orang tua itupun menatap Hasan, dan kemudian dengan wajah sedih ia menjawab: " Maafkan saya, wahai Putra Rasul, saya hidup sebatangkara, dan saya tidak punya keluarga lagi. Tentang makanan ini, saya ingin berikan kepada seorang lelaki gagah yang selalu saya temui di perkebunan yang ada di dekat rumahku. Setiap hari saya melihatnya kerja diperkebunan itu, dan bila waktu berbuka tiba dia selalu hanya memakan sepotong roti kering yang dibasahi air. Ia bekerja dan bekerja, seperti lelah tak menghampirinya. Tapi pun demikian tatkala duduk beristirahat, saya senantiasa mendengar lantunan ayat alquran yang suci  dari mulutnya. Saya tak pernah berbicara dengannya. Tapi saya kagum dan sangat hormat terhadapnya. Hari ini, saya berharap bisa menyenangkannya dengan makanan ini, setidaknya memberikan dia menu yang berbeda, maafkan saya wahai Tuan." Hasan bin Ali terharu mendengarnya beliau meneteskan air matanya, " makanlah makananmu, dan bawalah makanan untuknya." "Tidak wahai Tuan, Anda telah demikian baik, biarlah makan jatahku kuberikan padanya, hatiku membisikkan demikian ijinkanlah wahai Tuan." Kata orang tua itu, bersikukuh.

Hasan bin Ali, makin terharu, air matanya makin menetes deras. "bapak tua, tahukah engkau siapa lelaki yang hendak kau berikan makanan tersebut? Dia lah Ali Bin Abi Thalib, mantu Rasulullah SAW, Pedang Allah, kekasih Allah dan RasulNya, ayahku. Sesungguhnya makanan yang kita makan ini adalah hasil kerjanya, dan dia memilih berbuka dengan apa yang kau sebutkan tadi.....". Disadur dari kitab "I'lam al-Wara bi A'lam al-Huda", karya as-Syeikh at-Thabarisyi.

Makna Haji Syari"at dan Thoriqot menurut Al-Syeikh Abdul Qodir Al-Jilany

MAKNA HAJI SYARIAT DAN HAJI THORIKOT...
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan: “Haji itu ada dua macam; haji syariat dan haji tHoriqot. *Haji syariat ialah melakukan ibadah haji ke Baitullah dengan melaksanakan syarat-syarat dan rukun-rukunnya, sehingga menghasilkan pahala haji. Bila ada yang kurang dari syaratnya, maka kurang pula pahala hajinya, kerana Allah SWT memerintahkan kita untuk menjalankan haji yang sempurna.* Allah SWT berfirman, “Sempurnakanlah haji dan umrah karena Allah.” (QS. Al-Baqarah [2]: 196) Syarat-syarat haji meliputi: Pertama ihram, lalu memasuki kota Makkah dan melaksanakan Tawaf Qudum, wukuf di Arafah, menginap di Muzdalifah, menyembelih hewan kurban di Mina, masuk ke Tanah Haram, tawaf keliling Ka’bah tujuh kali, minum air Zam-zam, shalat sunah tawaf di Maqam Ibrahim kekasih Allah, Sa'i antara Safa dan Marwah, kemudian melakukan Tahallul dari pekerjaan yang dilarang di waktu ihram seperti berburu dan lain-lainnya. Pahala bagi haji syariat ini adalah selamat dari neraka dan aman dari siksa Allah. Sesuai dengan firman Allah SWT, “Orang yang masuk ke Baitullah (beribadah haji), maka ia akan aman.” (QS. Ali ‘Imrân [3]: 97). Selanjutnya, melakukan tawaf wada' dan kembali kenegerinya masing-masing. Semoga Allah SWT menganugerahkan kita kemampuan untuk melaksanakannya amiin .
Mengenai penjelasan haji Thoriqot, maka bekal dan kendaraannya adalah kecenderungan hati kepada ahli talqin lalu mengambil talqin darinya. Kemudian, melaksanakan dzikir dengan lisan serta menghayati maknanya.
yang dimaksud dengan dzikir di sini ialah mengucapkan kalimat LA ILAA HA ILLALLOH dengan lisan — hingga hatinya hidup.  Selanjutnya, menyibukkan diri dengan berdzikir kepada Allah dalam batin, hingga hatinya menjadi bersih.
Tata cara dzikir tersebut adalah pertama-tama dengan menggunakan Asma Ash-Shifat (nama-nama sifat Allah). *Tujuannya adalah agar muncul Ka’bah Sirri (Rumah Allah dalam hati batiniah mu) dengan cahaya sifat Jamaliah (sifat2 Keindahan Allah).* Sebagaimana perintah Allah SWT pertama kali kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail untuk membersihkan Ka’abah. Dia berfirman, “Agar engkau berdua membersihkan rumah-Ku bagi orang-orang yang datang bertawaf.” (QS. Al-Baqarah [2]: 125). *Ka’bah lahiriah ini dibersihkan bagi orang-orang yang bertawaf dari kalangan makhluk. Sedangkan, Ka’bah batiniah ini dibersihkan dari semua hal selain Allah SWT agar dapat melihat-Nya yakni syuhud menyaksi hakikat Allah dalam setiap martabat wujud.* Selanjutnya, ber ihram (memakai pakaian ihram ada membuang sifat2 drpd iradahmu atau rasa sifat dari rasa kehendakmu dengan memakai pakaian iradah Allah) dengan cahaya Ruh Al-Qudsi dan masuk ke Ka’bahnya hati, lalu tawaf qudum dengan me-mulamzamah-kan nama yang kedua, yaitu Lafaz Jalalah, “Allah.” Setelah itu, berangkat ke Arafahnya hati, yaitu tempatnya munajat. Di sana, lantas wukuf dengan me-mulazamah-kan nama yang ketiga, yaitu “Hu” (Dia, Allah); dan nama yang keempat, yaitu “Al-Haqqu” (Yang Maha Benar). Kemudian, berangkat ke Muzdalifahnya al-Fu’ad (hati batin yg lebih dalam dari pada hati sanubari yakni hati maqam hewan) dan digabungkan dengan nama kelima, yaitu “Al-Hayyu” (Yang Maha Hidup), dan nama yang keenam, yaitu “Al-Qayyumu” (Yang Ada dengan Sendirinya), lalu berangkat ke Mina Sirri(rasa) yang terletak antara dua Haram (dua daerah) dan wukuf di sana. Selanjutnya, menyembelih nafsu muthma’innah dengan me-mulazamah-kan nama yang ketujuh, yaitu “Al-Qahhar” (Yang Maha Memaksa) karena “Al-Qahhar” adalah “ismul fana’” (nama peleburan) yang mengangkat hijâbul kufri (penghalang kekufuran). Sebagaimana sabda Nabi SAW, “Kufur dan Iman adalah dua tempat di belakang ‘Arasy. Kedua-duanya merupakan penghalang antara hamba dengan Tuhannya. Salah satu hitam dan yang lainnya putih.” Setelah itu, memotong rambut sifat basyariyah (kesenangan manusiawi) dari kepala Ruh Al-Qudsi dengan menggunakan Asma yang kedelapan. Lalu, masuk ke Haram Sirri dengan me-mulazamah-kan Asma Allah yang kesembilan hingga sampailah pada tempat dimana ia bisa melihat orang-orang yang sedang beriktikaf di hamparan Alam Al-Qurbah. Dan, di sana ia bermesraan dengan me-mulazamah-kan Asma Allah yang kesepuluh. Lalu, ia melihat keindahan Shomadiyah Allah Yang Maha Suci dan Maha Agung tanpa bisa ditanyakan kondisinya bagaimana? Dan tidak dapat pula diumpamakan. Selanjutnya, melakukan tawaf batin tujuh putaran dengan me-mulazamah-kan nama yang kesebelas. Nama yang kesebelas ini disertai dengan enam nama-nama cabang dan selanjutnya meminum minuman batin dari tangan Al-Qudrat. Allah SWT berfirman, “Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih (dan suci).” (QS. Al-Insân [76]:21). Allah SWT memberi minum dari gelas Asma-Nya yang kedua belas. Kemudian diangkat oleh Dzat Yang Maha Kekal dan Maha Suci dari perumpamaan; maka pada saat itu ia melihat kepada Allah dengan Nur Allah. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah, *“Sesuatu yang tidak dapat dilihat dengan mata,” yakni pertemuan dengan Allah, “tidak dapat didengar dengan telinga,” yaitu Kalamullah tanpa huruf tanpa suara dan tanpa perantara, “dan tidak tersirat pada hati seorang manusia,” yaitu nikmatnya rasa melihat dan berkenalan dengan Allah.*bertahallul dari yang diharamkan Allah SWT. Artinya, menukar sifat buruk dengan sifat yang baik dengan selalu mengulang-ulang Asma Tauhid. Ini sesuai firman Allah, “Kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan.” (QS. Al-Furqân [25]: 70) Lalu, melepaskan diri dari tarikan hawa nafsu maka amanlah dari rasa takut dan duka cita. Allah SWT berfirman, “Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kehawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” (QS. Yûnus [10]: 62) Semoga Allah SWT menganugerahkan kita kemampuan untuk mendapatkannya dengan keutamaan-Nya dan kasih sayang serta kemuliaan-Nya. Lalu, melaksanakan Tawaf Shadri dengan mengulang-ulang seluruh asma tauhid. Lalu, pulang ke Negeri Asal masing-masing, yang ada di Alam Al-Qudsi dalam rupa yang sebaik-baiknya dengan me-mulâzamah-kan asma Allah SWT yang keduabelas. Nama yang keduabelas ini sangat berkaitan dengan Alam Al-Yaqin. Ini adalah takwil yang beredar di sekitar lisan dan akal saja. Adapun hal-hal yang di belakang itu tidak akan dapat diberitakan kerana tidak akan terkejar oleh pemahaman, hati dan tidak akan dapat dibahas. Sebagaimana sabda Nabi SAW, *“Di antara ilmu itu ada yang seperti mutiara di dalam kerang hanya ulama-ulama khusus yang mengetahuinya. Jika mereka membicarakannya, tidak akan ada yang mengingkarinya kecuali orang yang tidak tahu.”* Seorang ahli makrifat hanya akan menyampaikan hal-hal yang lebih rendah dari yang disebutkan tadi. Sedangkan, orang alim akan berbicara lebih tinggi dari yang dibicarakan tadi, kerana ilmu ahli makrifat adalah sirrullah. Selain Allah tidak ada yang mengetahuinya. Ini yang dimaksud dalam firman Allah SWT, “Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 255) Hal yang dikehendaki adalah para nabi dan para wali. Allah SWT mengetahui segala rahsia dan yang samar. Allah SWT berfirman, “Dia mengetahui rahsia dan yang lebih tersembunyi. (Dialah) Allah, tidak ada tuhan selain Dia, yang mempunyai nama-nama yang terbaik.” (QS. Thâhâ [20]: 7-8)
_Syeih Abd Qodir Al Jaelani dalam SIRRUL ASROR_🙏🏿

Senin, 22 Mei 2017

Silsilah Emas Nasab Syaikhona Muhammad Kholil Bin Abdul Lathif Al-Bangkalany


SILSILAH EMAS NASAB Kyai Kholil Bangkalan

Syekh Kholil adalah titisan beberapa wali yang tergabung dalam Walisongo, Yaitu Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Gunung Jati dan Sunan Kudus, yang mana mereka bermarga “Azmatkhan” dan bersambung pada Sayyid Alawi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath. Beliau juga bernasab pada keluarga Basyaiban yang bersambung pada Al-Imam Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbat Al-Alawi Al-Husaini.
Berikut ini adalah silsilah nasab Syekh Syekh Kholil, terlebih dahulu saya tulis silsilah jalur laki-laki yang bersambung pada Suanan Kudus, untuk menunjukkan hak beliau dalam menggunakan nama belakang (marga/fam) “Azmatkhan Al-Alawi Al-Husaini”, sesuai dengan adat dan istilah pernasaban bangsa Arab.
Jalur Sunan Kudus
1. Syekh Muhammad Kholil Bangkalan.
2. Kiai Abdul Lathif. Dimakamkan di Bangkalan.
3. Kiai Hamim. Dimakamkan di Tanjung Porah, Lomaer, Bangkalan.
4. Kiai Abdul Karim[1].
5. Kiai Muharram. Dimakamkan di Banyo Ajuh, Bangkalan[2].
6. Kiai Abdul Azhim[3]. Dimakamkan di Tambak Agung, Sukalela, Labeng, Bangkalan.
7. Kiai Sulasi. Dimakamkan di Petapan, Trageh, Bangkalan.
8. Kiai Martalaksana. Dimakamkan di Banyu Buni, Gelis, Bangkalan.
9. Kiai Badrul Budur. Dimakamkan di Rabesan, Dhuwwek Buter, Kuayar, Bangkalan.
10. Kiai Abdur Rahman (Bhujuk Lek-palek). Dimakamkan di Kuanyar, Bangkalan.
11. Kiai Khatib. Ada yang menulisnya “Ratib”. Dimakamkan di Pranggan, Sumenep.
12. Sayyid Ahmad Baidhawi (Pangeran Ketandar Bangkal). Dimakamkan di Sumenep.
13. Sayyid Shaleh (Panembahan Pakaos). Dimakamkan di Ampel Surabaya[4].
14. Sayyid Ja’far Shadiq (Sunan Kudus)[5]. Dimakamkan di Kudus.
15. Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung)[6]. Dimakamkan di Kudus.
16. Sayyid Fadhal Ali Al-Murtadha (Raden Santri /Raja Pandita). Dimakamkan di Gresik.
17. Sayyid Ibrahim (Asmoro). Dimakamkan di Tuban[7].
18. Sayyid Husain Jamaluddin[8]. Dimakamkan di Bugis.
19. Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin. Dimakamkan di Naseradab, India.
20. Sayyid Abdullah[9]. Dimakamkan di Naserabad, India.
21. Sayyid Abdul Malik Azmatkhan. Dimakamkan di Naserabad, India.
22. Sayyid Alawi ‘Ammil Faqih. Dimakamkan di Tarim, Hadramaut, Yaman.
23. Sayyid Muhammad Shahib Mirbath. Dimakamkan di Zhifar, Hadramaut, Yaman.
24. Sayyid Ali Khali’ Qasam. Dimakamkan di Tarim, Hadramaut, Yaman.
25. Sayyid Alawi. Dimakamkan di Bait Jabir, Hadramaut, Yaman.
26. Sayyid Muhammad. Dimakamkan di Bait Jabir, Hadramaut, Yaman.
27. Sayyid Alawi. Dimakamkan di Sahal, Yaman.
28. Sayyid Abdullah/Ubaidillah. Dimakamkan di Hadramaut, Yaman.
29. Al-Imam Ahmad Al-Muhajir . Dimakamkan di Al-Husayyisah, Hadramaut, Yaman.
30. Sayyid Isa An-Naqib. Dimakamkan di Bashrah, Iraq.
31. Sayyid Muhammad An-Naqib. Dimakamkan di Bashrah, Iraq.
32. Al-mam Ali Al-Uradhi. Dimakamkan di Al-Madinah Al-Munawwarah.
33. Al-Imam Ja’far Ash-Shadiq. Dimakamkan di Al-Madinah Al-Munawwarah.
34. Al-Imam Muhammad Al-Baqir. Dimakamkan di Al-Madinah Al-Munawwarah.
35. Al-Imam Ali Zainal Abidin. Dimakamkan di Al-Madinah Al-Munawwarah.
36. Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib. Dimakamkan di Karbala, Iraq.
37. Sayyidatina Fathimah Az-Zahra’ binti Sayyidina Muhammad Rasulillah SAW.
Dimakamkan di Madinah Al-Munawwarah
Maka, dari jalur Sunan Kudus, Syekh Kholil adalah generasi ke-37 dari Rasulullah SAW.
Jalur Sunan Ampel
1. Syekh Muhammad Kholil Bangkalan.
2. Kiai Abdul Lathif. Dimakamkan di Bangkalan.
3. Kiai Hamim. Dimakamkan di Tanjung Porah, Lomaer, Bangkalan.
4. Kiai Abdul Karim.
5. Kiai Muharram. Dimakamkan di Banyo Ajuh, Bangkalan.
6. Kiai Abdul Azhim. Dimakamkan di Tambak Agung, Sukalela, Labeng, Bangkalan.
7. Nyai Tepi Sulasi (Istri Kiai Sulasi). Dimakamkan di Petapan, Trageh, Bangkalan.
8. Nyai Komala. Dimakamkan di Kuanyar, Bangkalan.
9. Sayyid Zainal Abidin (Sunan Cendana). Dimakamkan di Kuanyar, Bangkalan.
10. Sayyid Muhammad Khathib (Raden Bandardayo)[10]. Dimakamkan di Sedayu Gresik.
11. Sayyid Musa (Sunan Pakuan). Dimakamkan di Dekat Gunung Muria Kudus. Dalam
sebagian catatan nama Musa ini tidak tertulis.
12. Sayyid Qasim[11] (Sunan Drajat). Dimakamkan di Drajat, Paciran Lamongan.
13. Sayyid Ahmad Rahmatullah[12] (Sunan Ampel). Dimakamkan di Ampel, Surabaya.
14. Sayyid Ibrahim Asmoro Tuban. Disini nasab Nyai Sulasi dan Kiai Sulasi bertemu.
Maka, melalui jalur Sunan Ampel, Syekh Kholil adalah generasi ke-34 dari Rasulullah SAW.
Jalur Sunan Giri
1. Syekh Muhammad Kholil Bangkalan.
2. Kiai Abdul Lathif. Dimakamkan di Bangkalan.
3. Kiai Hamim. Dimakamkan di Tanjung Porah, Lomaer, Bangkalan.
4. Kiai Abdul Karim.
5. Kiai Muharram. Dimakamkan di Banyo Ajuh, Bangkalan.
6. Kiai Abdul Azhim. Dimakamkan di Tambak Agung, Sukalela, Labeng, Bangkalan.
7. Nyai Tepi Sulasi (Istri Kiai Sulasi). Dimakamkan di Petapan, Trageh, Bangkalan.
8. Nyai Komala. Dimakamkan di Kuanyar, Bangkalan.
9. Sayyid Zainal Abidin (Sunan Cendana). Dimakamkan di Kuanyar, Bangkalan.
10. Nyai Gede Kedaton (istri Sayyid Muhammad Khathib). Dimakamkan di Giri, Gresik.
11. Panembahan Kulon. Dimakamkan di Giri, Gresik.
12. Sayyid Muhammad Ainul Yaqin (Sunan Giri). Dimakamkan di Giri, Gresik.
13. Maulana Ishaq. Dimakamkan di Pasai.
14. Sayyid Ibrahim Asmoro Tuban. Disini nasab Nyai Gede Kedaton dan Sayyid Muhammad
Khathib bertemu.
Maka, melalui jalur Sunan Giri, Syekh Kholil adalah generasi ke-34 dari Rasulullah SAW.
Jalur Sunan Gunung Jati
1. Syekh Muhammad Kholil Bangkalan.
2. Kiai Abdul Lathif. Dimakamkan di Bangkalan.
3. Nyai Khadijah (Istri Kiai Hamim[13]). Dimakamkan di Bangkalan.
4. Kiai Asror Karomah.
5. Sayyid Abdullah.
6. Sayyid Ali Al-Akbar[14].
7. Sayyid Sulaiman. Dimakamkan di Mojo Agung, Jombang.
8. Syarifah Khadijah.
9. Maulana Hasanuddin[15]. Dimakamkan di Banten.
10. Syarif Hidayatullah[16] (Sunan Gunung Jati). Dimakamkan di Cirebon.
11. Sayyid Abdullah Umdatuddin.
12. Sayyid Ali Nuruddin/Nurul Alam.
13. Sayyid Husain Jamaluddin Bugis. Disini nasab Nyai Khadijah dan Kiai Hamim Kholil bertemu.
Maka, melalui jalur Sunan Gunung Jati, Syekh Kholil adalah generasi ke-32 dari Rasulullah SAW.
Jalur Basyaiban
1. Syekh Muhammad Kholil Bangkalan.
2. Kiai Abdul Lathif. Dimakamkan di Bangkalan.
3. Nyai Khadijah (Istri Kiai Hamim). Dimakamkan di Bangkalan.
4. Kiai Asror Karomah.
5. Sayyid Abdullah.
6. Sayyid Ali Al-Akbar.
7. Sayyid Sulaiman. Dimakamkan di Mojo Agung, Jombang.
8. Sayyid Abdurrahman (Suami Syarifah Khadijah binti Hasanuddin).
9. Sayyid Umar.
10. Sayyid Muhammad.
11. Sayyid Abdul Wahhab.
12. Sayyid Abu Bakar Basyaiban.
13. Sayyid Muhammad.
14. Sayyid Hasan At-Turabi.
15. Sayyid Ali.
16. Al-Imam Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam.
17. Saayid Ali.
18. Sayyid Muhammad Shahib Mirbat. Disini nasab keluarga Azmatkhan dan Basyaiban bertemu.
Maka, melalui jalur Sayyid Abdurrahman Basyaiban, Syekh Kholil adalah generasi ke-32 dari Rasulullah SAW.
Demikianlah nasab Syekh Kholil dengan berbagai jalur yang saya dapatkan sampai saat ini, bisa jadi suatu hari nanti kita menemukan nama-nama baru daripada istri-istri jalur laki-laki yang ada itu.
Dalam hal pencatatan nasab, ada satu hal yang cukup membanggakan bagi Kiai-kiai Jawa dan Madura. Berkat gabungan antara adat Arab dalam menjaga silsilah dan adat Jawa/Madura yang tidak membeda-bedakan garis laki-laki dan perempuan, akhirnya Kiai-Kiai Jawa/Madura banyak yang memliki silsilah lengkap dari berbagai jalur. Saya pernah menunjukkan sebuah silsilah seperti ini pada seorang Syekh dari Yaman, beliau merasa kagum karena banyak jalur perempuan yang juga dicatat dalam silsilah itu selain jalur laki-laki, karena pada umumnya, orang Arab tidak tahu nama-nama kakek-buyutnya yang dari jalur ibu atau jalur nenek, mereka hanya mengenal yang jalur ayah keatas dengan garis laki-laki. [*]

[1] Diambil dari catatan Syekh Kholil sendiri pada akhir terjemah beliau atas kitab “Alfiyah Ibnu Malik” pada tahun 1294 H. Beliau menulis nama beliau dengan: “Muhammad Kholil bin Hamim bin Abdul Karim bin Muharrom”. Lihat lampiran “d” Banyak orang yang tidak mencatat nama “Abdul Karim” dan “Muharrom” dalam silsilah Syekh Kholil. Padahal sudah jelas tertera pada kitab tulisan tangan Syekh Kholil. Nasab ini juga diperkuat oleh penuturan Kiai Faqih Konang (Loamer Bangkalan). Kiai Faqih meninggal pada tahun 2006 dalam usia lebih dari 120 tahun. Setahun sebelum meninggal, saya bertemu dengan beliau untuk mengambil riwayat tentang kiai-kiai keturunan Sunan Cendana Kuanyar. Kamipun berbincang-bincang selama kurang lebih empat jam dalam dua kali pertemuan, sampai membuat tamu-tamu yang lain mengantri lama di luar. Beliau sangat gembira dengan kedatagan saya, apalagi dalam rangka mengumpulkan riwayat Kiai-kiai sepuh, sehingga beliaupun memaksa untuk berbicara banyak walapun kondisi tubuh beliau sangat lemah, biasanya beliau menerima tamu hanya sekitar lima menit. Waktu itu saya ditemani oleh Kiai Khozin Bungkak. Sebagian perbincangan itu sempat saya rekam dan saya tulis. Diantara yang beliau sebutkan adalah bahwa Nyai Sulasi (cucu Sunan Cendana) dengan Kiai Sulasi memiliki putra bernama Kiai Abdul Fattah, Kiai Abdul Fattah mempunyai beberapa putra diantaranya bernama Kiai Abdul Azhim, dan diantara putra Kiai Abdul Azhim adalah Kiai Muharrom yang menurunkan Syekh Kholil Bangkalan. Sampai saat ini saya belum menemukan catatan yang mencantumkan nama “Abdul Fattah”, maka dari itu dalam silsilah ini saya tidak memasukkanya, karena saya lebih menguatkan yang ada catatannya. Malah saya punya perkiraan bahwa “Abdul Fattah” itu adalah nama asli Kiai Sulasi, barangkali saja Kiai Faqih salah dengar atau salah ucap. “Sulasi” itu bukan nama orang, melainkan nama tempat yang asalnya adalah “Selase”. Dijuluki Kiai Sulasi karena tinggal di Selase itu. Nah, mungkin saja “Abdul Fattah” adalah nama asli beliau sehingga riwayat Kiai Faqih menjadi rancu antara “Kiai Sulasi” dan “Kiai Abdul Fattah”. Riwayat Kiai Faqih tentang Kiai Muharrom ini lebih menguatkan catatan yang ada dalam kitab Syekh Kholil. 
[2] Berdasarkan riwayat Kiai Faqih.
[3] Nama-nama mulai dari Kiai Abdul Azhim sampai ke Raden Santri saya dapatkan dari Kiai Fauzi Lomaer. Beliau mendapatkan dari catatan keluarga Bani Muqiman bin Hamim.
[4] Menurut catatan Kiai Fauzi, beliau inilah yang terkenal dengan julukan “Mbah Sholeh” murid Sunan Ampel.
[5] Ada yang menulis Sunan Kudus sebagai putra Sunan Ampel, terasuk Sayyid Dhiya’ Syihab dalam ta’liq kitab “Syams Azh-Zhahirah”. Namun yang saya lihat dalam banyak catatan silsilah yang dipegang Kiai-kiai di berbagai tempat adalah bahwa ibu Sunan Kudus bernama Nyai Anom Manyuran binti Nayi Ageng Manyuran binti Sunan Ampel. Sampai saat ini banyak kalangan tertentu yang terlalu fanatik dengan kitab “Syams Azh-Zhahirah” dan ta’liqnya, sehingga ada semacam pemahaman bahwa kalau tidak ada dalam kitab tersebut atau bertentangan dengan kitab tersebut berarti tidak sah. Padahal, saya lihat kitab itu banyak kelemahan riwayatnya ketika berbicara tentang Walisongo yang dari keluarga Azmatkhan. Hal itu sebenarnya dapat dimaklumi, karena kitab tersebut dutulis tidak berdasarkan kumpulan riwayat yang tersebar di berbagai tempat. penulis ta’liq kitab tersebut hanya menulis berdasarkan riwayat beberapa orang yang sempat beliau temui, karena beliau tidak banyak waktu untuk mengunjungi semua Kiai dan menanyai silsilah mereka. Namun begitu, beliau telah melakukan hal yang besar dengan memperkenalkan “Sunan-sunan” keluarga Azmatkhan pada Alawiyyin di Arab. Hanya saja, sangat disayangkan karena kemudian tidak ada dari kalangan mereka yang menindaklanjuti langkah beliau dengan menulusuri keturunan Sunan-sunan itu. Hal ini kemudian menimbulkan suatu asumsi yang tidak ilmiyah di kalangan awam mereka, yaitu dengan menganggap bahwa yang tidak tercatat dalam ta’liq “Syams Azh-Zhahirah” berarti tidak sah. Apalagi sering terdengar komentar sinis dari kalangan awam itu bahwa Sunan-sunan tidak punya keturunan laki-laki, karena anak-anak mereka yang laki-laki meninggal sebelum punya anak. Padahal, Sayyid Dhiya’ Syihab dalam ta’liq “Syams Azh-Zhahirah” jelas menulis nama-nama Kiai yang beliau ambil riwayatnya dengan mengatakan bahwa mereka masih keturunan Sunan. Demikian pula dengan Sayyid HMH Al-Hamid, dalam buku “Pembahasan Tuntas Tetang Khilafiah”, beliau juga menyatakan bahwa banyak sekali Kiai-kiai yang bernasab pada Sunan-sunan Azmatkhan dengan garis laki-laki.
[6] Dalam Taliq “Syams Azh-Zhahirah”, Sunan Ngudung ditulis sebagai putra Ali Nuruddin bin Husain Jamaluddin. Berarti Sunan Ngudung adalah saudara kandung ayah Sunan Gunung Jati. Sementara keraton Cirebon tidak mengenal nama Sunan Ngudung sebagai kerabat dekat. Seandainya Sunan Ngudung adalah paman kandung Sunan Gunung Jati, maka tentu bangsawa Cirebon akan mencatat nama beliau sebagaimana nama Falatehan yang menjadi menantu Sunan Gunung Jati. Ditambah lagi dengan riwayat masyhur dalam catatan silsilah Kiai-kiai yang menyatakan bahwa Sunan Ngudung adalah mantu cucu Sunan Ampel. Selain itu, Sunan Ngudung populer di zaman Kesultanan Demak sepeninggal Sunan Ampel, maka hitungan tahunnya lebih layak kalau Sunan Ngudung menjadi keponakan Sunan Ampel daripada menjadi paman Sunan Gunung Jati. Mengingat Ta’liq “Syams Azh-Zhahirah” tidak menyebut referensinya, maka saya lebih menguatkan silsilah yang menyebut “Sunan Ngudung bin Raden Santri”, karena silsilah ini ditulis dengan jelas dalam banyak catatan Kiai-Kiai. Mungkin saja, yang membuat rancu referensi “Syams Azh-Zhahirah” adalah nama “Ali”, karena nama Raden santri dan kakek Sunan Gunung Jati sama-sama ada “Ali”nya. Kalau Raden Santri bernama asli “Fadhal Ali Al-Murtadha” sedangkan kakek Sunan Gunung Jati bernama “Ali Nuruddin” atau yang oleh sebagian orang ditulis “Ali Nurul Alam”.
[7] Nama ini sering dibuat rancu oleh banyak orang. Mereka menganggap bahwa Ibrahim ini adalah Maulana Malik Ibrahim. Adapun Maulana Malik Ibrahim adalah putra Barakat Zainul Alam bin Husain Jamaluddin.
[8] Banyak orang menyebutnya Syekh Jumadil Kubro. Dan ada banyak makam yang dinisbatkan pada Syekh Jumadil Kubro. Maka boleh jadi “Syekh Jumadil Kubro” itu adalah tahrif (salah ucap) dari beberapa nama. Adapun yang paling shahih adalah makam yang di Bugis, karena di sekitar makam itu terdapat banyak keluarga bangsawan yang bernasab pada beliau.
[9] Banyak yang menulisnya “Abdullah Khan”. Ini adalah suatu kesalahan. Marga “Khan” itu bukan marga Sayyid, melainkan marga bangsawan Pakistan yang mengadopsi dari nama belakang penguasa-penguasa Mongol. Sejarah mencatat meratanya serbuan dan perampasan bangsa Mongol di belahan Asia. Diantara nama yang terkenal dari penguasa-penguasa Mongol adalah Khubilai Khan. Setelah Mongol menaklukkan banyak bangsa, maka muncullah Raja-raja yang diangkat atau diakui oleh Mongol dengan menggunakan nama belakang “Khan”, termasuk Raja Naserabad, India. Ketika Sayyid Abdul Malik (ayah Sayyid Abdullah) menjadi menantu bangsawan Naserabad, mereka bermaksud memberi beliau gelar “Khan” agar dianggap sebagai bangsawan setempat sebagaimana keluarga yang lain. Hal ini persis dengan cerita Sayyid Ahmad Rahmatullah ketika diberi gelar “Raden Rahmat” setelah menjadi menantu bangsawan Majapahit. Namun karena Sayyid Abdul Malik dari bangsa “syarif” (mulia) keturunan Nabi, maka mereka menambah kalimat “Azmat” yang berarti mulia (dalam bahasa Urdu India) sehingga menjadi “Azmatkhan”. Dengan huruf arab, mereka menulis عظمت خان bukan عظمة خان, dengan huruf latin mereka menulis “Azmatkhan”, bukan “Adhomatu Khon” atau “Adhimat Khon” seperti yang ditulis sebagian orang. Tentang sejarah keluarga Azmatkhan mulai dari leluhur Sayyid Abdul Malik hingga Sunan-sunan Walisongo, saya telah menulisnya dengan panjang lebar dalam buku “Dari Kanjeng Nabi Sampai Kanjeng Sunan”.
[10] Di Madura banyak silsilah dengan nama “Khathib”, termasuk ayah Sunan Cendana ini. Ketika orang-orang menemukan nama Khathib dan belum dapat “bin siapa”nya, mereka cenderung mencari-cari nama Khathib dalam silsilah lain. Hal ini mengakibatkan adanya banyak kerancuan silsilah keatas seorang “Khathib”, termasuk Khathib ayah Sunan Cendana ini. Saya menguatkan nasab Sunan Cendana dengan silsilah Khathib bin Musa bin Qasim (Sunan Drajat), karena silsilah yang ini dipegang oleh banyak keluarga dari bani Sunan Cendana. Setahu saya, ada dua “Khathib” yang pernah terselip pada silsilah Sunan Cendana selain yang dipegang juru kunci, yaitu Khathib bin Sya’ban bin Sunan Ampel dan Khathib Panjang bin Panembahan Kidul bin Sunan Giri.
Kemudian ada satu hal yang perlu saya bicarakan mengenai silsilah antara Sunan Cendana dan Sunan Drajat. Ada seorang Arab yang dikenal ahli nasab dan kemudian mengusik nasab Sunan Cendana. Hal ini saya anggap perlu dibahas agar pembaca mengerti persoalannya kalau-kalau suatu saat mendengar “omongan miring” itu. Awalanya begini, suatu ketika saya menunjukkan nasab seseorang yang bersambung pada Sunan Cendana. Iapun merasa keberatan melihat catatan silsilah itu menunjukkan bahwa pemiliknya adalah keturunan ke-35 dari Rasulullah SAW. Sementara dia sendiri (si ahli nasab) yang lebih tua dari pemilik silsilah itu adalah keturunan ke-40. Kemudian si ahli nasab itu mengatakan bahwa silsilah itu meragukan sehingga sulit untuk menembus pengesahan Rabithah Alawiyah (Persatuan Alawiyyin keturuan Al-Hasan dan Al-Husain), karena saksi-saksi yang mengetahui langsung hubungan anak-beranak dari nama-nama dalam silsilah itu sudah meninggal semua. Tidak beberapa lama kemudian saya bertemu dengan Kiai Hannan (juru kunci makam Sunan Cendana). Ketika berbincang-bincang tentang nasab Sunan Cendana, Kiai Hannan berkata bahwa beberapa bulan yang lalu beliau berbincang-bincang dengan si ahli nasab itu, dia bilang bahwa antara Sunan Cendana dan Sunan Drajat itu ada sekitar empat nama yang hilang, mestinya bukan Sunan Cendana bin Khathib bin Sunan Drajat, melainkan setidaknya Sunan Cendana bin Khathib bin fulan bin fulan bin fulan bin fulan bin Sunan Drajat. Dengan cerita Kiai Hannan itu, saya baru paham mengapa si ahli nasab itu keberatan dengan silsilah keturunan Sunan Cendana, yaitu karena nasab keturunan Sunan Cendana kebanyakan sangat tinggi dibanding si ahli nasab, nampaknya ia keberatan untuk kalah tinggi dengan keturunan Sunan Cendana, sehingga iapun berani berbohong meyakini ada sedikitnya empat nama yang hilang. Untuk itu saya kemukakan beberapa hal berikut:
1. Megenai saksi-saksi yang diminta itu, saya rasa itu adalah sangat berlebihan. Itsbat (membenarkan) nasab itu tidak harus ada saksi yang tahu langsung hubungan anak-beranak antara seseorang dengan ayahnya. Jangankan untuk orang lain, untuk kakek saya sendiri saja saya tidak bisa mendatangkan saksi yang tahu langsung bahwa kakek adalah putra buyut saya, saksi yang tahu langsung sudah meninggal semua, saya tahu itu dari ayah dan keluarga saya lainnya yang pernah bertemu kakek, sebagaimana mereka tahu tentang buyut mereka dari kakek. Itsbat itu cukup dengan riwayat, bahwa apabila ada riwayat tentang sebuah nasab yang diriwayatkan oleh orang-orang yang tsiqah (bisa dipercaya) secara turun temurun, apalagi sampai ada catatannya, maka hal itu sudah sangat cukup untuk itsbat nasab. Sedangkan catatan silsilah atas-bawah Sunan Cendana tersebar pada ratusan keluarga keturunan beliau yang rata-rata keluarga ulama besar. Apakah kita masih menyangsikan catatan yang dipegang oleh semisal keluarga Syekh Kholil Bangkalan, Syekh Syamsuddin Ombhul (Sampang), Kiai As’ad Syamsul Arifin (Asembagus), Kiai Hasan Genggong (Probolinggo), Kiai Abdur Rahim Sarang (Rembang Jawa Tengah) dan yang lain-lain? Mereka semua adalah ulama-ulama besar. Mereka adalah keturunan Sunan Cendana dan masing-masing memegang silsilah yang diterima turun temurun.
2. Kesimpulannya, silsilah antara keturunan Sunan Cendana yang sekarang hingga Sunan Cendana sama sekali tidak ada masalah. Maka masalahnya tinggal antara Sunan Cendana dan Sunan Drajat. Tadi disebutkan bahwa si ahli nasab menuduh ada sekitar empat nama yang hilang antara Sunan Cendana dan Sunan Derajat. Coba kita perhatikan berikut ini: Sejarah mencatat bahwa Sunan Derajat lahir sekitar tahun 1470 M. (+ 930 H.) Sedangkan menurut catatan turun temurun, Sunan Cendana hidup pada zaman Cakraningrat I Bangkalan, kira-kira tahun 1625. Berarti jarak antara Sunan Cendana dan Sunan Drajat sekitar 155 tahun. Nah, jarak itu sangat layak untuk diisi empat generasi, yaitu Sayyid Musa, Sayyid Muhammad Khathib, Sayyid Zainal Abidin dan putra-putra beliau, karena beliau berusia panjang. Dari pernyataan dan kesimpulan itu, saya kemudian menarik kesimpulan bahwa keberatan yang dikemukakan oleh si ahli nasab itu hanya karena keberatan untuk dianggap nasabnya kalah tinggi dengan keturunan Sunan Cendana. Iapun beruasaha untuk menciptakan kesangsian terhadap silsilah keluarga Sunan Cendana. Mengingat dari Sunan Cendana kebawah tidak ada celah untuk dituduh “kurang nama”, karena kebanyakan keturunan Sunan Cendana telah menjaga silaturrahim, maka iapun melemparkan tuduhan itu pada antara Sunan Cendana dan Sunan Drajat. Sayangnya, ia tidak memperhatikan tahun kelahiran mereka, sehingga tuduhan itupun berbalik menjadi hal yang memalukan bagi dirinya.
Hendaknya dipahami, bahwa ketaqwaan itu lebih mendekatkan seseorang pada leluhurnya yang shaleh, bukan hitungan nasabnya. Cucu Siti Fathimah yang ke-33 tidak lebih mulia daripada cucu yang ke-40. Apabila lebih bertaqwa dan lebih berprestasi, maka cucu ke-40 akan lebih dekat dengan Siti Fathimah daripada cucu ke-33. Kesalahpahaan mengenai hal ini cenderung membuat orang merasa gengsi untuk mengakui kedekatan nasab orang lain, apalagi ketika yang bernasab lebih dekat itu lebih muda atau dianggap “orang biasa”.
[11] Ada yang menulisnya “Hasyim”, seperti Ta’liq “Syams Azh-Zhahirah”. Saya menguatkan “Qasim” karena nama itu yang saya temukan dalam semua catatan yang saya temui di tangan Kiai-kiai keturunan Sunan Drajat.
[12] Ada yang menulisnya “Ali Rahmatullah”, seperti Ta’liq “Syams Azh-Zhahirah”. Saya menguatkan “Ahmad Rahmatullah” karena nama itu yang saya temukan dalam semua catatan yang saya temui di tangan Kiai-kiai keturunan Sunan Ampel.
[13] Kiai Hamim adalah menantu Kiai Asror. Sebagian silsilah mencatat “Hamim bin Asror”. Kerancuan itu sebenarnya berawal dari kalimat “Syekh Kholil putra Kiai Hamim dan cucu Kiai Asror”. Orang yang tidak tahu persis menjadi salah paham. Adapun lebih menisbatkan Syekh Kholil sebagai cucu Kiai Asror daripada sebagai cucu Kiai Abdul Karim (ayah Kiai Hamim) itu berawal dari adat orang Jawa dan Madura yang tidak membeda-bedakan garis laki-laki dan perempuan, sehingga ketika memilih kakek, mereka akan memilih kakek yang paling keramat walaupun dari garis ibu. Syekh Kholil dinisbatkan sebagai cucu Kiai Asror karena Kiai Asror lebih terkenal daripada Kiai Abdul Karim. Akibat Syekh Kholil lebih dikenal sebagai cucu Kiai Asror, maka beliaupun lebih dikenal sebagai cucu Sunan Gunung Jati, padahal Kiai Asror juga cucu Sunan Gunung Jati dari garis perempuan. Sebelum ini, jarang orang yang tahu bahwa nasab Syekh Kholil yang garis laki-laki bersambung pada Sunan Kudus, sedangkan beberapa jalur perempuan beliau juga bersambung pada Sunan Ampel dan Sunan Giri.
[14] Banyak catatan yang saya temukan kehilangan nama ini. Padahal nama ini sudah masyhur di kalangan keluarga Basyaiban dan telah disahkan Robithoh Alawiyah.
[15] Sebagian silsilah yang tidak mencatat nama ini. Mungkin “kelewatan” itu berangkat dari kalimat “Sayyid Sulaiman adalah keturunan Sunan Gunung Jati dari pihak ibu”. Keturunan bisa cucu dan bisa cicit. Ketika kalimat itu dimaksudkan cicit, maka yang mendengar mengira cucu, sehingga langsung saja ia menyimpulkan “Sulaiman bin putri Sunan Gunung Jati”. Wallahu a’lam.
[16] Ada yang menulis bahwa Hidayatullah adalah nama lain dari Fatahillah yang berasal dari aceh, termasuk HAMKA yang kemudian dinukil oleh kitab “Syams Azh-Zhahirah”. Adapun yang benar adalah bahwa Hidayatullah dan Fatahillah itu dua orang yang berbeda. Adapun Fatahillah adalah putra Sayyid Ibrahim bin Abdul Ghafur bin Barakat bin Husain Jamaluddin. Fatahillah dikenal dengan panggilan “Falatehan”, pernah menjadi Panglima Perang Kerajaan Demak, kemudian menjadi Panglima Perang Kesultanan Cirebon di masa Sunan Gunung Jati dan menaklukkan Sunda Kelapa. Setelah itu beliau menikah dengan putri Sunan Gunung Jati.

Jumat, 19 Mei 2017

Walisongo* *تاريخ الأولياء التسعة* تاريخ والي ساغا تأليف العلامة بشري مصطفى الرمباني

Kitab yang Menjelaskan Kisah dan Silsilah Walisongo*

*تاريخ الأولياء التسعة*
تاريخ والي ساغا
تأليف العلامة بشري مصطفى الرمباني
https://archive.org/details/TarikhulAuliyaKHBisriMusthofa.compressed

https://archive.org/details/TarikhulAuliyaKHBisriMusthofa.compressed

Kenapa Rizqi Kita Sempit???

KENAPA RIZQI KITA SEMPIT???
======<<<
Sayyidina Ali bin Abi Thalib menjelaskan "mengapa rizki kita sempit"*
ﺟﺎﺀ ﺭﺟﻞ ﺇﻟﻰ ﺃﻣﻴﺮ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻋﻠﻲ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻳﺸﻜﻮ ﻟﻪ ﺍﻟﻔﻘﺮ ﻭﻗﻠﺔ ﺍﻟﺮﺯﻕ
Datang seseorang kepada Sayyidina Ali mengeluhkan kemiskinan dan kekurangan rezeki
ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻪ :
ﻟﻌﻠﻚ ﺗﺘﻜﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺨﻼﺀ؟
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ :
ﻻﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ ﻳﺎ ﺃﻣﻴﺮ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ
Maka beliau berkata kepada orang tersebut :
"Mungkin kamu suka berbicara saat di kamar mandi?"
Dia mengatakan :
"Tidak wahai Amirol mu'minin"
ﻗﺎﻝ :
ﻟﻌﻠﻚ ﺗﻘﻠﻢ ﺍﻇﻔﺎﺭﻙ ﺑﺎﺳﻨﺎﻧﻚ؟
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ :
ﻻﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ
"Mungkin kamu suka menggigit kukumu?"
"Tidak ".
ﻗﺎﻝ :
ﻟﻌﻠﻚ ﺗﺴﻤﻲ ﺃﺑﻮﻳﻚ ﺑﺎﺳﻤﻴﻬﻤﺎ ؟
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ :
ﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ
"Mungkin kamu memanggil atau menyebut kedua orang-tuamu dengan nama mereka?"
"Tidak ".
ﻗﺎﻝ :
ﻟﻌﻠﻚ ﺗﺘﺮﻙ ﺍﻟﻘﻤﺎﻣﺔ ﻟﻴﻼ ﻓﻰ ﺩﺍﺭﻙ ؟
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ :
ﻻﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ
"Mungkin kamu membiarkan sampah bermalam dalam rumah?
"Tidak "
ﻗﺎﻝ :
ﻟﻌﻠﻚ ﺗﻨﺎﻡ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﻭﺿﻮﺀ؟
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ :
ﻻﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ
"Mungkin kamu sering tidur tanpa wudhu ?
"Tidak "
ﻗﺎﻝ :
ﻟﻌﻠﻚ ﺗﺘﻘﺪﻡ ﺃﺑﻮﻳﻚ ﻓﻰ ﺍﻟﻤﺸﻲ ؟
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ :
ﻻﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ
"Mungkin kamu suka berjalan mendahului jalannya orang-tuamu ke depan ?
"Tidak "
ﻗﺎﻝ :
ﻟﻌﻠﻚ ﺗﻜﻨﺲ ﺩﺍﺭﻙ ﻟﻴﻼ ؟
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ :
ﻻﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ
"Mungkin kamu sering menyapu rumah di malam hari?"
"Tidak "
ﻗﺎﻝ :
ﻟﻌﻠﻚ ﺗﻘﻠﻢ ﺍﻇﻔﺎﺭﻙ ﻳﻮﻡ ﺍﻻﺣﺪ؟
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ :
ﻻﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ
"Mungkin kamu memotong kuku di hari minggu?"
"Tidak ".
ﻗﺎﻝ :
ﻟﻌﻠﻚ ﺗﺪﻳﻢ ﺍﻟﻠﻌﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﺑﻨﺎﺋﻚ؟
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ :
ﻻﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ ﻳﺎ ﺃﻣﻴﺮ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ
"Apakah kamu sering mengutuk anak²mu?"
"Tidak ".
ﻗﺎﻝ :
ﻟﻌﻠﻚ ﺗﻠﻘﻲ ﺑﺎﻟﺒﺼﺎﻕ ﻓﻰ ﺑﻴﺖ ﺍﻟﺨﻼﺀ ؟ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ :
ﻻﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ
"Mungkin kamu sering membuang ludah ke kamar mandi?"
"Tidak "
ﻗﺎﻝ :
ﻟﻌﻠﻚ ﺗﺘﺮﻙ ﺍﺳﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ؟ ﻭﺍﻟﺤﻤﺪ ﻓﻰ ﺁﺧﺮﻩ ؟
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ :
ﻻﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ
"Mungkin kamu tidak baca bismillah sebelum makan ataupun Alhamdulillah setelahnya?"
"Tidak ".
ﻓﻘﺎﻝ :
ﻟﻌﻠﻚ ﻻﺗﺪﻋﻮ ﻻﺑﻮﻳﻚ ﻓﻰ ﺍﻟﺼﻼﺓ ؟
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ :
ﻧﻌﻢ ﻳﺎ ﺃﻣﻴﺮ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻫﻮ ﺫﻟﻚ .
"Mungkin kamu tidak mendoakan kedua orang-tuamu saat shalat ?"
"Iya benar wahai Amirol Mu'miniin. itulah kekurangan saya ".
ﺭﺑﻲ ﺍﻏﻔﺮ ﻟﻲ ﻭﻟﻮﺍﻟﺪﻱّ ﻭﻟﻠﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻳﻮﻡ ﻳﻘﻮﻡ ﺍﻟﺤﺴﺎﺏ ﺁﻣﻴﻦ .
Copas: Dari kitab Salinan
Al-Habib Salim As-Syatiriy _nafa'anallohu bi 'uluumihi fid daroyn_..Aaamiin🙏🏻

Kamis, 18 Mei 2017

أحلى المسامرة في حكاية الأولياء العشرة

أحلى المسامرة في حكاية الأولياء العشرة

أحلى المسامرة في حكاية الأولياء العشرة
للشيخ العلامة أبي الفضل بن عبد الشكور السنوري الجاوي

Rabu, 17 Mei 2017

Referensi kitab tentang Wali Songo

*Referensi Kitab-Kitab yang Menjelaskan Kisah dan Silsilah Walisongo*

*تاريخ الأولياء التسعة*
تاريخ والي ساغا
تأليف العلامة بشري مصطفى الرمباني
https://archive.org/details/TarikhulAuliyaKHBisriMusthofa.compressed

https://archive.org/details/TarikhulAuliyaKHBisriMusthofa.compressed

*Syamsudz Dzahiroh*
https://archive.org/details/chams-addahira

*احلى المسامرة في حكاية اولياء العشرة*
http://maktabahtahmil.blogspot.co.id/2015/11/blog-post_584.html?m=1

*الامام المهاجر*
https://archive.org/details/maktabahtahmilkutub_yopmail_201602

Silsilah Emas Nasab Ketum PBNU: Prof.DR KH. Said Aqil Siradj

Sillsilah Emas Nasab Ketum PBNU (Prof. DR.  KH.Said Aqil Siradj) :
==========

• Nabi Muhammad SAW
• Fatimah Az-Zahra Al-Batul
• Al-Imam Sayyidina Al-Husain
• Sayyidina ‘Ali Zainal ‘Abidin As_Sajjad
• Sayyidina Muhammad Al Baqir
• Sayyidina Ja’far As-Shodiq
• Sayyid Al-Imam Ali Uraidhi
• Sayyid Muhammad An-Naqib
• Sayyid ‘Isa Naqib Ar-Rumi
• Sayyid Al-Imam Ahmad al-Muhajir
• Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillah
• Sayyid Alawi Awwal
• Sayyid Muhammad Sohibus Sauma'ah
• Sayyid Alawi Ats-Tsani
• Sayyid Ali Kholi’ Qosam
• Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut)
• Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut)
• Sayyid Amir ‘Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad, India)
• Sayyid Abdullah Azmatkhan
• Sayyid Ahmad Shah Jalal @ Ahmad Jalaludin
• Sayyid Syaikh Jumadil Kubro @ Jamaluddin Al-Husein Al-Akbar
• Sayyid ‘Ali Nuruddin @ ‘Ali Nurul ‘Alam
• Sayyid ‘Umadtuddin Abdullah
• Sunan Gunung Jati @ Syarif Hidayatullah
• Pangeran Pasarean @ Pangeran Muhammad Tajul Arifin
• Pangeran Dipati Anom @ Pangeran Suwarga @ Pangeran Dalem Arya Cirebon
• Pangeran Wirasutajaya ( Adik Kadung Panembahan Ratu )
• Pangeran Sutajaya Sedo Ing Demung
• Pangeran Nata Manggala
• Pangeran Dalem Anom @ Pangeran Sutajaya ingkang Sedo ing Tambak
• Pangeran Kebon Agung @ Pangeran Sutajaya V
• Pangeran Senopati @ Pangeran Bagus
• Pangeran Punjul @ Raden Bagus @ Pangeran Penghulu Kasepuhan
• Raden Ali
• Raden Muriddin
• KH Raden Nuruddin
• KH Murtasim ( Kakak dari KH Muta’ad Benda Kerep )
• KH Said ( Pendiri Gedongan )
• KH Siraj
• KH Aqil
• Prof. DR. KH. Said Aqil Siradj( Ketua Umum PBNU )

Al-Fatihah....

Sumber: Dari Berbagai Sumber

Selasa, 16 Mei 2017

Ekspresi orang tua di alam kubur saat diziyarohi anaknya di makamnya

EKSPRESI ORANG TUA DI ALAM KUBUR KETIKA DIZIARAHI ATAU DIDO'AKAN ANAKNYA
.
Dalam penjelasan kitab al-Ruh, karya Syaikh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah,  Apa yang terjadi kepada orang tua ketika Anda berziarah ke makam mereka atau ketika Anda mendoakan mereka?
.
Syaikh Muhammad al-Syanqithi, berkata: “Semoga Alloh mengampuni keluarga kita yang telah meninggal dunia dan kaum Muslimin yang telah meninggal dunia. Aku tidak mampu menahan tangis melihat betapa perlunya ahli kubur kepada kita. Aku terkesan dan aku ingin semuanya mengetahui hal ini.
Utsman bin Sawad, ulama salaf, bercerita tentang ibunya, seorang wanita yang ahli ibadah. Ketika ibunya akan meninggal dunia, ia mengangkat pandangannya ke langit dan berkata: “Wahai tabunganku, wahai simpananku, wahai Tuhan yang selalu menjadi sandaranku alam hidupku dan setelah kematiaku, jangan Engkau abaikan diriku ketika mati, jangan biarkan aku kesepian dalam kuburku.” Kemudian ia meninggal dunia.
.
Aku selalu berziarah ke makamnya setiap hari Jum’at. Aku berdoa untuknya, dan memohonkan ampun baginya dan semua ahli kubur di situ. Pada suatu malam aku bermimpi berjumpa dengan ibuku.
.
Aku berkata: “Wahai ibuku, bagaimana keadanmu?”
.
Ia menjawab: “Wahai anakku, sesungguhnya kematian itu adalah kesusahan yang dahsyat. Aku alhamdulillah ada di alam barzakh yang terpuji. Ranjangnya harum, dan bantalnya terdiri tenunan kain sutera.”
.
Aku berkata: “Apakah Ibu ada keperluan kepadaku?”
.
Ia menjawab: “Iya. Jangan kamu tinggalkan ziarah yang kamu lakukan kepada kami. Sungguh aku sangat senang dengan kedatanganmu pada hari Jum’at ketika berangkat dari keluargamu. Orang-orang akan berkata kepadaku: “Ini anakmu sudah datang.” Lalu aku merasa senang, dan orang-orang mati yang ada di sekitarku juga senang.”
.
Basysyar bin Ghalib, ulama salaf pula, berkata: “ Aku bermimpi Robiah al-Adawiyah dalam tidurku. Aku memang selalu mendoakannya. Dalam mimpi itu ia berkata kepadaku: “Wahai Basysyar, hadiah-hadiahmu selalu sampai kepada kami di atas piring dari cahaya, ditutupi dengan sapu tangan sutera.”
.
Aku berkata: “Bagaimana hal itu bisa terjadi?”
.
Ia menjawab: “Begitulah doa orang-orang yang masih hidup. Apabila mereka mendoakan orang-orang yang sudah mati dan doa itu dikabulkan, maka doa itu diletakkan di atas piring dari cahaya dan ditutupi dengan sapu tangan sutera. Lalu hadiah itu diberikan kepada orang mati yang didoakan itu. Lalu dikatakan kepadanya: “Terimalah, ini hadiah si anu kepadamu.”
.
Seberapa sering kita berziarah ke makam orang tua, keluarga dan guru kita yang telah meninggal dunia?
.
Seberapa banyak kita mendoakan mereka dalam waktu-waktu kita beribadah??
.
Ziarah kita dan doa kita sangat penting bagi mereka.
Semoga bermanfaat.
.
رب اجعلنی مقيم الصلاة ومن ذريتی ربنا وتقبل دعاء ربنا اغفرلی ولوالدي وللمؤمنين يوم يقوم الحساب
.

( Fanspage resmi Alhabib hud Al-attas )
.





🌹Allohumma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa sallim
.🌹

Senin, 15 Mei 2017

Serat Centhini Jilid 2

Serat Centhini Jilid 2:
=========
Ulah Asmara Dalam Membuka Dan Mempercepat Orgasme Perempuan Dalam Serat Centhini Jilid 2 Pupuh 107 Asmadana.
=============
Dalam masyarakat Jawa adab dan tatacara sebelum melakukan hubungan asmaragama juga diajarkan sebagai contoh; ritualisasi seksual juga diungkapkan dalam Serat Centhini, termasuk soal tata krama dalam melakukan hubungan seksual antar-suami-istri. Dalam berhubungan, misalnya, harus empan papan. Maksudnya, mengetahui situasi, tempat, dan keadaan, tidak tergesa-gesa, dan juga merupakan keinginan bersama.

Selain mendasarkan diri pada tata krama menurut budaya Jawa, tata krama ini juga mendasarkan diri pada hadits Nabi Muhammad SAW. Misalnya, sebelum melakukan hubungan seksual, seyogianya mandi terlebih dahulu. Setelah itu berdandan dan memakai wewangian. Sebelum mulai, berdoa lebih dulu dengan mengucapkan syahadat.

Selain itu masyarakat Jawa juga mengenal kalender seksual. “Ini berkaitan dengan masalah rasa perempuan, yang berhubungan dengan organ genital seksualnya. Satu asumsi bahwa setiap hari organ genital seksual yang sensitif pada perempuan, selalu berpindah tempat, sesuai dengan tinggi rendahnya bulan. Ini berdasar pada kalender Jawa. “Dengan mendasarkan pada kalender seksual, pasangan dapat mencapai puncak kepuasan secara bersama-sama,”

Dalam Serat Centhini Jilid 2 Pupuh 107 Asmaradana pada 1 – 28 terdapat pemberlajaran diuraikan secara gamblang soal “ulah asmara” yang berhubungan dengan lokasi genital yang sensitif dalam kaitannya dengan permainan seks. Misalnya, cara membuka atau mempercepat orgasme bagi perempuan, serta mencegah agar lelaki tidak cepat ejakulasi. Selain diungkap mengenai tata cara, etika, dan ritualisasi, dalam Pupuh Asamaradana tersebut juga diulas pula bentuk-bentuk serta pose hubungan seksual yang seharusnya dilakukan. Semua itu dimaksudkan agar pasangan dapat mencapai kepuasan bersama-sama. “Hubungan seksual tidak hanya sekadar pemuasan nafsu lelaki maupun perempuan, tetapi juga sebagai bentuk ungkapan perasaan cinta kasih, proses prokreasi, dan seks sekaligus sebagai wahana ibadah,” berikut suntingan teks dan terjemahannya :
ASMARADANA

Wusnya wanci lingsir ratri | Ki Saloka Kartipala | Palakarti katigane | samya aso mring modinan | de para waranggana | mantuk maring têngganipun | sadhiya lamun kampiran ||

Sudah waktunya menjelang malam, mereka bertiga Ki Saloka Kartipala Palakarti pulang beristirahat di tempatnya masing-masing dengan para waranggana (penyanyi, penari) dan bersedia apabila mereka datang kerumahnya.

Kang kantun anèng pandhapi | gunême tan ana kêmba | gupruk gar-gêr sru gujênge | Mas Cêbolang lon lingira | Kiyai Amongtrustha | paranta darunanipun | pra apsari asih trêsna ||

Dan yang masih ada di pandapa, saling bercakap-cakap dan saling sendau gurau, sedangkan Mas Cebolang bertanya dengan nada yang pelan kepada Kyai Amongtrusha, bagaimana asal muasalnya para apsari (waranggana) mempunyai rasa kasih dan sayang.

Niku anak wontên kalih | saking isarat myang tingkah | kang kalêbêt tyasing wadon | kasiyat saking pandhita | Lukmanulyakin nama | bab kêmate apulang-hyun | dununge rasèng wanita ||

Yaitu ada dua hal : syarat-syarat tertentu (jamu), tingkah laku (tata krama) dan juga termasuk perasaan/hatinya wanita, merupakan sebuah ajaran dari Pandhita yang bernama Lukmanulyakin, sedangkan bab nikmatnya berulah asmara berada pada rahasia rasa wanita.

Ing dalêm saari-ratri | awit suruping Hyang Arka | tumêkèng pêndhak surupe | rahsa angalih panggonan | anut lampahing tanggal | sapisan nêmbêlas gathuk | têkèng tanggal tigangdasa ||

Di dalam sehari semalam mulai terbenamnya matahari sampai dengan terbenamnya lagi, rasa itu akan berpindah tempatnya mengikuti berububahnya tanggal satu sampai dengan tanggal enam belas selasai dan selanjutnya sampai tanggal tiga puluh.

Lamun ayun pulang rêsmi | anuju tanggal sapisan | awit arasên bathuke | tanggal pindho awit ngaras | pupusêr tanggal tiga | wiwit mijêt wêntisipun | kanan kering karo pisan ||

Apabila hendak berulah asmara pada tanggal satu di daerah kening harus dilakukan cumbuan dengan mencium atau menjilat, tanggal dua di daerah puser, tanggal tiga di daerah betis kanan dan kiri.

Ping pat mijêt lêngên kalih | kaping lima awit ngaras | ing prêmbayun kalih cêcêg | Ki Têngara Mas Cêbolang | Nurwitri sami latah | de tanggal kaping nêmipun | kawit ngaras slaning imba ||

Yang keempat di daerah lengan kira dan kanan , kelima disekitar panyudara, telinga kanan dan kiri, dan Ki tengara, Mas Cebolang serta Nurwitri sama-sama latahnya, sedangkan pada tanggal keenam berpindah di daerah diantara alis.

Tanggal kaping pitu awit | ngaras slaning payudara | ping wolu ngaras lathine | ing nginggil lawan ing ngandhap | tanggale kaping sanga | mijêt pupu kalihipun | sarta angusap walikat ||

Sedangkan tanggal ketujuh di terletak diantara sela-selanya payudara kanan kiri, kedelapan terdapat pada bibir atas dan bawah, dan pada tanggal sembilan berpindah di betis kanan dan kiri serta di sekitar pundak (belikat).

Tanggal ping sadasa awit | garapên wêtênge ika | ping sawlas ngaras granane | ping rolas ngusap walikat | tanggal ping tigawêlas | wiwit angaras prêmbayun | jumbuh lan tanggal ping lima ||

Tanggal sepuluh beralih di daerah perut, kesebelas terdapat hidungnya, keduabelas di daerah pundak (belikat), tanggal tiga belas terletak didaerah payudara, sama pada saat tanggal ke lima belas.

Kaping kawanwêlas wiwit | ngaras lathi ngusap suryan | ping gangsalwêlas wus pantog | wiwit ngaras kalih imba | puniku yèn linakyan | kalangkung utamanipun | awit punika wanita ||

Yang keempat belas mulai mencium bibir dan mengusap wajah, yang kelima belas selesai dan mulai di mulai lagi pada kedua alisnya, itu yang harus diperlakukan dan alangkah mulianya sebagai seorang wanita.

Pakolèh rahsa kang luwih | nikmat kalawan manpangat | de kapêndêng panggonane | dèn ungsir têmah glis mêdal | katarik gunging trêsna | pun wadon mring kakungipun | tan darbe cipta liyanya ||

Akan mendapat rasa nikmat yang lebih dan bermanfaat apabila dilakukan pada tempatnya, agar supaya cepat keluar karena tertarik dengan besarnya rasa cinta seorang wanita terhadap pasangannya serta tidak mempunyai perasaan lainnya kecuali terhadap pasangannya.

Trênyuh tyas mung ciptèng laki | tamat kang saking prêtingkah | wontên malih saking êmèl | bilih nuju among raras | punika kang winaca | Alahuma jannibinus | saetan mara jattana ||

Belas kasihnya hannya pada pasangannya, selesai sudah pelajaran tersebut, dan ada lagi rapal atau doa bila sedang ulah asmara dan ini yang wajib dibaca Alahuma jannibinus syaetan mara jattana.

Yèn badhe bêtah kêpati | ron lêgundhi ron widurya | myang babakan trênggulune | pinipisa ingkang lêmbat | ginalintir inguntal | lah punika èsmunipun | winaca ping kalih wêlas ||

Apabila mengingingkan bertahan lama dalam berulah asmara; inilah ramuannya daun legundi, daun widuri dan babakan pule, ditumbuh halus lalu di buat seperti pil dan dikeringkan, dan sebelum berulah asmara (bermain cinta) diminum dan selanjutnya dengan membaca rapal atau doa sebanyak dua belas kali.

Kumala sahaheka di | kun payakun ilaika | datuka muka natane | -ka Allahuma yamuka | nunujra rumnya ala | huyamuka datbiramu | ika sangkrama rakiman ||

Kumala sahaheka di kun payakun ilaika datuka muka nataneka Allahuma yamuka nunujra rumnya ala huyamuka datbiramu ika sangkrama rakiman.

Yêkti kuwat dakarnèki | sartane tan nuntên mêdal | wontên mèl pangampêt manèh | kaol saking tiyang sabrang | bilih ayun sahuwat | winacaa kaping têlu | yêkti dangu wêdalira ||

Pastilah kuwat zakarnya serta tidak akan cepat keluar (orgasme) dan ada lagi rapal atau doa untuk menahannya, kaol dari orang manca nagara bila hendak berhubungan agar rapal atau doa tersebut dibaca tiga kali pasti akan bertahan lama keluarnya (orgasme).

Ari panas rênggang bumi | ari hujan rapêt kisma | utawi dènusapake | marang darbèking wanita | rapêt kadi parawan | yèn arsa miyoskên gupuh | mung winalik êmèlira ||

“Ari panas rênggang bumi, ari hujan rapêt kisma” (cuaca yang panas membuat bumi pecah-pecah dan saat cuaca hujan tanah akan merapat kembali) apabila rapal tersebut diusap-usapkan pada kemaluan wanita akan menjadi rapet (kencang) kembali seperti masih perawan, dan apabila berkeinginkan cepat mengahiri permainan ulah asmara hannya dengan membalik rapal atau doannya.

Pami botên akaronsih | nanging sagêd trusing rahsa | amung gêmriming mundrine | pinidih niki mèlira | kunta ngalai mukadas | brai mung punika sampun | yêkti kumyus marawayan ||

Apabila tidak menginginkan bercinta tetapi ingin mendapatkan rasa yang nikmat (wanita) hannya dengan memilin/mengusap puting susunya, inilah rapal atau doanya “kunta ngalai mukadas brai” cukup sudah pasti akan terasa bergetar dan melambung diawang-awang.

Utamine sahuwati | lawan wadone priyangga | aywa raosan salire | tuwin ywa angalêmbana | sakawit amaosa | tangawud sawuse putus | lajêng maos Bissêmilah ||

Yang terbaik saat melakukan ulah asmara (bercinta) dengan pasangannya janganlah membicarakan semua hal jangan memuja, lebih baik membaca istifar dan setelah selesai dilanjutkan dengan membaca bismillah.

Hirakêmanirakimin | nuntên amaos rabana | rabini rabi inni-ne | wêdaling kang punang rahsa | (m)bun-bunan tiniyupa | ywa ambêkan kaping têlu | ing batin maos punika ||

Hirrahmanirrahim, selanjutnya membaca rabana rabini rabiinni-ne, pada saat keluarnya rasa cinta, tiyuplah ubun-ubunnya tiga kali dengan menahan nafas, dan dalam batinnya sambil mengucapkan doa berikut ini :

Bismilah rahmanir rahkim | macan putih ana (n)dhadha | umêtu banyu uripe | ing urip sajroning toya | lailaha ilolahu | Mukhamad Rasulolahu | wontên malih sarat-sarat ||

“Bismillahirrahmanirrahim macan putih ana dhadha umetu banyu uripe, ing urip sajroning toya laillaha ilallahu Muhammad Rasulullahu” dan masih ada lagi syarat-syarat yang lain.

Mawi lapal sinêrat ing | dhaharan ron dalancang | punika anak wêrdine | parimbonira binuka | sadaya samya miyat | katrinya anurun guyup | winantu sukaning driya ||

Dengan lapal yang tertulis di makanan yang bungkus dengan daun dalancang, yang mengandung maksud; agar membuka primbonnya, semuanya tampak dan ketiga mematuhi dengan rasa gembira tanpa ada paksaan.

Mas Cêbolang tanya malih | èstri mrih saekapraya | kadiparan ing sarate | Amongtrustha mèsêm lingnya | anak pratingkah kasar | ing sawusira pulang hyun | têka kèndêlna kewala ||

Mas Cebolang bertanya kembali, bagaimana agar wanita menuruti segala kemauan? Apa syaratnya? Amongtrustha tersenyum, apabila ada prilaku yang kasar setelah melakukan ulah asmara (bercinta) diamkanlah saja.

Aywa nganggo dènbêrsihi | nulya kagêm rambah-rambah | marang wong wadon sanèse | sadaya ingkang kaambah | adat kang wus kalakyan | nadyan nganti èstri wolu | sadaya anunggal karsa ||

Jangan sampai dibersihkan, selanjutnya dapat digunakan berungkali dengan perempuan lainnya, semua yang pernah dilakukan dan kebiasaan yang sudah terjadi meskipun mempunyai istri sampai delapan tetapi semuanya satu kehendak (saling bisa menerima/memahami).

wontên ingkang alus malih | pangèdhêpan pangasiyan | miwah saeka kaptine | ananging punika sarat | kêdah mangsuk ing angga | sadhengaha tingkahipun | watone klêbêt dhadharan ||

Ada lagi cara yang lebih halus lagi yaitu lewat kedhipan mata atau pengasihan agar menurut seia sekata tetapi ada syarat yang harus dilakukan yaitu merasuk di badan dan bagaimanapun caranya agar syarat tersebut dapat dimasukkan kedalam makanan.

Kumpule kêrokan dhiri | wontên kalihwlas pangenan| pasung myang kalamênjinge | kukulung ati kalawan | kêkèlèk kalihira | tuwin têkukaning sikut | ingkang têngên miwah kiwa ||

Ada empat belas tempat di badan yang harus digosok, mulai dari muka dan leher, uluhati dan kedua ketiak serta lipatan lengan kanan dan kiri (siku).

Têkukan gêl-ugêl kalih | èpèk-èpèk kalih pisan | slaning jêmpol asta karo | kalawan kalih walakang | têkukan dhêngkul samya | tungkak kalih myang slanipun | jêmpolan suku kalihnya ||

Pergelangan tangan kanan kiri, kedua telapak tangan, diantara ibu jari kanan kiri serta di kedua pangkal paha, kedua lipatan lutut serta dua tumit dan diantara dua jempol kaki.

Jangkêp kalihwêlas warni | nulya winoran kalawan | ing rahsane pribadine | wus kumpul dadya satunggal | tinrap pèk-èpèk kiwa | asta kanan ngudhêg gupuh | maos Ya Allah Mukhamad ||

Lengkap sudah kedua belas macam, selanjutnya disatukan dengan rasa pribadinya, setalah terkumpul jadi satu, ditaruh di telapak tangan kiri sedangkan tangan kanan mengaduk-aduk dengan membaca Ya Allah Muhammad.

La makbuda ilolahi | la nujudda ilolaha | ping tiga nulya winorke | dhaharan myang (n)juk-unjukan | ingasungakên marang | pun êndi kang dadya kalbu | Insa Allah asih trêsna ||

La makbuda ilallahi la nujudda ilallaha tiga kali selanjutnya dicampur dengan makanan dan minuman, serta harus menyakinkan diri apa yang telah diniatkan Insya Allah rasa cinta dan kasih sayang akan didapatkan.

Taksih kathah ingkang warni | nanging punika wus cêkap | winantu lawan bêgjane | sadaya nuwun turira | wus wanci gagat enjang | Amongtrustha lingira rum | prayoga sami bibaran ||

Masih banyak macamnya tetapi ini sudah cukup, dan semua kembali pada keberuntungannya, semua mengucapkan trimakasih dan waktu telah memasuki pagi hari Amongtrusha berucap sambil tersenyum dan sebaiknya sama-sama membubarkan diri.

Demikianlah sedikit uraian tentang ulah asmara dalam membuka dan mempecepat orgasme pada wanita, yang saya sadur dari Serat Centhini jilid 2 pupuh 107 yang terangkum dalam metrum macapat sekar Asmaradana, mudah-mudahan dengan sekelumit cerita masalah seks sebagaimana pandangan masyarakat Jawa yang selama ini kita terima dapat menambah wawasan dan kebebasan yang sama dalam mengungkapkan pengalaman seksualnya, padahal selama ini penggambaran wanita Jawa yang selalu digambarkan bersifat pasrah, dan nrima kepada lelaki bahkan cenderung pemalu dan tertutup.

Dan mohon maaf bila ada terjemahan yang kurang cocok, serta mohon perkenannya bagi para pembaca yang budiman untuk mengoreksi dan membetulkan bila ada kesalahan dalam mengalihkan kedalam bahasa Indonesia.