ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Sabtu, 30 September 2017

Habib Umat Bin Hafidz BSA: 4 (Empat) Hal Penting Yang Didahulukan Dalam Islam

Setiap orang islam didalam kehidupannya diatas dunia memiliki hal-hal yang penting ya harus ia lakukan, akan tetapi ia harus  mengetahui sebelum melakukan hal-hal tersebut mana diantaranya yang harus ia lakukan terlebih dahulu.

Dan hal yang paling penting dalam agama islam dan harus didahulukan ada 4 hal :
1. Mengajarkan Al-Qur'an
2. Mengajarkan Hadist
3. Mengajarkan syari'at islam ( fiqih )
4. Menyebarkan budi pekerti yang baik dan indah Rosululloh diantara ummat islam.

Hal-hal tersebut tidak akan menjadi nyata kecuali dengan mendirikan majlis ta'lim di masjid atau di rumah baik di kota maupun di desa.

Dan bila itu terjadi maka buah yang dihasilkan ialah :
1. Terjaganya agama islam
2. Semakin jelas ajaran islam
3. Semakin kokoh ajaran islam dihati orang-orang yang mengatas namakan dirinya islam
4. Terangkat kelamnya kebodohan dan kelalaian dengan cahaya ilmu.

Setelah mengetahui apa yang harus kita dahulukan dari hal-hal yang penting serta mengetahui cara pelaksanaan dan hasil dari pelaksanaan tersebut maka harus bagi setiap orang muslim yang benar-benar ingin melestarikan agama islam dan dekat dengan Nabi Muhammad shollallahu alaihi wa sallam untuk memberikan perhatian penuh dalam menjalankan majlis-majlis tersebut dengan cara yang terbaik.
( dari kitab maqodhidul halaqoot lil habib umar bin hafidz )

👳 HB HADI SEGGAF ASSEGAF

Baca Al-Qur'an Dengan Bersuara Bermanfa'at Juga Untuk Kesehatan

*MANFAAT MEMBACA AL-QUR'AN BAGI KESEHATAN*

Menurut sebuah survey yang dilakukan oleh dr. Al-Qodhi di Klinik Besar Florida, Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan ayat suci  Al-Qur'an, baik mereka yg mengerti bahasa Arab atau tidak, ternyata *memberikan perubahan fisiologis yang sangat besar.* Termasuk salah satunya dapat  *menangkal berbagai macam penyakit*.

Hal tsb dikuatkan lagi oleh Penemuan Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston.

Mengapa di dalam Islam, ketika kita *mengaji disarankan untuk bersuara?* Minimal untuk diri sendiri alias terdengar oleh telinga kita.

Berikut penjelasanya :

Setiap sel di dalam tubuh kita bergetar di dalam sebuah sistem yang seksama, dan perubahan sekecil apapun dalam getaran ini  akan menimbulkan potensi penyakit di berbagai bagian tubuh...

Nah... Sel-sel yang rusak ini harus digetarkan kembali untuk mengembalikan keseimbangannya.

*Hal tersebut artinya harus dengan suara.* Maka munculah TERAPI SUARA yang ditemukan oleh *dr. Alfred Tomatis, seorang dokter di Perancis*.

Sementara dr. Al-Qodhi menemukan, bahwa
MEMBACA AL-QUR'AN DENGAN BERSUARA,  *Memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap sel-sel otak untuk mengembalikan keseimbangannya.*

Penelitian berikutnya membuktikan *Sel Kanker dapat hancur* dengan menggunakan FREKUENSI SUARA  saja.

Dan kembali terbukti bahwa, Membaca Al-Qur'an memiliki dampak hebat dalam proses penyembuhan penyakit sekaliber kanker.

 Virus dan kuman berhenti bergetar saat dibacakan ayat suci Al-Qur'an, dan di saat yang sama , sel-sel sehat menjadi aktif.

Mengembalikan keseimbangan program yang terganggu tadi.
Silakan dilihat QS. Al-Isro' ayat 82

Dan yang lebih menguatkan supaya diri ini semakin rajin dan giat membaca Al-Qur'an adalah karena menurut survei :

SUARA YANG PALING MEMILIKI PENGARUH KUAT TERHADAP SEL-SEL TUBUH, ADALAH SUARA SI PEMILIK TUBUH ITU SENDIRI.
Lihat QS. 7 ayat 55 dan QS. 17 ayat 10.

Mengapa Sholat berjama'ah lebih di anjurkan?.
*Karena ada do'a yg dilantunkan dengan keras, sehingga terdengar oleh telinga, dan ini bisa mengembalikan sistem yang seharian rusak.*

Mengapa dalam Islam mendengarkan lagu hingar bingar tidak dianjurkan?
*Karena survei membuktikan, bahwa getaran suara hingar bingar MEMBUAT TUBUH TIDAK SEIMBANG.*

Maka kesimpulannya adalah :

*1. Bacalah Al-Qur'an di pagi hari dan malam hari sebelum tidur* untuk mengembalikan sistem tubuh kembali normal.

*2. Kurangi mendengarkan musik hingar bingar,* ganti saja dengan *murotal* yang jelas-jelas memberikan efek menyembuhkan.
Siapa tau kita punya potensi terkena kanker, tapi karena rajin mendengarkan murotal, penyakit tersebut bisa hancur sebelum terdeteksi.

*3. Perbaiki baca Al-Qur'an (baca dengan tartil, penuhi Hukum Tajwid),* karena efek suara kita sendirilah yang paling dasyat dalam penyembuhan.

_Silakan disebarkan. Semoga menjadi wasilah amal kebaikan._

Jumat, 29 September 2017

Penjelasan Keutamaan Hari 'Asyuro'


A. KEUTAMAAN ASYURO' (1)

Dari kitab Al Ghunyah Lithaalibii Thariiqil Haqqi ‘Azza Wa Jalla, karya Syaikh ‘Abdul Qadir bin Abi Shalih al Jilani (wafat tahun 561 H) juz II halaman 90 s/d 92, cetakan Daar al Kutub al ‘Ilmiyyah, Beirut Lebanon:

فَصْلٌ) وَاخْتَلَفَ الْعُلَمَاءُ رَحِمَهُمُ اللهُ فِيْ تَسْمِيَتِهِ بِيَوْمِ عَاشُوْرَاءَ
(Fashal)
Ulama –rahimahumullaah- berbeda pendapat mengenai dinamakannya hari Asyura
فَقَالَ أَكْثَرُهُمْ إِنَّمَا سُمِّيَ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ لِأَنَّهُ عَاشِرُ يَوْمٍ مِنْ أَيَّامِ الْمُحَرَّمِ
Mayoritas ulama mengatakan bahwasanyadinamakan hari Asyura karena hari tersebut merupakan hari kesepuluh Muharram
قَالَ بَعْضُهُمْ : إِنَّمَا سُمِّيَ عَاشُورَاءَ لِأَنَّهُ عَاشِرُ الْكَرَامَاتٍ الَّتِيْ أَكْرَمَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ هَذِهِ الْأُمّةَ بِهَا وَهِيَ
Sebagian Ulama berpendapat dinamakan Asyura karena hari itu merupakan kesepuluhnya karamah yang mana Allah memulyakan umat ini dengannya.
Kesepuluh karamah tersebut ialah:
أَوَّلُهَا رَجَبٌ وَهُوَ شَهْرُ اللهِ تَعَالَى الْأَصَمُّ وَفَضْلُهُ عَلَى سَائِرِ الشُّهُورِكَفَضْلِ هَذِهِ الْأُمَّةِ عَلَى سَائِرِ الْأُمَم
Pertama
RAJAB
Rajab adalah bulan Allah yang Ashamm (yang tuli, maksudnya dalam bulan Rajab tidak terdengar hiruk-pikuknya peperangan)
Keutamaan bulan Rajab atas bulan-bulan lainnya seperti utamanya umat ini atas semua umat
اَلثَّانِيَةُ شَهْرُ شَعْبَانَ وَفَضْلُهُ عَلَى سَائِرِ الشُّهُورِ كَفَضْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى سَائِرِ الْأَنْبِيَاءِ
Kedua
Bulan SYA’BAN
Keutamaan bulan Sya’ban atas bulan-bulan lainnya seperti utamanya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam atas nabi-nabi lain
وَالثَّالِثَةُ شَهْرُ رَمَضَانُ وَفَضْلُهُ عَلَي سَائِرِ الشُّهُوْرِ كَفَضْلِ اللهِ تَعَالَي عَلَى خَلْقِهِ
Ketiga
Bulan RAMADHAN
Keutamaan bulan Ramadhan atas bulan-bulan lainnya seperti utamanya Allah Ta’ala atas makhluq_Nya
وَالرَّابِعَةُ لَيْلَةُ الْقَدْرِ وَهِيَ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Keempat
LAILATUL QADAR
Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan
وَالْخَامِسَةُ يَوْمُ الْفِطْرِ وَهُوَ يَوْمُ الْجَزَاءِ الْأَوْفَي
Kelima
Hari FITHRI
Hari fitri (hari raya Fitri) adalah hari jaza` (pembalasan) yang sempurna
وَالسَّادِسَةُ أَيَّامُ الْعَشْرِ وَهِيَ أَيَّامُ ذِكْرِ اللهِ تَعَالَي
Keenam
Hari-hari Sepuluh (maksudnya sepuluh awal bulan Dzul Hijjah)
Hari-hari sepuluh adalah hari berdzikir kepada Allah Ta'ala
وَالسَّابِعَةُ يَوْمُ عَرَفَةَ وَصَوْمُهُ كَفَّارَةُ سَنَتَيْنِ
Ketujuh
Hari ARAFAH
Puasa hari Arafah adalah kaffarat dua tahun
وَالثَّامِنَةُ يَوْمُ النَّحْرِ وَهُوَ يَوْمُ الْقُرْبَانِ
Kedelapan
Hari NAHR (Iedul adha)
Hari Nahr adalah hari Qurban
وَالتَّاسِعَةُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ وَهُوَ سَيِّدُ الْأَيَّامِ
Kesembilan
Hari JUMAT
Hari Jumat adalah sayyidul ayyaam
وَالْعَاشِرَةُ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ وَصَوْمُهُ كَفَّارَةُ سَنَةٍ
Kesepuluh
Hari ASYURA
Puasa hari Asyura adalah kaffarat satu tahun
فَلِكُلِّ وَقْتٍ مِنْ هَذِهِ الْأَوْقَاتِ كَرَامَاتٌ جَعَلَهَا اللهُ تَعَالَى لِهَذِهِ الْأُمَّةِتَكْفِيرًا لِذُنُوبِهِمْ ، وَتَطْهِيرًا لِخَطَايَاهُمْ
(Dengan demikian), maka setiap waktu ini mempunyai karamah yang dijadikan oleh Allah Ta’ala bagi umat ini sebagai penebus dosa-dosa mereka dan mensucikan kesalahan-kesalahan mereka
فَصْلٌ) وَاخْتَلَفُوْا فِيْ أَيِّ يَوْمٍ هُوَ مِنَ الْمُحَرَّمِ
(Fashal)
Ulama berbeda pendapat mengenai pada hari keberapa Asyura pada bulan Muharram
فَقَالَ أَكْثَرُهُمْ اَلْيَوْمُ الْعَاشِرُ مِنَ الْمُحَرَّمِ وَهُوَ الصَّحِيْحَ لِمَا تَقَدَّمَ
Mayoritas ulama berpendapat bahwa Asyura adalah hari kesepuluh bulan Muharram
Itu adalah yang shahih, karena keterangan yang lalu
وَقَالَ بَعْضُهُمْ هُوَ الْحَادِيَ عَشَرَ مِنْهُ
Sebagian Ulama mengatakan: Asyura ialah hari kesebelas (tanggal sebelas) Muharram
وَنُقِلَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّهُ التَّاسِعُ مِنْهُ
Dan dinukil dari Aisyah –radhiyallaahu ‘anhaa- , bahwasanya Asyura adalah hari kesembilan (tanggal sembilan) Muharram
وَعَنِ الْحَكِيْمِ بْنِ الْأَعْرَجِ أَنَّهُ سَأَلَ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ أَيِّ يَوْمٍ يُصَامُ عَاشُوْرَاءُ فَقَالَ إِذَا رَأَيْتَ هِلَالَ الْمُحَرَّمِ فَاعْدُدْ ثُمَّ أَصْبِحْ صَائِمًا مِنْ تَاسِعِهِ
فَقُلْتُ أَكَذَلِكَ كَانَ يَصُوْمُهُ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ قَالَ نَعَمْ
Dari al Hakiem bin al A’raj bahwasanya dia bertanya kepada Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhumaa tentang hari keberapa dilakukan puasa Asyura ?
Ibnu Abbas menjawab: Jika kamu melihat hilal dari bulan Muharrom, hitunglah, kemudian pada hari kesembilannya, berpuasalah. Aku bertanya kembali: Apakah demikian nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam melakukan puasa Asyura? Ibnu Abbas menjawab: Ya
Catatan:
Diatas, riwayat disebutkan dari al Hakiem bin al A’raj. Dalam Shahih Muslim (3/151, maktabah syamilah) riwayat dari al Hakam bin al A’raj
Berikut sanad dan matannya:
وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعُ بْنُ الْجَرَّاحِ عَنْ حَاجِبِ بْنِ عُمَرَ عَنِ الْحَكَمِ بْنِ الأَعْرَجِ قَالَ انْتَهَيْتُ إِلَى ابْنِ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهما - وَهُوَ مُتَوَسِّدٌ رِدَاءَهُ فِى زَمْزَمَ فَقُلْتُ لَهُ أَخْبِرْنِى عَنْ صَوْمِ عَاشُورَاءَ. فَقَالَ إِذَا رَأَيْتَ هِلاَلَ الْمُحَرَّمِ فَاعْدُدْ وَأَصْبِحْ يَوْمَ التَّاسِعِصَائِمًا. قُلْتُ هَكَذَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُهُ قَالَ نَعَمْ.
Wallaahu A’lam
فَصْلٌ) وَنَذْكُرُ مِنْ فَضَائِلِ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ أَنَّ الْحُسَيْنَ بْنَ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمَا قُتِلَ فِيْهِ
(Fashal)
Kami akan menuturkan sebagian dari fadhilah hari Asyura.
Sesungguhnya al Husain bin Ali –radhiyallaahu ta’alaa ‘anhumaa- dibunuh didalam hari Asyura
رُوِيَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ مَنْزِلِيْ إِذْ دَخَلَ عَلَيْهِ الْحُسَيْنُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فَطَالَعْتُهُمَا مِنَ الْبَابِ وَإِذَا اَلْحُسَيْنُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَلَى صَدْرِ النَّبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَلْعَبُ وَفِيْ يَدِ النَّبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِطْعَةٌ مِنْ طِيْنٍ وَدُمُوْعُهُ تَجْرِيْ
Diceritakan dari Ummi Salamah –radhiyallaahu ‘anhaa- beliau berkata:
Adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam didalam rumahku, tiba-tiba masuklah Husain radhiyallaahu ‘anhu kepada beliau. Maka aku memandang keduanya dari pintu.
Saat itu Husain radhiyallaahu ‘anhu bermain-main diatas dada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, sementara ditangan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam ada sebongkah tanah, dan air mata beliau mengalir
فَلَمَّا خَرَجَ الْحُسَيْنُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ دَخَلْتُ إِلَيْهِ فَقُلْتُ بِأَبِيْ وَأُمِّيْ يَا رَسُوْلَ اللهِ طَالَعْتُكَ وَفِيْ يَدِكَ طِيْنَةٌ وَأَنْتَ تَبْكِيْ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيْ لَمَّا فَرِحْتُ بِهِ وَهُوَ عَلَى صَدْرِيْ يَلْعَبُ أَتَانِيْ جِبْرِيْلُعَلَيْهِ السَّلَامُ وَنَاوَلَنِيْ اَلطِّيْنَةَ الَّتِيْ يُقْتَلُ عَلَيْهَا فَلِذَلِكَ بَكَيْتُ
Dan ketika Husain radhiyallaahu ‘anhu sudah keluar, maka akupun masuk kepada beliau, maka aku berkata: “Dengan bapakku dan dengan ibuku (kalimat penebusan. Pen) aku melihat engkau, ditangan engkau ada tanah sambil engkau menangis, maka beliaupun bersabda kepadaku: “Ketika aku bersuka-cita dengannya sementara dia diatas dadaku sambil bermain-main, maka datanglah Jibril ‘alaihissalaam kepadaku. Dia memberiku tanah yang mana dia akan dibunuh diatasnya, maka karena itulah aku menangis.
(Tambahan dari Penulis)
Dalam kitab Nuuruzhzhalaam karya Syeikh Nawawi al Bantani halaman 35
وَرُوِيَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْطَاهَا اَلْقَارُوْرَةَ الَّتِيْ فِيْهَا تُرْبَةُ مَقْتَلِ الْحُسَيْنِ وَتُركِتْ عِنْدَهَا
Diceritakan, sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memberinya (Ummu Salamah) sebuah botol yang didalamnya ada tanah tempat dibunuhnya Husain. Botol tersebut ditinggalkan disisinya
وَذَلِكَ لَمَّا جَاءَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جِبْرِيْلُ وَأَخْبَرَهُ أَنَّ الْحُسَيْنَ مَقْتُوْلٌ فِي هَذَا التُّرَابِ وَأَرَاهُ مِنْ تُرْبَةِ الْأَرْضِ الَّتِيْ يُقْتَلُ فِيْهَا وَشَمَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَلِكَ التُّرَابَ فَقَالَ وَيْحَ كَرْبَلَاءَ وَقَالَ لَهَا إِذَا صَارَ هَذَا التُّرَابُ دَمًا فَقَدْ قُتِلَ اِبْنِيْ اَلْحُسَيْنُ
Hal itu adalah ketika Jibril mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan dia mengkhabarkan beliau bahwasanya Husain akan dibunuh diatas tanah ini, dan dia (Jibril) memperlihatkan kepada beliau dari tanahnya bumi dimana Husain akan dibunuh diatasnya, dan beliaupun mencium tanah tersebut seraya berkata: “Celaka Karbala !”
Dan beliau berkata kepada Ummu Salamah: “Jika tanah ini sudah menjadi darah, maka anakku, Husain dibunuh.”
فَانْتَبَهَتْ وَقَالَتْ لِجَارِيَتِهَا اِذْهَبِيْ إِلَى السُّوْقِ فَانْظُرِيْ مَا الْخَبَرُ فَرَجَعَتْ إِلَيْهَا الْجَارِيَةُ وَقَالْتْ قُتِلَ الْحُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
Dan (ketika dilihatnya tanah menjadi darah) maka terperanjatlah Ummu Salamah. Dia berkata kepada budak perempuannya: “Pergilah engkau kepasar. Lihatlah ada berita apa (disana).”. (diapun pergi kepasar) dan pulanglah dia ke Ummu Salamah. Dia berkata: Husain bin Ali radhiyallaahu ‘anhu dibunuh.”
Selesai kutipan dari kitab:
اَلْغُنْيَةُ لِطَالِبِيْ طَرِيْقِ الْحَقِّ عَزَّ وَجَلَّ karya Sulthanul Auliya Asy Syaikh ‘Abdul Qaadir al Jiilaani radhiyallaahu ‘anhu
(bersambung, Insya Allah)


Link Asal >>
http://www.facebook.com/groups/piss.ktb/permalink/498433253512821/

B. Keutamaan Asyuro' (2):
Dari Kitab Fat_hul Mu’in & I’anatuththalibin juz II halaman 266-267


Dalam kitab Fat_hul Mu’in diterangkan:
وَ ) يَوْمُ ( عَاشُوْرَاءَ ) وَهُوَ عَاشِرُ الْمُحَرَّمِ لِأَنَّهُ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ كَمَا فِيْ مُسْلِمٍ
Dan disunnahkan mu`akkad berpuasa Asyura.
Asyura ialah hari kesepuluh Muharram.
Karena berpuasa Asyura menghapus tahun yang lewat sebagaimana dalam shahih Muslim
وَتَاسُوْعَاءَ ) وَهُوَ تَاسِعُهُ لِخَبَرِ مُسْلِمٍ لَئِنْ بَقَيْتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُوْمَنَّ التَّاسِعَ
فَمَاتَ قَبْلَهُ
Dan disunnahkan mu`akkad berpuasa Tasu’a.
Tasu`a ialah hari kesembilan Muharram.
Karena khabar Imam Muslim:
“Sungguh jika aku masih hidup hingga tahun depan , sungguh-sungguh aku akan berpuasa di hari kesembilan.”
Baliau wafat sebelumnya.
وَالْحِكْمَةُ مُخَالَفَةُ الْيَهُوْدِ وَمِنْ ثَمَّ سُنَّ لِمَنْ لَمْ يَصُمْهُ صَوْمُ الْحَادِيَعَشَرَ بَلْ إِنْ صَامَهُ لِخَبَرٍ فِيْهِ
Hikmah berpuasa Tasu’a bersama Asyura adalah menselisihi yahudi.
Oleh karenanya bagi orang yang tidak berpuasa Tasu’a agar berpuasa hari kesebelas, bahkan seandainya dia berpuasa Tasu’a (juga disunnahkan berpuasa hari kesebelas) karena adanya khabar (hadits) didalamnya
وَفِي الْأُمِّ لَا بَأْسَ أَنْ يُفْرِدَهُ
Didalam kitab al Umm (diterangkan) :
Tidak apa-apa menyendirikan puasa Asyura
وَأَمَّا أَحَادِيْثُ الْإِكْتِحَالِ وَالْغُسْلِ وَالتَّطَيُّبِ فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ فَمِنْ وَضْعِ الْكَذَّابِيْنَ
Adapun hadits-hadits (yang menerangkan) keutamaan bercelak, mandi dan memakai wangi-wangian, itu adalah termasuk bikinan pendusta
Dalam kitab I’anatuththalibin dijelaskan:
( قَوْلُهُ وَأَمَّا أَحَادِيْثُ الْإِكْتِحَالِ إِلَخْ )
Ucapan Mushannif:
Adapun hadits-hadits (yang menerangkan keutamaan bercelak…dst)
فِي النَّفَحَاتِ النَّبَوِيَّةِ فِي الْفَضَائِلِ الْعَاشُوْرِيَّةِ لِلشَّيْخِ اَلْعَدَوِيِّ مَا نَصُّهُ
Didalam kitab An Nafahat An Nabawiyyah Fil fadha`il Al ‘Asuriyyah karya Syeikh Al ‘Adawi ditulis:
قَالَ الْعَلَّامَةَ اَلْأَجْهُوْرِيُّ أَمَّا حَدِيْثُ الْكَحْلِ فَقَالَ الْحَاكِمُ إِنَّهُ مُنْكَرٌ وَقَالَ ابْنُ حَجَرٍ إِنَّهُ مَوْضُوْعٌ بَلْ قَالَ بَعْضُ الْحَنَفِيَّةِ إِنَّ الْإِكْتِحَالَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ لَمَّا صَارَ عَلَامَةً لِبُغْضِ آلِ الْبَيْتِ وَجَبَ تَرْكُهُ
Al Allamah al Ajhuri berkata: Adapun hadits bercelak, Imam Hakim berkata bahwa itu hadits munkar. Sementara Imam Ibnu Hajar berpendapat itu hadits maudhu’.
Bahkan sebagian ulama Hanafiyyah berkata, sesungguhnya bercelak pada hari Asyura, karena menjadi tanda kebencian kepada Alul bait maka wajib ditinggalkan
قَالَ وَقَالَ الْعَلَّامَةُ صَاحِبُ جَمْعِ التَّعَالِيْقِ يُكْرَهُ الْكَحْلُ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ لِأَنَّ يَزِيْدَ وَابْنَ زِيَادٍ اِكْتَحَلَا بِدَمِ الْحُسَيْنِ هَذَا الْيَوْمَ وَقِيْلَ بِالْإِثْمِدِ لِتَقَرَّ عَيْنُهُمَا بِفِعْلِهِ
Al Allamah Al ajhuri berkata:
Al Allamah Shahib kitab Jam’utta’aliq berkata: Dimakruhkan bercelak pada hari Asyura, karena Yazid dan Ibnu Ziyad, mereka berdua bercelak dengan darah Al Husain pada hari ini (hari Asyura) , ada yang mengatakan mereka bercelak dengan itsmid, tujuan mereka berdua agar senang melihat perbuatannya itu
قَالَ الْعَلَّامَةُ اَلْأَجْهُوْرِيُّ وَلَقَدْ سَأَلْتُ بَعْضَ أَئِمَّةِ الْحَدِيِثِ وَالْفِقْهِ عَنِ الْكَحْلِ وَطَبْخِ الْحُبُوْبِ وَلُبْسِ الْجَدِيْدِ وَإِظْهَارِ السُّرُوْرِ فَقَالَ لَمْ يَرِدْ فِيْهِ حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا عَنْ أَحَدٍ مِنَ الصَّحَابَةِ وَلَا اِسْتَحَبَّهُ أَحَدٌ مِنْ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَكَذَا مَا قِيْلَ إِنَّهُ مَنْ اِكْتَحَلَ يَوْمَهُ لَمْ يَرْمَدْ ذَلِكَ الْعَامَ
وَمَنْ اِغْتَسَلَ يَوْمَهُ لَمْ يَمْرَضْ كَذَلِكَ
Al Al Allamah Al Ajhuri berkata: Sungguh aku telah bertanya sebagian imam hadits dan fiqh mengenai bercelak, memasak biji-bijian, memakai pakaian baru, menampakkan kegembiraan, beliau menjawab: Dalam hal-hal tersebut tidak diriwayatkan hadits yang shahih dari Nabi shallallaahu alaihi wasallam, dan juga tidak dari para shahabat, dan juga tidak ada satupun imam-imam muslimin yang menyunnahkannya.
Demikian juga apa yang dikatakan:
“Barang siapa bercelak pada hari Asyura maka tidak akan sakit matanya”
dan:
"Barang siapa mandi pada hari Asyura maka dia tidak akan sakit”
قَالَ وَحَاصِلُهُ أَنَّ مَا وَرَدَ مِنْ فِعْلِ عَشْرِ خِصَالٍ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ لَمْ يَصِحَّ فِيْهَا إِلَّا حَدِيْثُ الصِّيَامِ وَالتَّوْسِعَةِ عَلَى الْعِيَالِ وَأَمَّا بَاقِي الْخِصَالِ الثَّمَانِيَةِ فَمِنْهَا مَا هُوَ ضَعِيْفٌ وَمِنْهَا مَا هُوَ مُنْكَرٌ مَوْضُوْعٌ
وَقَدْ عَدَّهَا بَعْضُهُمْ اِثْنَتَيْ عَشْرَةَ خَصْلَةً وَهِيَ اَلصَّلَاةُ وَالصَّوْمُ وَصِلَةُ الرَّحِمِ وَالصَّدَقَةُ وَالْإِغْتِسَالُ وَالْإِكْتِحَالُ وَزِيَارَةُ عَالِمٍ وَعِيَادَةُ مَرِيْضٍ وَمَسْحُ رَأْسِ الْيَتِيْمِ وَالتَّوْسِعَةُ عَلَى الْعِيَالِ وَتَقْلِيْمُ الْأَظْفَارِ وَقِرَاءَةُ سُوْرَةِ الْإِخْلَاصِ أَلْفَ مَرَّةٍ
Al Allamah Al Ajhuri berkata:
Walhasil, apa yang diriwayatkan berupa amalan sepuluh macam pada hari Asyura tidak ada yang shahih kecuali hadits berpuasa dan memberi kelonggaran atas keluarga.
Adapun yang lainnya ada yang dhaif. Munkar dan maudhu’.
Ulama menghitungnya menjadi dua belas macam, yaitu:
1. Shalat
2. Berpuasa
3.Silaturrahim
4. Bersedekah
5. Mandi
6. Bercelak
7. Mengunjungi orang alim
8. Menjenguk orang sakit
9. Mengusap kepala anak yatim
10. Memberi kelonggaran atas keluarga
11. Memotong kuku
12. Membaca surat Al Ikhlash seribu kali
Link kitab fat_hul Mu’in:
http://islamport.com/d/2/shf/1/29/2017.html(2/301)
Link kitab I’anatuththalibin:
http://islamport.com/d/2/shf/1/2/185.html

Bersambung, insya Allah


LINK ASAL : http://www.facebook.com/groups/piss.ktb/permalink/500620449960768/

C. Keutamaan Asyuro' (3):
Dari Kitab:

Kitab Kanzunnajah Wassuruur Fil Ad’iyah Allatii Tasyrahushshuduur halaman karya Syeikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Al Quds (wafat tahun 1363 H) halaman 20 s/d 24 dan 42 s/d 46
Syeikh Abul Hamid berkata:
.....فَاعْمَلْ يـَا أَخِيْ بِـكُلِّ مَا فِيْ هَذَا الْكِتَابِ [كَنْزِ النَّجَاحِ وَالسُّرُوْرِ، مِنَ الْأَدْعِيَةِ الَّتِيْ تَشْرَحُ الصُّدُوْرَ] فَإِنَّهَا كَثِيْرَةُ الْفَوَائِدِ
…..maka amalkanlah, wahai saudaraku, doa-doa yang terdapat dalam kitab ini, Kanzunnajaah wassuruur minal ad’iyati allatii tasyrahushshuduur.
Karena doa-doa tersebut banyak faedahnya………
وَاعْمَلْ بِهَذَا الْمَطْلَبِ، وإِنَّمَا الَّذِيْ يَضُرُّكَ لَوْ اِعْتَقَدْتَ مَعَ الْعَمَلِ بِهَا ثُبُوْتَ وُرُوْدِهَا عَنِ النَّبِيِّ الْأَفْخَمِ، لِئَلَّا تَنْسِبَ إلَيْهِ مَا لَمْ يَقُلْهُ صَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَتَدْخُلَ فِي الْحَدِيْثِ الْوَارِدِ عَنِ نَبِيِّنَا الْمُخْتَارِ؛ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Amalkanlah anjuran ini.
Adapun yang membahayakan anda adalah ketika anda meyakini terbukti datangnya doa-doa tersebut dari Nabi yang agung (shallallaahu ‘alaihi wasallam) , agar anda tidak menisbatkan sesuatu yang tidak disabdakan oleh beliau shallallaahu Ta’ala ‘alaihi wasallam, maka anda masuk didalam hadits yang datang dari Nabi kita yang terpilih:
“Barang siapa berdusta atas saya dengan sengaja maka hendaklah dia menempatkan tempat duduknya di neraka”
فَاعْمَلْ بِهَا حِيْنَئِذٍ مُعْتَمِدًا عَلَى اللهِ، غَيْرَ مُلْتَفِتٍ إِلَى مَا سِوَاهُ،
Maka amalkanlah doa-doa tersebut,dengan bergantung kepada Allah, tanpa memperdulikan lain-Nya
لَا عَلَى أَنَّهَا مَرْوِيَّةٌ يَقِيْنًا عَنِ النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ، عَلَيْهِ أَفْضَلُ الصَّلَاةِوَأَزْكَى التَّسْلِيْمِ،
Bukan meyakini doa-doa tersebut dari Nabi yang mulia –‘alaihi afdhalushshalaati wa azkattasliim-
اِقْتِدَاءً بِالسَّلَفِ الصَّالِحِ الَّذِيْنَ كَانُواْ يَفْعَلُوْنَهَا، وَيَحُضُّوْنَ عَلَيْهَا،تَبَرُّكًا بِعَمَلِهِمْ النَّاجِحِ،
Karena mengikuti salaf shalih yang mana mereka mengamalkannnya dan menganjurkannya, karena tabarruk dengan amal mereka yang sukses
وَتَأَسِّيًا بِالسَّادَةِ الصُّوْفِيَّةِ،
Dan karena meneladani saadat ulama sufi
وَامْتِثَالًا لِقَوْلِ مَنْ أَوْصَى بِهَا، وَتَيَمُّنًا بِأَفْعَالِهِمْ اَلْمَرْضِيَّةِ،
Dan karena mematuhi ucapan ulama yang berpesan dengan doa-doa tersebut, karena ‘ngalap barokah’ dengan af’al mereka yang diridhai
نَفَعَنَا اللهُ تَعَالَى بِهِمْ أَجْمَعِيْنَ، وَوَفَّقَنَا وَإِيَّاكَ لِمَا يُحِبُّهُ وَيَرْضَاهُ آمِيْنَ.
Semoga Allah Ta’ala memberi manfaat kepada kami dengan mereka semuanya.
Dan semoga Allah menolong kami dan anda kepada apa yang dicinta-Nya dan diridhai-Nya.
Amin.
BACAAN & DOA
Pertama:
MEMBACA HASBALAH
وَمِنَ الْمَطْلُوْبِ فِيْ يَوْمِهِ أَيْضًا: أَنْ يُشْغِلَهُ بِالتَّضَرُّعِ وَالْإِبْتِهَالِ، سِيَّمَا بِالْحَسْبَلَةِ وَالتَّسْبِيْحِ الْآتِيْ لَفْظُهُمَا؛ فَإِنَّ فِيْهِمَا فَائِدَةً عَظِيْمَةً، وَعَائِدَةً فَخِيْمَةً
Diantara yang dianjurkan pada hari Asyura adalah agar menyibukkan diri dengan merendahkan diri dan memohon sungguh-sungguh (kepada Allah) apalagi dengan membaca HASBALAH dan TASBIH berikut ini, karena didalam keduanya ada faidah yang agung dan kemanfaan yang besar
فَقَدْ ذَكَرَ الْعَلَّامَةُ الدَّيْرَبِيُّ فِيْ فَوَائِدِهِ، وَسَيِّدِيْ مُحَمَّدْ اَلْأَمِيْرُ الصَّغِيْرُ فِيْ رِسَالَتِهِ فِي الْفَضَائِلِ الْعَاشُوْرِيَّةِ، نَقْلًا عَنِ الْعَلَّامَةِ الْأَجْهُوْرِيِّ
Al Allamah Imam Ad Dairabi berkata dalam Fawa`idnya, dan Sayyidii Muhamma Al Amir Ash Shagier dalam risalahnya, al fadha`il al ‘Asyuriyyah, mengutip dari al Allamah al Ajhuri:
– أَنَّ مَنْ قَالَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ،نِعْمَ الْمَوْلَىوَنِعْمَ النَّصِيْرُ . سَبْعِيْنَ مَرَّةً كَفَاهُ اللهُ تَعَالَى شَرَّ ذَلِكَ الْعَامِ
Barang siapa pada hari Asyura membaca:
حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ،نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ .
HASBUNALLAAH WANI’MAL WAKIIL NI’MAL MAULAA WA NI’MANNASHIIR
Allah yang mencukupi kami, dan Dialah sebaik-baik Yang mengurusi, sebaik-baik Pemimpin dan sebaik-baik Penolong
70 kali, maka Allah akan mencegah dia dari keburukan tahun tersebut
Kedua:
MEMBACA TASBIH, TAHMID, TAKBIR, HAUQALAH DAN DOA
وَقَالَ فِيْ فَتْحِ الْبَارِيْ: كَلِمَاتٌ مَنْ قَالَهَا فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ وَهِيَ:
Dan berkata dalam Fat_hul Baari:
Beberapa kalimah, barang siapa membacanya pada hari Asyura maka hatinya tidak mati.
Kalimah-kalimah tersebut ialah:
سُبْحَانَ اللهِ مِلْءَ الْمِيزَانِ وَمُنْتَهَى الْعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنَةَ الْعَرْشِ ،
وَالْحَمْدُ لِلّهِ مِلْءَ الْمِيزَانِ وَمُنْتَهَى الْعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنَةَ الْعَرْشِ
وَاللهُ أَكْبَرُ مِلْءَ الْمِيزَانِ وَمُنْتَهَى الْعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنَةَ الْعَرْشِ
لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْ اللهِ إلَّا إلَيْهِ
سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوَتْرِ وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ كُلِّهَا
وَالْحَمْدُ عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوَتْرِ وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ كُلِّهَا
وَاللهُ أَكْبَرُ عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوَتْرِ وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ كُلِّهَا
أَسْأَلُكَ السَّلَامَةَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ،
وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ أَجْمَعِيْنَ، وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
SUBHAANALLAAH MIL`AL MIIZAAN WAMUNTAHAL‘ILMI WA MABLAGHARRIDHAA WA ZINATAL ‘ARSYI
WALHAMDULILLAAH MIL`AL MIIZAAN WAMUNTAHAL ‘ILMI WA MABLAGHARRIDHAA WA ZINATAL ‘ARSYI
WALLAAHU AKBAR MIL`AL MIIZAAN WAMUNTAHAL ‘ILMI WA MABLAGHARRIDHAA WA ZINATAL ‘ARSYI
LAA MALJA`A WALAA MANJAA ILLAA ILAIH
SUBHAANALLAAH ‘ADADASYSYAF’I WALWATRI WA ‘ADADA KALIMAATILLAAHITTAAMMAATI KULLIHAA
WALHAMDULILLAAH ‘ADADASYSYAF’I WALWATRI WA ‘ADADA KALIMAATILLAAHITTAAMMAATI KULLIHAA
WALLAAHU AKBAR ‘ADADASYSYAF’I WALWATRI WA ‘ADADA KALIMAATILLAAHITTAAMMAATI KULLIHAA
AS`ALUKASSALAAMAH BIRAHMATIKA YAA ARHAMARRAAHIMIIN WALAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAHIL ‘ALIYYIL ‘AZHIIM
WASHALLALLAAHU TA’AALAA ‘ALAA SAYYIDINAAMUHAMMADIN WA ‘ALAA AALIHII WASHAHBIHII AJMA’IIN
WALHAMDULILLAAHI RABBIL ‘AALAMIIN
Ketiga:
BERDOA
وَرَأَيْتُ بِخَطِّ بَعْضِهِمْ أَنَّ مِمَّا يُطْلَبُ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ هَذَا الدُّعَاءَ
Aku melihat tulisan sebagian Ulama, bahwasanyadiantara perkara yang dianjurkan pada hari Asyura ialah doa ini:
اَللَّهُمَّ يَا مُفَرِّجَ كُلِّ كَرْبٍ، وَيَا مُخْرِجَ ذِي النُّونِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَيَا جَامِعَ شَمْلِ يَعْقُوبَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَيَا غَافِرَ ذَنبِ دَاوُدَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَيَا كَاشِفَ ضُرِّ أَيُّوبَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَيَا سَامِعَ دَعْوَةِ مُوسَى وَهَارُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَيَا خَالِقَ رُوحِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَبِيبِكَ وَمُصْطَفَاكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَيَا رَحْمَنَ الدُّنْيَاوَاْلآخِرَةِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنتَ،
ALLAAHUMMA YAA MUFARRIJA KULLI KARBIN
WA YAA MUKHRIJA DZINNUUNI YAUMA ‘AASYUURAA`
WA YAA JAAMI’A SYAML YA’QUUBA YAUMA ‘AASYUUYAA`
WA YAA GHAAFIRA DZANBI DAAWUUDA YAUMA ‘AASYUUYAA`
WA YAA KAASYIFA DHURRI AYYUUBA YAUMA ‘AASYUUYAA`
WA YAA SAAMI’A DA’WATI MUUSAA WA HAARUUNA YAUMA ‘AASYUUYAA`
WA YAA KHAALIQA RUUHI SAYYIDINAAMUHAMMADIN SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM YAUMA ‘AASYUUYAA`
إِقْضِ حَاجَاتِنَا فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، وَأَطِلْ أَعْمَارَنَا فِي طَاعَتِكَ وَمَحَبَّتِكَ وَرِضَاكَ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ، وَأَحْيِنَا حَيَاةً طَيِّبَةً، وَتَوَفَّنَا عَلَى اْلإِسْلاَمِ وَاْلإِيمَانِ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ،
IQDHI HAAJAATINAA FIDDUNYAA WAL AAKHIRAH
WA ATHIL A’MAARANAA FII THAA’ATIKAWAMAHABBATIKA WARIDHAAKA
YAA ARHAMARRAAHIMIIN
WA AHYINAA HAYAATAN THAYYIBAH
WATAWAFFANAA ‘ALAL ISLAAMI WAL IIMAAN
YAA ARHAMARRAAHIMIIN\
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
WASHALLALLAAHU ‘ALAA SAYYIDINAAMUHAMMADIN WA ‘ALAA AALIHII WASHAHBIHII WASALLAM
WALHAMDULILLAAHI RABBIL ‘AALAMIIN
“Ya Allah, Yang melepaskan setiap kesulitan, wahai Yang mengeluarkan Dzinnuun (Nabi Yunus) pada hari Asyura, wahai Yang mengumpulkan keluarga Nabi Ya’qub pada hari Asyura, wahai Yang mengampuni Nabi Dawud pada hari Asyura, wahai Yang melepaskan kesulitan Nabi Ayyub pada hari Asyura, wahai Yang mendengar doa Nabi Musa dan Nabi Harun pada hari Asyura, wahai Yang menjadikan roh penghulu kita, Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam , kekasih dan pilihan-Mu pada hari Asyura, wahai Tuhan dunia dan akhirat, Tiada Tuhan selain Engkau,
Tunaikanlah hajat-hajat kami di dunia dan akhirat, dan panjangkanlah umur kami dalam ketaatan kepada-Mu, mahabbah (kepada)-Mu dan keredhaan-Mu, wahai Yang Pengasih di antara yang mengasihi. Dan hidupkanlah kami dengan kehidupan yang baik, dan matikanlah kami dalam agama Islam dan iman, wahai Yang Pengasih di antara yang mengasihi..
Semoga Allah mencurahkan shalawat dan salam atas penghulu kita, Nabi Muhammad dan ke atas keluarga dan sahabat beliau, dan segala pujian bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam.”
Link download kitab kanzunnajaah:
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CB8QFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.ghrib.net%2Fvb%2Fattachment.php%3Fattachmentid%3D7864%26d%3D1344005486&ei=Fs6oUKq7H8ryrQeCpICwBA&usg=AFQjCNFWKvu0xLXYXJ_59S9uAm09KI2qHg&cad=rjt

Bersambung, Insya Allah

LINK ASAL : http://www.facebook.com/groups/piss.ktb/permalink/501330736556406/

D. Keutamaan Hari 'Asyuro' (4) ;

Berikut hal-hal yang dianjurkan pada hari Asyura, namun sebagian ulama' mengatakan hadits yang meriwayatkan keutamaan hari Asyura tersebut adalah maudhu’ (lihat dalam kitab Al-Maudhu’aat, bab fi dzikri Asyura’ II/200-201, karya Imam Ibnul Jauzi)


Adapun riwayatnya adalah sebagaimana dalam kitab I’anatuth Thalibin juz II halaman 267:
(فَائِدَةٌ)
Faedah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ افْتَرَضَ عَلَى بَنِي إِسْرَائِيل صَوْمَ يَوْمٍ فِي السَّنَةِ وَهُوَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ وَهُوَ الْيَوْمُ الْعَاشِرُ مِنَ الْمُحَرَّمِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah mefardhukan kepada Bani Israil puasa satu hari dalam setahun, hari ‘Asyura’, yaitu hari kesepuluh dari bulan Muharram
فَصُومُوهُ وَوَسِّعُوا عَلَى عِيَالِكُمْ فِيهِ ، فَإِنَّهُ مَنْ وَسَّعَ فِيْهِ عَلَى عِيَالِهِ وَأَهْلِهِ مِنْ مِالِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ
. Oleh karena itu, hendaklah kalian berpuasa ‘Asyura dan lapangkanlah nafkah kalian terhadap keluarga kalian pada hari itu, karena sesungguhnya barangsiapa melapangkan nafkah kepada keluarganya dari harta bendanya pada hari ‘Asyura, niscaya Allah akan melapangkan rezekinya sepanjang tahun.
فَصُومُوهُ فَإِنَّهُ الْيَوْمُ الَّذِي تَابَ اللهُ فِيهِ عَلَى آدَمَ فَأَصْبَحَ صَفِيًّا
Lakukanlah puasa Asyura’, karena pada hari itu Allah menerima taubat nabi Adam,maka jadilah beliau orang yang bersih
وَ رَفَعَ فِيهِ إِدْرِيسَ مَكَانًا عَلِيًّا
Dan Allah mengangkat nabi Idris hari itu pada tempat/kedudukan yang tinggi
وَأَخْرَجَ نُوْحًا مِنَ السَّفِيْنَةِ
Dan Allah mengeluarkan nabi Nuh dari kapalnya
وَنَجَّى إِبْرَاهِيْمَ مِنَ النَّارِ
Dan Allah menyelamatkan nabi Ibrahim dari kobaran api
وَأَنْزَلَ اللهُ فِيْهِ التَّوْرَاةَ عَلَى مُوسَى
Dan Allah , menurunkan kitab Taurat kepada nabi Musa
وَأَخْرَجَ فِيْهِ يُوْسُفَ مِنَ السِّجْنِ
Dan Allah mengeluarkan nabi Yusuf dari penjara
وَ رَدَّ فِيْهِ عَلَى يَعْقُوْبَ بَصَرَهُ
Dan Allah mengembalikan mata penglihatan nabi Ya’qub
وَفِيْهِ كَشَفَ الضُّرَّ عَنْ أَيُّوْبَ
Dan Allah membebaskan nabi Ayyub dari bencana (penyakit)
وَفِيْهِ أَخْرَجَ يُونُسَ مِنْ بَطنِ الْحُوْتِ
Dan Allah mengeluarkan nabi Yunus dari perut ikan
وَفِيْهِ فَلَقَ الْبَحْرَ لِبَنِيْ إِسْرَائِيْلَ
Dan Allah membelah lautan (menjadi daratan) bagi bani Israil
وَفِيْهِ غَفَرَ لِدَاوُدَ ذَنْبَهُ
Dan Allah pada hari itu mengampuni dosa nabi Dawud
وَفِيْهِ أَعْطَى اللهُ الْمُلْكَ لِسُلَيْمَانَ
Dan Allah pada hari itu memberikan kerajaan kepada nabi Sulaiman
وَفِيْ هَذَا الْيَوْمِ غَفَرَ لِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ
Dan Allah pada hari itu mengampuni dosa-dosa nabi Muhammad yang telah lalu maupun yang akan datang
وَهُوَ أَوَّلُ يَوْمٍ خَلَقَ اللهُ فِيْهِ الدُّنْيَا
Hari Asyura’ adalah hari pertama yang Allah ciptakan dunia
وَأَوَّلُ يَوْمٍ نَزَلَ فِيْهِ المَطَرُ مِنَ السَّمَاءِ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ
Pada hari Asyura’ Allah menurunkan hujan dari langit untuk pertama kalinya
وَأَوَّلُ رَحْمَةٍ نَزَلَتْ إِلَى الْأَرْضِ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ
dan pada hari Asyura pertama kali rahmat Allah turun di bumi
فَمَنْ صَامَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَكَأَنَّمَا صَامَ الدَّهْرَ كُلَّهُ ، وَهُوَ صَوْمُ الأَنْبِيَاءِ
Barangsiapa berpuasa Asyura’, maka seakan-akan ia berpuasa sepanjang tahun. Puasa Asyura’ adalah puasanya para nabi.
وَمَنْ أَحْيَا لَيْلَةَ عَاشُورَاءَ بِالْعِباَدَةِ فَكَأَنَّمَا عَبَدَ اللهَ تَعَالَى مثل عِبَادَةِ أَهْلِ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ
Dan barangsiapa menghidupkan malam Asyura’ maka seakan-akan ia beribadah kepada Allah seperti ibadahnya para penghuni tujuh langit.
وَمَنْ صَلَّى فِيْهِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ يَقْرَأُ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ الْحَمْدُ للهِ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ إِحْدَى وَخَمْسِيْنَ مَرَّةً غَفَرَ اللهُ لَهُ ذُنُوْبَ خَمْسِينَ عَامًا
Barangsiapa sholat empat rokaat dan pada setiap rokaat ia membaca Alhamdu Lillah sekali dan Qul Huwallah Ahad 50 (lima puluh) kali, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya selama 50 tahun
وَمَنْ سَقَى فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ شُرْبَةَ مَاءٍ سَقَاهُ اللهُ يَوْمَ الْعَطْشِ الْأَكْبَرِ كَأْسًا لَمْ يَظْمَأْ بَعْدَهَا أَبَدًا، وكَأَنَّمَا لَمْ يَعْصِ اللهَ طَرْفَةَ عَيْنٍ
Barangsiapa memberi seteguk air minum maka Allah akan memberikan kepadanya satu gelas minuman pada hari haus yang besar, yang mana dia tidak akan dahaga sesudah itu selamanya, dan seakan-akan ia tidak pernah bermaksiat kepada Allah sekejap pun.
وَمَنْ تَصَدَّقَ فِيْهِ بِصَدَقَةٍ فَكَأَنَّمَا لَمْ يَرُدَّ سَائِلا قَطُّ
Barangsiapa bersedekah dengan suatu sedekah pada hari Asyura’, maka seakan-akan ia tidak pernah menolak seorang pun yang meminta-minta.
وَمَنِ اغْتَسَلَ وَتَطَهَّرَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ لَمْ يَمْرَضْ فِيْ سَنَتِهِ إِلَّا مَرَضَ الْمَوْتِ .
Barangsiapa mandi pada hari Asyura’, maka ia tidak akan mengalami sakit apapun kecuali kematian
وَمَنْ مَسَحَ فِيْهِ عَلَى رَأْسِ يَتِيْمٍ أَوْ أَحْسَنَ إِلَيْهِ فَكَأَنَّمَا أَحْسَنَ إِلَى أَيْتَامِ وَلَدِ آدَمَ كُلِّهِمْ .
Barangsiapa tangannya mengusap kepala anak yatim atau berbuat baik kepadanya, maka seakan-akan ia ia telah berbuat baik kepada semua anak yatim bani Adam.
وَمَنْ عَادَ مَرِيْضًا فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ فَكَأَنَّمَا عَادَ مَرْضَى أَوْلَادِ آدَمَ كُلِّهِمْ .
Dan barangsiapa menjenguk orang sakit pada hari Asyura’, maka seakan-akan ia telah menjenguk semua orang sakit dari keturunan nabi Adam.
وَهُوَ الْيَوْمُ الَّذِيْ خَلَقَ اللهُ فِيْهِ الْعَرْشَ، وَاللَّوْحَ، وَالْقَلَمَ
Pada hari Asyura’ Allah menciptakan ‘Arasy, Lauh, Qalam,
وَهُوَ الْيَوْمُ الَّذِيْ خَلَقَ اللهُ فِيْهِ جِبْرِيْلَ، وَرَفَعَ فِيْهِ عِيْسَى
dan hari itu Allah menciptakan Jibril, dan mengangkat nabi Isa
وَهُوَ الْيَوْمُ الَّذِيْ تَقُوْمُ فِيْهِ السَّاعَةُ
dan pada hari itu terjadinya kiamat
(Sumber Kitab I’AANATUTHTHALIBIN juz II halaman 267)
Riwayat diatas juga termaktub dalam kitab al Ghunyah Lithaalibii Thariiqil Haqqi ‘Azza Wa Jalla (juz II halaman 88 dengan lafazh yang berbeda, dan diriwayatkan dari shahabat Ibnu Abbas
Syeikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Al Quds (wafat tahun 1363 H) berkata dalam Kitab Kanzunnajah Wassuruur Fil Ad’iyah Allatii Tasyrahushshuduur halaman 20 s/d 24 dan 42 s/d 46
.....فَاعْمَلْ يـَا أَخِيْ بِـكُلِّ مَا فِيْ هَذَا الْكِتَابِ [كَنْزِ النَّجَاحِ وَالسُّرُوْرِ، مِنَ الْأَدْعِيَةِ الَّتِيْ تَشْرَحُ الصُّدُوْرَ] فَإِنَّهَا كَثِيْرَةُ الْفَوَائِدِ
…..maka amalkanlah, wahai saudaraku, doa-doa yang terdapat dalam kitab ini, Kanzunnajaah wassuruur minal ad’iyati allatii tasyrahushshuduur.
Karena doa-doa tersebut banyak faedahnya………
وَاعْمَلْ بِهَذَا الْمَطْلَبِ، وإِنَّمَا الَّذِيْ يَضُرُّكَ لَوْ اِعْتَقَدْتَ مَعَ الْعَمَلِ بِهَا ثُبُوْتَ وُرُوْدِهَا عَنِ النَّبِيِّ الْأَفْخَمِ، لِئَلَّا تَنْسِبَ إلَيْهِ مَا لَمْ يَقُلْهُ صَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَتَدْخُلَ فِي الْحَدِيْثِ الْوَارِدِ عَنِ نَبِيِّنَا الْمُخْتَارِ؛ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Amalkanlah anjuran ini.
Adapun yang membahayakan anda adalah ketika anda meyakini terbukti datangnya doa-doa tersebut dari Nabi yang agung (shallallaahu ‘alaihi wasallam) , agar anda tidak menisbatkan sesuatu yang tidak disabdakan oleh beliau shallallaahu Ta’ala ‘alaihi wasallam, maka anda masuk didalam hadits yang datang dari Nabi kita yang terpilih:
“Barang siapa berdusta atas saya dengan sengaja maka hendaklah dia menempatkan tempat duduknya di neraka”
فَاعْمَلْ بِهَا حِيْنَئِذٍ مُعْتَمِدًا عَلَى اللهِ، غَيْرَ مُلْتَفِتٍ إِلَى مَا سِوَاهُ،
Maka amalkanlah doa-doa tersebut,dengan bergantung kepada Allah, tanpa memperdulikan lain-Nya
لَا عَلَى أَنَّهَا مَرْوِيَّةٌ يَقِيْنًا عَنِ النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ، عَلَيْهِ أَفْضَلُ الصَّلَاةِوَأَزْكَى التَّسْلِيْمِ،
Bukan meyakini doa-doa tersebut dari Nabi yang mulia –‘alaihi afdhalushshalaati wa azkattasliim-
اِقْتِدَاءً بِالسَّلَفِ الصَّالِحِ الَّذِيْنَ كَانُواْ يَفْعَلُوْنَهَا، وَيَحُضُّوْنَ عَلَيْهَا،تَبَرُّكًا بِعَمَلِهِمْ النَّاجِحِ،
Karena mengikuti salaf shalih yang mana mereka mengamalkannnya dan menganjurkannya, karena tabarruk dengan amal mereka yang sukses
وَتَأَسِّيًا بِالسَّادَةِ الصُّوْفِيَّةِ،
Dan karena meneladani saadat ulama sufi
وَامْتِثَالًا لِقَوْلِ مَنْ أَوْصَى بِهَا، وَتَيَمُّنًا بِأَفْعَالِهِمْ اَلْمَرْضِيَّةِ،
Dan karena mematuhi ucapan ulama yang berpesan dengan doa-doa tersebut, karena ‘ngalap barokah’ dengan af’al mereka yang diridhai
نَفَعَنَا اللهُ تَعَالَى بِهِمْ أَجْمَعِيْنَ، وَوَفَّقَنَا وَإِيَّاكَ لِمَا يُحِبُّهُ وَيَرْضَاهُ آمِيْنَ.
Semoga Allah Ta’ala memberi manfaat kepada kami dengan mereka semuanya.
Dan semoga Allah menolong kami dan anda kepada apa yang dicinta-Nya dan diridhai-Nya.
Amin.

Bersambung, Insya Allah


LINK ASAL : http://www.facebook.com/groups/piss.ktb/permalink/502061623149984/

Hukum Qunut Sholat Shubuh

Di dalam kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab Al-Imam An-Nawawi mengatakan bahwa Qunut shubuh itu hukumnya sunnah. Dan ini adalah pendapatnya sahabat Abu bakr, Umar, Utsman, dan Ali Rodhiyallohu ‘anhum. Berikut ini perkataan beliau dalam kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab juz 3 halaman 504 :
ﻓﻲ ﻣﺬﺍﻫﺐ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻓﻲ ﺇﺛﺒﺎﺕ ﺍﻟﻘﻨﻮﺕ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﺒﺢ : ﻣﺬﻫﺒﻨﺎ ﺃﻧﻪ ﻳﺴﺘﺤﺐ ﺍﻟﻘﻨﻮﺕ ﻓﻴﻬﺎ ﺳﻮﺍﺀ ﻧﺰﻟﺖ ﻧﺎﺯﻟﺔ ﺃﻭ ﻟﻢ ﺗﻨﺰﻝ ﻭﺑﻬﺎ ﻗﺎﻝ ﺃﻛﺜﺮ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﻭﻣﻦ ﺑﻌﺪﻫﻢ ﺃﻭ ﻛﺜﻴﺮ ﻣﻨﻬﻢ ﻭﻣﻤﻦ ﻗﺎﻝ ﺑﻪ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺍﻟﺼﺪﻳﻖ ﻭﻋﻤﺮ ﺑﻦ ﺍﻟﺨﻄﺎﺏ ﻭﻋﺜﻤﺎﻥ ﻭﻋﻠﻲ ﻭﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻭﺍﻟﺒﺮﺍﺀ ﺑﻦ ﻋﺎﺯﺏ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻢ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﺑﺄﺳﺎﻧﻴﺪ ﺻﺤﻴﺤﺔ ﻭﻗﺎﻝ ﺑﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﺎﺑﻌﻴﻦ ﻓﻤﻦ ﺑﻌﺪﻫﻢ ﺧﻼﺋﻖ ﻭﻫﻮ ﻣﺬﻫﺐ ﺍﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻟﻴﻠﻲ ﻭﺍﻟﺤﺴﻦ ﺍﺑﻦ ﺻﺎﻟﺢ ﻭﻣﺎﻟﻚ ﻭﺩﺍﻭﺩ ﻭﻗﺎﻝ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮﺩ ﻭﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﻭﺃﺑﻮ ﺣﻨﻴﻔﺔ ﻭﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﻭﺳﻔﻴﺎﻥ ﺍﻟﺜﻮﺭﻱ ﻭﺃﺣﻤﺪ ﻻ ﻗﻨﻮﺕ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﺒﺢ . ‏( ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻉ , ﺝ : ,3 ﺹ : 504
Terjemah : madzhab para ulama dalam penentuan hukum qunut shubuh. Dalam madzhab kami qunut shubuh itu disunnahkan. Baik ketika ada nazilah ataupun tidak terjadi nazilah. Dan ini adalah pendapat sahabat Abu bakr, Umar, Utsman, Ali, ibnu abbas dan Al-Barro’ bin azib Rodhiyallohu ‘anhum. Hal ini diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dengan sanad yang shohih. Para tabiin juga berpendapat demikian. Dan ini juga pendapat ibnu abi laila, al-hasan bin sholih dan dawud. Sedangkan Abdulloh ibnu mas’ud, Abu Hanifah, Sufyan Ats-tsauri dan Ahmad bi Hanbal mengatakan bahwa tidak ada qunut dalam sholat shubuh.
Selanjutnya Al-Imam An-Nawawi masih dalam kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab terlebih dahulu menyebutkan dalil-dalil yang digunakan oleh madzhab hanafi dan hanbali yang menolak qunut shubuh. Sebenarnya Madzhab hanafi dan hanbali sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab bahwa mereka menggunakan dalil dari hadits nabi yang jumlahnya tidak sedikit yaitu sekitar tujuh buah hadist.
Saya sarankan bagi pembaca untuk menghafal terlebih dahulu dalil-dalil madzhab hanafi dan hanbali dibawah ini diluar kepala. Karena nanti Al-Imam An-Nawawi akan membantah, menghabisi dan menjawab semua dalil-dalil tersebut satu persatu di dalam kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab. Berikut ini dalil-dalilnya madzhab hanafi dan hanbali :
ﻭﺍﺣﺘﺞ ﻟﻬﻢ ﺑﺤﺪﻳﺚ
Terjemah : mereka (hanafi dan hanbali) menggunakan hadits yang pertama yaitu:
ﺃﻧﺲ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ " ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﻨﺖ ﺷﻬﺮﺍ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺮﻛﻮﻉ ﻳﺪﻋﻮ ﻋﻠﻰ ﺃﺣﻴﺎﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺮﺏ ﺛﻢ ﺗﺮﻛﻪ " ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻭﻣﺴﻠﻢ
Terjemah : dari Anas rodhiyallohu ‘anhu bahwa nabi Muhammad saw membaca doa qunut selama satu bulan setelah bangun dari ruku’ untuk mendoakan suatu kaum, kemudian beliau meninggalkannya. (HR. Bukhori Muslim)
Dalil yang kedua :
ﻭﻓﻰ ﺻﺤﻴﺤﻬﻤﺎ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ " ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﻨﺖ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺮﻛﻮﻉ ﻓﻲ ﺻﻼﺗﻪ ﺷﻬﺮﺍ ﻳﺪﻋﻮ ﻟﻔﻼﻥ ﻭﻓﻼﻥ ﺛﻢ ﺗﺮﻙ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻟﻬﻢ
Terjemah : dari Abu Hurairah rodhiyallohu anhu bahwa Nabi Muhammad saw membaca doa qunut setelah ruku’ selama sebulan untuk mendoakan si fulan dan fulan, kemudian beliau meninggalkan doa tersebut. (HR.Bukhori Muslim)
Dalil yang ketiga :
ﻭﻋﻦ ﺳﻌﺪ ﺑﻦ ﻃﺎﺭﻕ ﻗﺎﻝ " ﻗﻠﺖ ﻷﺑﻲ ﻳﺎ ﺃﺑﻲ ﺇﻧﻚ ﻗﺪ ﺻﻠﻴﺖ ﺧﻠﻒ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺃﺑﻲ ﺑﻜﺮ ﻭﻋﻤﺮ ﻭﻋﺜﻤﺎﻥ ﻭﻋﻠﻲ ﻓﻜﺎﻧﻮﺍ ﻳﻘﻨﺘﻮﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﺠﺮ ﻓﻘﺎﻝ ﺃﻱ ﺑﻨﻲ ﻓﺤﺪﺙ " ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ ﻭﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭﻗﺎﻝ ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ ﺻﺤﻴﺢ
Terjemah : dari Sa’ad bin Thoriq beliau berkata : aku bertanya kepada ayahku, wahai ayahku, sesungguhnya engkau telah sholat bersama Rosululloh saw, abu bakr, umar, utsman dan ali. Apakah mereka membaca doa qunut pada waktu fajar? Kemudian dijawab : wahai anakku itu termasuk perbuatan baru. ( HR. Nasai dan Tirmidzi. Beliau mengatakan hadits ini Hasan Shohih)
Dalil yang keempat :
ﻭﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮﺩ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ " ﻣﺎ ﻗﻨﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻲ ﺷﺊ ﻣﻦ ﺻﻼﺗﻪ
Terjemah : dari ibnu Mas’ud ridhiyallohu anhu beliau berkata : Rosululloh saw tidak pernah membaca doa qunut dalam sholatnya.
Dalil yang kelima :
ﻭﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻣﺨﻠﺪ ﻗﺎﻝ ﺻﻠﻴﺖ ﻣﻊ ﺍﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﺍﻟﺼﺒﺢ ﻓﻠﻢ ﻳﻘﻨﺖ ﻓﻘﻠﺖ ﻟﻪ ﺃﻻ ﺃﺭﺍﻙ ﺗﻘﻨﺖ ﻓﻘﺎﻝ ﻣﺎ ﺍﺣﻔﻈﻪ ﻋﻦ ﺍﺣﻤﺪ ﻣﻦ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ
Terjemah : dari abu mukhlid beliau berkata : aku sholat shubuh bersama ibnu umar rodhiyallohu anhuma dan beliau tidak membaca doa qunut. Maka aku bertanya kepadanya : mengapa engkau tidak berqunut? Kemudian beliau berkata : saya tidak menghafalnya.
Dalil yang keenam :
ﻭﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ " ﺍﻟﻘﻨﻮﺕ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﺒﺢ ﺑﺪﻋﺔ
Terjemah : dari Ibnu Abbas rodhiyallohu anhuma beliau berkata : Qunut dalam sholat shubuh itu Bid’ah.
Dalil yang ketujuh :
ﻭﻋﻦ ﺃﻡ ﺳﻠﻤﺔ " ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻧﻬﻰ ﻋﻦ ﺍﻟﻘﻨﻮﺕ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﺒﺢ " ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ
Terjemah : dari Ummu Salamah, dari nabi Muhammad saw bahwa beliau melarang qunut dalam sholat shubuh. (HR.Baihaqi)
Inilah dalil-dalil yang digunakan madzhab hanafi dan hanbali untuk menguatkan pendapat mereka yang mengatakan qunut shubuh itu tidak disyariatkan atau bid’ah. Bahkan mereka juga mengatakan bahwa dalil-dalil yang menetapkan qunut shubuh itu telah dimansukh (dihapus) hukumnya.
Jawaban Al-Imam An-Nawawi
Selanjutnya mari kita simak jawaban dari Al-Imam An-Nawawi mengenai dalil-dalil yang digunakan oleh madzhab hanafi dan hanbali diatas tadi. Berikut ini perkataan Al-Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab juz 3 halaman 504 :
ﻭﺍﺣﺘﺞ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﺑﺤﺪﻳﺚ ﺃﻧﺲ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ " ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﻨﺖ ﺷﻬﺮﺍ ﻳﺪﻋﻮﺍ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺛﻢ ﺗﺮﻙ ﻓﺄﻣﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﺒﺢ ﻓﻠﻢ ﻳﺰﻝ ﻳﻘﻨﺖ ﺣﺘﻰ ﻓﺎﺭﻕ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ " ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﺤﻔﺎﻅ ﻭﺻﺤﺤﻮﻩ ﻭﻣﻤﻦ ﻧﺺ ﻋﻠﻰ ﺻﺤﺘﻪ ﺍﻟﺤﺎﻓﻆ ﺃﺑﻮ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﻠﻲ ﺍﻟﺒﻠﺨﻲ ﻭﺍﻟﺤﺎﻛﻢ ﺃﺑﻮ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﻣﻮﺍﺿﻊ ﻣﻦ ﻛﺘﺒﻪ ﻭﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻭﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺪﺍﺭﻗﻄﻨﻲ ﻣﻦ ﻃﺮﻕ ﺑﺄﺳﺎﻧﻴﺪ ﺻﺤﻴﺤﺔ ﻭﻋﻦ ﺍﻟﻌﻮﺍﻡ ﺑﻦ ﺣﻤﺰﺓ ﻗﺎﻝ " ﺳﺄﻟﺖ ﺃﺑﺎ ﻋﺜﻤﺎﻥ ﻋﻦ ﺍﻟﻘﻨﻮﺕ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﺒﺢ ﻗﺎﻝ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺮﻛﻮﻉ ﻗﻠﺖ ﻋﻤﻦ ﻗﺎﻝ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺑﻜﺮ ﻭﻋﻤﺮ ﻭﻋﺜﻤﺎﻥ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻨﻬﻢ " ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻭﻗﺎﻝ ﻫﺬﺍ ﺇﺳﻨﺎﺩ ﺣﺴﻦ ﻭﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻋﻦ ﻋﻤﺮ ﺃﻳﻀﺎ ﻣﻦ ﻃﺮﻕ ﻭﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻣﻌﻘﻞ - ﺑﻔﺘﺢ ﺍﻟﻤﻴﻢ ﻭﺇﺳﻜﺎﻥ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﺍﻟﻤﻬﻤﻠﺔ ﻭﻛﺴﺮ ﺍﻟﻘﺎﻑ - ﺍﻟﺘﺎﺑﻌﻲ ﻗﺎﻝ " ﻗﻨﺖ ﻋﻠﻲ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﺠﺮ " ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻭﻗﺎﻝ ﻫﺬﺍ ﻋﻦ ﻋﻠﻲ ﺻﺤﻴﺢ ﻣﺸﻬﻮﺭ . ‏( ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻉ , ﺝ : ,3 ﺹ : 505
Terjemah : dan ashabuna berhujjah dengan hadits Anas rodhiyallohu anhu bahwa nabi Muhammad saw membaca doa qunut selama satu bulan untuk mendoakan suatu kaum, kemudian beliau meninggalkannya. Adapun qunut dalam shubuh beliau tetap berqunutan sampai beliau meninggal dunia. Hadits ini hadits shohih yang diriwayatkan oleh para huffadz dan mereka juga menshohihkan hadits ini. Diantara yang menshohihkan hadits tersebut adalah Al-hafidz Abu abdillah muhammad bin ali, Al-hakim abu abdillah, Al-baihaqi dan Daruqutni. Dan dari Al-awwam bin hamzah berkata : saya bertanya kepada abu utsman tentang qunut shubuh. Beliau jawab : qunut itu setelah ruku’ dan ini dari Abu bakr, Umar dan Utsman Rodhiyallohu anhum. Ini riwayat Al-baihaqi dengan sanad yang shohih. Dan diriwayatkan juga dengan sanad shohih dan masyhur bahwa sahabat Ali berqunutan pada sholat shubuh juga.
Selanjutnya Al-Imam An-Nawawi menjawab tujuh buah hadits yang digunakan madzhab hanafi dan hanbali tadi :
ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﺠﻮﺍﺏ ﻋﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﻧﺲ ﻭﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻓﻲ ﻗﻮﻟﻪ ﺛﻢ ﺗﺮﻛﻪ ﻓﺎﻟﻤﺮﺍﺩ ﺗﺮﻙ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻋﻠﻰ ﺃﻭﻟﺌﻚ ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ ﻭﻟﻌﻨﺘﻬﻢ ﻓﻘﻂ ﻻ ﺗﺮﻙ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﻘﻨﻮﺕ ﺃﻭ ﺗﺮﻙ ﺍﻟﻘﻨﻮﺕ ﻓﻲ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﺼﺒﺢ ﻭﻫﺬﺍ ﺍﻟﺘﺄﻭﻳﻞ ﻣﺘﻌﻴﻦ ﻷﻥ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﻧﺲ ﻓﻲ ﻗﻮﻟﻪ " ﻟﻢ ﻳﺰﻝ ﻳﻘﻨﺖ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﺒﺢ ﺣﺘﻰ ﻓﺎﺭﻕ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ " ﺻﺤﻴﺢ ﺻﺮﻳﺢ ﻓﻴﺠﺐ ﺍﻟﺠﻤﻊ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ﻭﻫﺬﺍ ﺍﻟﺬﻱ ﺫﻛﺮﻧﺎﻩ ﻣﺘﻌﻴﻦ ﻟﻠﺠﻤﻊ ﻭﻗﺪ ﺭﻭﻯ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﺑﺈﺳﻨﺎﺩﻩ ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﻣﻬﺪﻱ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ ﺇﻧﻤﺎ ﺗﺮﻙ ﺍﻟﻠﻌﻦ ﻭﻳﻮﺿﺢ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺘﺄﻭﻳﻞ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺍﻟﺴﺎﺑﻘﺔ ﻭﻫﻲ ﻗﻮﻟﻪ " ﺛﻢ ﺗﺮﻙ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻟﻬﻢ
Terjemah : adapun untuk menjawab hadits Anas dan abu hurairah rodhiyallohu anhum mengenai lafadz “kemudian beliau meninggalkannya” maka maksudnya adalah meninggalkan doa laknat atas mereka saja. Bukan meninggalkan semua qunut atau juga maksudnya adalah meninggalkan qunut tapi qunut yang ada pada selain shubuh. Karena ini sesuai dengan hadits Anas pada lafadz “ rosululloh saw senantiasa berqunut shubuh sampai beliau meninggal dunia”. Hadits ini shohih dan sangat jelas sekali. Maka wajib untuk menggabungkan antara dua dalil tersebut. Al-baihaqi juga menyebutkan bahwa maksudnya adalah meninggalkan laknat sebagimana hadits abu hurairah.
Al-Imam Asy-Syafi’iy ketika menjelaskan lafadz hadits “ ﺛﻢ ﺗﺮﻛﻪ “ beliau mengatakan bahwa maknanya adalah meninggalkan doa laknat dan meninggalkan doa qunut di selain shubuh.
ﻭﺍﻟﺠﻮﺍﺏ ﻋﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺳﻌﺪ ﺑﻦ ﻃﺎﺭﻕ ﺃﻥ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺍﺛﺒﺘﻮﺍ ﺍﻟﻘﻨﻮﺕ ﻣﻌﻬﻢ ﺯﻳﺎﺩﺓ ﻋﻠﻢ ﻭﻫﻢ ﺃﻛﺜﺮ ﻓﻮﺟﺐ ﺗﻘﺪﻳﻤﻬﻢ
Terjemah : dan untuk menjawab hadits Sa’ad bin Thoriq adalah bahwa riwayat yang menetapkan qunut adalah tambahan ilmu. Dan perawinya lebih banyak. Maka wajib mendahulukan riwayat mereka.
Coba perhatikan kalam Al-Imam An-Nawawi diatas. Beliau nampak nya menggunakan kaidah ushul fiqh “ Al-Mutsbit muqoddamun ‘alaa An-Naafi”. Jadi ketika ada dua dalil yang bertentangan dan sama sama shohih dimana yang satu menetapkan qunut dan yang satu meniadakan qunut maka yang dimenangkan adalah hadits yang menetapkan qunut.
ﻭﻋﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺍﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮﺩ ﺃﻧﻪ ﺿﻌﻴﻒ ﺟﺪﺍ ﻷﻧﻪ ﻣﻦ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺟﺎﺑﺮ ﺍﻟﺴﺤﻤﻰ ﻭﻫﻮ ﺷﺪﻳﺪ ﺍﻟﻀﻌﻒ ﻣﺘﺮﻭﻙ ﻭﻷﻧﻪ ﻧﻔﻲ ﻭﺣﺪﻳﺚ ﺃﻧﺲ ﺇﺛﺒﺎﺕ ﻓﻘﺪﻡ ﻟﺰﻳﺎﺩﺓ ﺍﻟﻌﻠﻢ
Terjemah : adapun hadits ibnu mas’ud adalah hadits dhoif dan lemah sekali. Karena riwayat dari muhammad bin jabir as-sahmi. Dia adalah seorang yang dhoif dan matruk. Dan juga hadits ini adalah hadits yang meniadakan qunut sedangkan hadits Anas adalah hadits yang menetapkan qunut. Maka hadits anas diutamakan dan didahulukan liziyadatil ilm.
ﻭﺣﺪﻳﺚ ﺍﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﺃﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﺤﻔﻈﻪ ﺃﻭ ﻧﺴﻴﻪ ﻭﻗﺪ ﺣﻔﻈﻪ ﺃﻧﺲ ﻭﺍﻟﺒﺮﺍﺀ ﺑﻦ ﻋﺎﺯﺏ ﻭﻏﻴﺮﻫﻤﺎ ﻓﻘﺪﻡ ﻣﻦ ﺣﻔﻆ
Terjemah : adapun hadits ibnu umar bahwa beliau tidak hafal qunut atau karena beliau lupa maka cukup dengan riwayat bahwa anas dan al-barro’ bin azib telah menghafalnya. Kemudian riwayat ini diutamakan.
ﻭﻋﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺃﻧﻪ ﺿﻌﻴﻒ ﺟﺪﺍ ﻭﻗﺪ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻣﻦ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﺃﺑﻲ ﻟﻴﻠﻰ ﺍﻟﻜﻮﻓﻲ ﻭﻗﺎﻝ ﻫﺬﺍ ﻻ ﻳﺼﺢ ﻭﺃﺑﻮ ﻟﻴﻠﻰ ﻣﺘﺮﻭﻙ ﻭﻗﺪ ﺭﻭﻳﻨﺎ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺃﻧﻪ " ﻗﻨﺖ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﺒﺢ
Terjemah : adapun hadits ibnu abbas adalah hadits yang sangat dhoif. Hadits ini diriwayatkan oleh Al-baihaqi dan beliau mengatakan haditsnya tidak shohih. Kerena hadits Ibnu abbas yang kami riwayatkan adalah beliau berqunut pada sholat shubuh.
ﻭﻋﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﻡ ﺳﻠﻤﺔ ﺃﻧﻪ ﺿﻌﻴﻒ ﻷﻧﻪ ﻣﻦ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻳﻌﻠﻰ ﻋﻦ ﻋﻨﺒﺴﺔ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻧﺎﻓﻊ ﻋﻦ ﺍﺑﻴﻪ ﻋﻦ ﺍﻡ ﺳﻠﻤﺔ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺪﺍﺭﻗﻄﻨﻲ ﻫﺆﻻﺀ ﺍﻟﺜﻼﺛﺔ ﺿﻌﻔﺎﺀ ﻭﻻ ﻳﺼﺢ ﻟﻨﺎﻓﻊ ﺳﻤﺎﻉ ﻣﻦ ﺃﻡ ﺳﻠﻤﺔ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ
Terjemah : adapun hadits Ummu salamah adalah hadits dhoif karena dari riwayat muhammad bin ya’la dari anbasah bin abdurrohman dari abdulloh bin nafi’ dari ayahnya dari ummu salamah. Daruqutni mengatakan mereka semua itu adalah perawi yang dhoif dan tidak shohih bahwa nafi mendengar dari ummu salamah. Wallhu alam.
Kedudukan hadits Anas Bin Malik
Sebenarnya inti dari pembahasan qunut shubuh ini adalah perbedaan ulama dalam menggunakan kaidah ushul fiqh (al-mutsbit, an-nafiy, nasakh, mansukh) dan juga perbedaan dalam menilai sebuah hadits.
Ternyata memang nanti ada sebuah hadits qunut shubuh yang dinilai oleh sebagian ulama sabagai hadits dhoif namun oleh sabagian ulama lainnya justru dinilai sebagai hadits yang shohih. Hadits tersebut adalah haditsnya Anas bin malik sebagai berikut :
ﻋﻦ ﺃﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﻗﺎﻝ : ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﻨﺖ ﺷﻬﺮﺍ ﻳﺪﻋﻮ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺛﻢ ﺗﺮﻛﻪ , ﻓﺄﻣﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﺒﺢ ﻓﻠﻢ ﻳﺰﻝ ﻳﻘﻨﺖ ﺣﺘﻰ ﻓﺎﺭﻕ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ
Terjemah : dari Anas bin Malik beliau berkata : bahwasanya Rosululloh SAW membaca doa qunut selama sebulan mendoakan mereka,kemudian beliau meninggalkannya. Adapun pada sholat shubuh maka Nabi SAW senantiasa membaca doa qunut sampai beliau meninggal dunia.
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Baihaqi, dari Muhammad bin Abdullah Al-Hafidz, dari Bakr bin Muhammad As-Shairafi, dari Ahmad bin Muhammad bin Isa, dari Abu Na'im, dari Abu Ja'far Ar-Razi, dari Rabi' bin Anas, dari Anas, dari Rasulullah SAW.
Adapun derajat hadits ini dinyatakan shahih menurut beberapa ulama hadits, di antaranya : Al-Hafidz Abu Abdillah Muhammad bin Ali Al-Balkhi bahwa sanad ini shahih dan para rawinya tsiqah. Dan juga Al-Hakim dalam kitab Al-Arbainnya berkata bahwa hadits ini shahih. Diriwayatkan juga oleh Ad-Daruquthni dengan sanad yang shahih. Dan tentunya Al-Imam Asy-Syafi’iy sebagai pendiri madzhab syafi’iy sekaligus seorang ahli hadits terkemuka juga ikut menshohihkan hadits anas tersebut.
Meskipun ada juga ulama yang mendhaifkan hadits ini dengan alasan adanya Abu Ja'far Ar-Razi. Diantaranya adalah Ibnul Jauzi mendhaifkan hadits ini. Namun Al-Mulaqqan mengatakan bahwa pendhaifan ini tidak bisa diterima, karena menyendirinya Ibnul Jauzi dalam pentadh’ifan
Al-Imam An-Nawawi menyebutkan bahwa di dalam riwayat hadits Al-Baihaqi lebih jelas lagi disebutkan perbedaan antara doa qunut dan doa keburukan kepada suatu kaum. Jelas sekali bahwa yang dimaksud bahwa Rasulullah SAW melakukannya selama sebulan kemudian beliau meninggalkannya dan itu bukan qunutnya, melainkan doa keburukan atas suatu kaum.
Kesimpulannya, doa qunut tetap dilakukan hingga Rasulullah SAW meninggal dunia, dan yang beliau tinggalkan itu hanyalah doa keburukan saja.
Kurang lebih itulah jawaban dari Al-Imam An-Nawawi yaitu bahwa hadits tentang qunut shubuhnya Rasulullah SAW adalah hadits yang shahih. Sanadnya tersambung sampai kepada Rasulullah SAW dan para perawinya adalah orang-orang yang terpercaya dan tsiqah. Maka kesimpulan dari mazhab syafi’iy adalah bahwa Qunut dalam sholat shubuh itu hukumnya sunnah. Maka jika tidak dikerjakan justru ini menyalahi sunnah nabi dan menyalahi sifat shalat nabi Muhammad SAW.
Wallohu A’lam.

Amalan di Hari ‘Asyuro', selain Membaca Do'a 'Asyuro' adalah:

Nadzom yang dinukil As-Syaikh Abdul Hamid dalam kitabnya Kanzun Naja was Surur Fi Ad'iyyati Tasyrahus Shudur

فِى يوْمِ عَاشُوْرَاءَ عَشْرٌ تَتَّصِلْ * بِهَا اثْنَتَانِ وَلهَاَ فَضْلٌ نُقِلْ

صُمْ صَلِّ صَلْ زُرْ عَالمِاً عُدْ وَاكْتَحِلْ * رَأْسُ الْيَتِيْمِ امْسَحْ تَصَدَّقْ وَاغْتَسِلْ

وَسِّعْ عَلَى اْلعِيَالِ قَلِّمْ ظُفْرَا * وَسُوْرَةَ الْاِخْلاَصِ قُلْ اَلْفَ تَصِلْ



Amalan di Hari ‘Asyuro', selain Membaca Do'a 'Asyuro' adalah:
1. Puasalah;
2. Sholat sunnah;
3. Silaturrahim;
4. Ziyarah orang 'alim;
5. Menjenguk  orang sakit ;
6. Memakai celak mata;
7. Usaplah kepala anak yatim;
8. Bershodaqah;
9. Mandi malam;
10. Menambah jatah nafkah keluarga;
11. Memotong kuku;
12. Membaca surat al-Ikhlas 1000 kali.

Semoga kita bisa melaksanakan dan mendapatkan Ridlo dari Alloh SWT, Aamiin

"KAU MALAH MAU MENGAKU SEBAGAI TUHAN.."

*AKU SAJA TAK PANTAS MENJADI HAMBA TUHAN, KAU MALAH MAU MENGAKU SEBAGAI TUHAN..*

Suatu hari Fir'aun yang mengaku Tuhan didatangi seseorang dengan buah anggur sebagai persembahan.
Tamu tersebut berkata;
"Kalau kau memang tuhan, ubahlah setangkai anggur ini jadi emas".
"Beri aku waktu satu hari",
jawab Fir'aun.
Semalaman Fir'aun berpikir keras untuk menemukan cara bisa merubah setangkai anggur itu jadi emas.
Tiba-tiba terdengar pintu kamar raja terketuk.
"Siapa?",
tanya Firaun.
Iblis masuk melewati pintu sambil berkata;
"Tuhan macam apa kau ini, ada orang di balik pintu saja kau tidak tahu siapa".
Iblis mengusap tangkai anggur di atas meja dan seketika jadi emas.
Firaun terkejut, tak bisa berkata apa-apa.
Lalu Iblis menatap tajam ke arah Fir'aun untuk mengatakan sesuatu;
"Aku yang punya kekuatan seperti ini saja tidak pantas jadi hamba Tuhan,
bagaimana bisa kau yang lemah ini mengaku Tuhan??!!".
Iblis beranjak meninggalkan kamar Fir'aun.
Sebelum jauh, Fir'aun bertanya;
"Mengapa kau dulu tak mau bersujud kepada Adam?".
Iblis berbalik untuk menjawab;

*"Karena aku tahu, di antara keturunannya ada orang semacam kau!".*

Semoga bermanfaat
Silahkan share
Dalam kitab an-Nawâdir
Karya Syekh Syihabuddin Ahmad ibn Salamah al-Mishri al-Qulyubi asy-Syafi‘i.

Kamis, 28 September 2017

Do'a Wiridan Nadzom Al-Asma' Al-Husna Ijazah Dari Hadlrotus_Syeikh KH.'Ali Maksum Krapyak Yogyakarta..Al-Fatihah..

Do'a Dalam Mandzumah Al-Asma' Al-Husna, Ijazah Dari Hadlrotus_Syeikh  KH. 'Ali Maksum Krapyak Yogyakarta


مَـنْــظــُوْمَـة اْلأَسمَاء الحــُسْـنَى
أجازها ونشرها كياهي عـلي مـعـصـوم
بالمعـهـد الإسلامي كرابـياك جقجاكرتـا


Asal Usul Teks Dan Kandungan Doa dalam Manzhumah Asmaul Husna
Alloh berfirman :
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوْاهُ بِهَا
Artinya: “Hanya milik Alloh Al-Asmaul Husna, maka berdo’alah kepada-Nya dengan menyebut Asma’-Nya itu” (QS Al-A’rof,[7] : 180)
Atas dorongan ayat tersebut, dan model doa Asmaul Husna serta Ismul A’zhom yang diajarkan Rosulullah, maka banyak para ulama yang menyusun teks-teks doa semacamnya, disertai dengan beberapa kaifiyah (cara berdoa) tertentu berdasarkan pengalaman spiritual mereka, baik yang disusun dalam bentuk uraian bebas (prosa) maupun nazhom atau manzhumah (syair). Dan Manzhumah Al-Asmaul Husna seperti yang tertulis di bawah ini merupakah salah satu dari sekian puluh manzhumah Asmaul Husna yang ada.
 Mengenai penyusunnya, Manzhumah yang lebih dikenal dengan “Nailul Muna” ini tidak banyak terungkap. Ada yang mengatakan susunan seorang kiyai Termas. Dan ini tidak berlebihan, karena asal usul manzhumah ini memang dari sana. Namun menurut sumber lain yang dapat dipercaya, berasal dari informasi Gus Nukman Thohir (Pemangku Pondok Pesantren peninggalan mBah KH Mutamakkin di Kajen Pati Jawa Tengah) yang diterimanya langsung dari KH Ali Ma’shum (pemangku P.P. Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta, periode 1968 - 1990),  adalah disusun oleh Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhaniy, seorang ulama besar abad 19 asal Mesir, alumnus Al-Azhar, penulis kitab “Syawahidul Haqq” dan “Sa’adatud Darain, fis Sholawati ‘ala Sayyidil Kaunain”.
Oleh alm. KH Ali Ma’shum, Manzhumah ini diterima ijazahnya dari ayahnya (KH Ma’shum, P.P. Al-Hidayah Lasem Jawa Tengah) dan dari gurunya (KH Dimyati, Pondok Pesantren Termas Pacitan), yang diterima dari Syaikh Mahfuzh at-Tirmasi al-Jawi (ulama besar Hijaz akhir abad 19, asal Termas), dan seterusnya bersambung pada penyusunnya, Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhaniy. 
Secara garis besar, Manzhumah berisi doa-doa tawassul bil-Asmail Husna, yang memuat  berbagai macam permohonan, mulai dari mohon keselamatan agama, perlindungan dari gangguan musuh, sampai pada permohonan kebahagiaan dunia dan akhirat.

  
Teks Doa dalam Manzhumah Asmaul Husna Dan Terjemahnya *)

(1)
بِـسْمِ اْلإِلَـهِ  وَ بِهِ بَـدَأْنَا  *  وَلَوْ عَبَدْنَا غَيْرَهُ  لَـشَقِـيْنَا
يَا حَبَّذَا رَبًّا وَحُبَّ دِيْنًا    *   وَحَبـَّـذَا مَحَـمَّدٌ هَـادِيْـنَـا
لَـوْلَاهُ مَـا كُـنَّا وَ لَا بَـقِـيْنَـا
Bismil ilaahi wabihii bada’naa .  Walau ‘abadnaa ghoirohuu lasyaqiinaa
Yaa habbadzaa robban wa hubba diinaa.  Wa habbadzaa muhammadun haadiinaa
Laulaahu maa kunna walaa baqiinaa
 Dengan menyebut Asma’ Alloh, kami memulai (menulis / membaca doa ini). Sekiranya kami  beribadah menyembah kepada selain DIA, tentu kami akan celaka.
Wahai manusia! Sangat tepat kita jadikan Alloh sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul yang menunjuki kita.
Kalau-lah tidak ada beliau saw, kami tak pernah ada dan tak eksis (hidup di dunia ini).
(2)
اَللَّهُ لَوْ لَا أَنْـتَ مَا اهْتَـدَيْنَـا      *     وَ لَا تَصَدَّقْنَـا وَلَا صَلَّـيْنَا
فَأَنْـزِلَنْ   سَكِــيْنَـةً   عَلَـيْنَا       *       وَ ثَـبِّتِ الْأَقْدَامَ إِنْ لَاقَـيْـنَا
نَـحْنُ الْأُوْلَى جَاءُوْكَ مُسْلِمِيْنا
Alloohu laulaa anta mahtadainaa  *  Walaa tashoddaqnaa walaa shollainaa.
Fa anzilan sakiinatan ‘alainaa  *  Wa tsabbitil aqdaama in laqainaa
Nahnul uulaa jaa-uuka muslimiinaa.
2. Ya Alloh, seandainya tidak ada Engkau, kami tidak akan memperoleh hidayah-Mu, tidak pernah bershodaqah dan tidak akan pernah sholat.
Karena itu, anugerahi kami ketenangan dan kokohkan telapak kaki kami sewaktu meniti siroth dalam rangka bertemu-menghadap-Mu (di surga)
Kami semua adalah orang yang pertama kali datang menghadap-Mu dalam keadaan muslim (berpasrah diri).
(3)
وَالْمُشْرِكُـوْنَ قَدْ بَغَوْا عَلَيْنَا    *    إِذَا   أَرَادُوْا   فِتْـنَـةً     أَبَـيْـنَـا
وَقَدْ تَدَاعَى جَـمْعُهُـمْ عَلَيْنَـا   *   طِبْـقَ الْأَحَادِيْـثِ الَّتِي رَوَيْنَـا
فَارْدُدْهُـمُ  اللَّهُـمَّ خَاسِرِيْنَا
Wal musyrikuuna qod baghou ‘alainaa  *  Idzaa arooduu fitnatan abainaa.
Wa qod tadaa-‘a jam’uhum ‘alainaa  *  Thibqol ahaaditsillatii rowainaa
Fardud humulloohumma khoosiriinaa.
3. Sungguh, kaum musyrikin telah berbuat jahat kepada kami. Jika mereka bermaksud menebar fitnah-tipu-daya, kami pun siap menolaknya.
Sungguh, gerombolan mereka benar-benar mengepung kami (dari segala penjuru). Hal ini sesuai dengan keterangan Hadis Nabi yang pernah kami riwayatkan.
Karena itu, tolong, Ya Alloh! Tangkis dan gagalkan tipudaya mereka, sampai mereka mengalami kerugian.
(4)
اَللَّهُ  يَا رَحْـمَنُ يَا رَحِـيْمُ     *  اَللَّهُ   يَا حَيُّ   وَ يَا  قَـيُّـوْمُ
اَللَّهُ   يَا قَـوِيُّ  يَا قَـدِيْــمُ   *   اَللَّهُ   يَا  عَلِـيُّ يَا عَـظِـيْـمُ
لَا يَنْـبَغِيْ لِلْـقَـوْمِ  أَنْ يَعْـلُوْنَا
Alloohu yaa rohmaanu yaa rohiimu * Alloohu yaa hayyu wa yaa qoyyuumu.
Alloohu yaa qowiyyu yaa qodiimu * Alloohu yaa ‘aliyyu yaa ‘azhiimu.
Laa yambaghii lilqoumi an ya’luunaa.
4. Ya Alloh, Ya Rohman (Maha Pengasih), Ya Rohim (Maha Penyayang). Ya Alloh, Ya Hayyu (Maha Hidup abadi), Ya Qoyyum (Maha berdiri sendiri)
Ya Alloh, Ya Qowiyyu (Maha Kuat), Ya Qodim (Maha Dahulu). Ya Alloh, Ya ‘Aliyyu (Maha Luhur), Ya ‘Azhim (Maha Agung).
Tidak sepantasnya kaum musuh mengalahkan kami (dalam segala bidang).
(5)
اَللَّهُ  يَا  لَـطِـيْـفُ يَا عَلِـيْمُ         *  اَللَّهُ  يَا  رَءُوْفُ  يَا حَكِـيْمُ
اَللَّهُ    يَا تَـوَّابُ    يَا حَـلِـيْمُ        *     اَللَّهُ  يَا  وَهَّابُ  يَا كَـرِيْـمُ
هَبْنَا الْعُـلَا وَاجْعَلْ عِدَانَا الدُّوْنَا
Alloohu yaa lathiifu yaa ‘aliimu  *   Alloohu yaa ro-uufu yaa hakiimu
Alloohu yaa tawwaabu yaa haliimu  *   Alloohu yaa wahhaabu yaa kariimu
Habnal -‘ulaa waj-‘al ‘idaanad-duunaa.
5. Ya Alloh, Ya Lathif (Maha Lemah-lembut), Ya ‘Aliim (Maha Mengetahui). Ya Alloh, Ya Ro-uf (Maha Pengasih), Ya Hakim (Maha Bijaksana).
Ya Alloh, Ya Tawwab (Maha Penerima taubat), Ya Halim (Maha Penyantun). Ya Alloh, Ya Wahhab (Maha Pemberi karunia), Ya Karim (Maha Mulia, Maha Dermawan).
Karuniai kami keluhuran dan ketinggian derajat. Dan jadikan musuh-musuh kami hidup terhina.
(6)
اَللَّهُ    يَا    مَالِـكُ    يَـا مُـنِـيْرُ         *  اَللَّهُ   يَا    مَلِيْـكُ يَا  قَـدِيْـرُ
اَللَّهُ    يَا    مَوْلَى    وَيَا نَصِـيْرُ    *      اَللَّهُ أَنْتَ الْمَلِكُ الْـكَبِـيْرُ
لَيْـسَ عِدَانَا لَكَ مُعْـجِـزِيْنَـا
Alloohu yaa maaliku yaa muniiru  *  Alloohu yaa maliiku yaa qodiiru.
Alloohu yaa maulaa wayaa nashiiru  *  Alloohu Antal malikul kabiiru.
Laisa ‘idaanaa laka mu’jiziinaa.
6. Ya Alloh, Ya Maalik (Penguasa dan Pemilik seluruh makhluk), Ya Munir (Yang Menerangi). Ya Alloh, Ya Maliik (Yang Memiliki Kerajaan), Ya Qodir (Maha Kuasa).
Ya Alloh, Ya Maula (Pelindung), Ya Nashir (Penolong). Ya Alloh, Engkau-lah Raja Yang Maha Agung.
Musuh-musuh kami tidak akan mampu mengalahkan Engkau.
(7)
اَللَّهُ    يَا    شَاكِـرُ  يَا شَـكُوْرُ   *  اَللَّهُ    يَا   عَفُـوُّ   يَا غَفُـوْرُ
اَللَّهُ    يَا    عَالِـمُ     يَا خَـبْـيْرُ      *    اَللَّهُ   يَا     فَـتَّاحُ     يَا بَـصِـيْرُ
لَا تَحْـرِمَنَّ  فَـتْـحَـكَ الْمُبِـيْـنَا
Alloohu yaa syaakiru yaa syakuuru  *  Alloohu yaa ‘afuwwu yaa ghofuuru
Alloohu yaa ‘aalimu yaa khobiiru  *  Alloohu yaa fattaahu yaa bashiiru.
Laa tahrimanna fat-hakal mubiinaa.
7. Ya Alloh, Ya Syakir (Yang mensyukuri amal kebaikan hamba-Nya dengan balasan pahala), Ya Syakur (Maha Mensyukuri). Ya Alloh, Ya ‘Afuwwu (Maha Pemaaf), Ya Ghofur (Maha Pengampun).
Ya Alloh, Ya ‘Alim (Yang Mengetahui), Ya Khobir (Maha Mengenal, Mengetahui). Ya Alloh, Ya Fattah (Maha Pemberi Kepu-tusan), Ya Bashir (Maha Melihat).
Jangan Engkau halangi kami meraih kemenangan yang nyata dari-Mu
(8)
اَللَّهُ    يَا ظَاهِرُ   يَا جَلِيْـلُ     *  اَللَّهُ    يَا بَاطِنُ  يَا وَكِـيْـلُ
اَللَّهُ    يَا  صَادِقُ  يَا جَـمِيْلُ   *   اَللَّهُ    يَا حَافِـظُ يَا كَـفِـيْلُ
كُـنْ حَافِـظًا لَنَـا وَكُـنْ مُعِـيْنَـا
Alloohu yaa zhoohiru yaa jaliilu  *   Alloohu yaa baathinu yaa wakiilu.
Alloohu yaa shoodiqu yaa jamiilu  *  Alloohu yaa haafizhu yaa kafiilu.
Kun haafizhon lanaa wa kun mu-’iinaa
8. Ya Alloh, Ya Zhohir (Yang Zhahir, Yang Nyata wujud-Nya), Ya Jalil (Maha Agung). Ya Alloh, Ya Bathin (Yang tersembunyi), Ya Wakil (Pelindung).
Ya Alloh, Ya Shodiq (Yang Benar firman-Nya), Ya Jamil (Maha Indah lagi sempurna). Ya Alloh, Ya Haafizh (Pemelihara), Ya Kafil (Penanggung, yang menyaksikan).
Jadilah Engkau sebagai Pelindung dan Penolong kami.
(9)
اَللَّهُ  يَـا   غَـنِيُّ   يَـا حَـمِـيْدُ     *  اَللَّهُ  يَـا  مُغْـنِى  وَ يَا رَشِيْـدُ
اَللَّهُ  يَـا   مُبْـدِئُ   يَـا مُـعِـيْدُ     *      اَللَّهُ  يَـا  عَزِيْــزُ  يَـا مَـجِـيْـدُ
لِـعِـزِّكَ  التَّـوْحِيْدُ   يَشْكُـو الْـهُوْنَـا
Alloohu ghoniyyu yaa hamiidu  *  Alloohu yaa mughnii wayaa rosyiidu.
Alloohu yaa mubdi-u yaa mu-’iidu  *   Alloohu yaa ’aziizu yaa majiidu.
Li-’izzikat tauhiidu yasykul huunaa.
9. Ya Alloh, Ya Ghoniyyu (Maha Kaya), Ya Hamid (Terpuji). Ya Alloh, Ya Mughni (Pem-beri kekayaan), Ya Rosyid (Pemberi petunjuk dan kepandaian).
Ya Alloh, Ya Mubdi’ (Pelopor penciptaan), Ya Mu’id (Yang Mengulangi penciptaan seperti semula).  Ya Alloh, Ya ‘Aziz (Yang Gagah Perkasa), Ya Majiid (Maha Agung).
Oleh karena kemuliaan Engkau, Tauhid (Peng-Esa-an Dirimu) menyebabkan kehinaan (bagi sesuatu selain Engkau).
(10)
اَللَّهُ   يَـا     قَادِرُ  يَـا  مُـقْـتَدِرُ    *  اَللَّهُ   يَـا  قَاهِرُ  يَـا مُـؤَخِّـرُ
اَللَّهُ   يَـا   فَاطِـرُ  يَا مُصَـوِّرُ    *     اَللَّهُ   يَا مُحْـصِي وَ يَا مُدَبِّـرُ
دَبِّـرْ لَـنَا   وَ دَمِّـرِ الْـعَـادِيْنَـا
Alloohu yaa qoodiru yaa muqtadiru  *   Alloohu yaa qoohiru yaa mu-akhkhiru
Alloohu yaa faathiru yaa mushowwiru  *   Alloohu yaa muhshii wa yaa mudabbiru
Dabbir lanaa wa dammiril ‘aadiinaa.
10. Ya Alloh, Ya Qodir (Yang Kuasa), Ya Muq-tadir (Maha Berkuasa). Ya Alloh, Ya Qohir (Maha Memaksa, Mengalahkan), Ya Mu-akh-khir (Yang Mengakhirkan, menunda).
Ya Alloh, Ya Fathir (Pencipta), Ya Mushow-wir (Pembentuk rupa). Ya Alloh, Muh-shi (Yang Menghitung, Mengumpul-kan), Ya Mudabbiru (Yang Mengatur, Mendesain)
Aturlah kami, Ya Alloh, dan gempur para musuh kami.
(11)
اَللَّهُ  يَـا   دَائِـمُ    لَا يَـمُــوْتُ   *  اَللَّهُ    يَا قَائِـمُ   لَا   يَـفُـوْتُ
اَللَّهُ    يَا   مَحْيِيْ وَيَا مُمِيْتُ   *   اَللَّهُ    يَا  مُغِـيْثُ يَا مُقِـيْـتُ
كُنْ غَوْثَـنَا وَ حِصْنَـنَا الْحَصِيْنَـا
Alloohu yaa daa-imu laa yamuutu  *   Alloohu yaa qoo-imu laa yafuutu.

Alloohu yaa muhyii wa yaa mumiitu  *  Alloohu yaa mughiitsu yaa muqiitu

Kun ghoutsanaa wa hishnanal hashiinaa.
11. Ya Alloh, Ya Da-im (Yang Abadi, Langgeng), tidak mengenal mati. Ya Alloh, Ya Qo-im (Berdikari dalam mengurusi makhluk), yang tidak kehilangan kesempatan
Ya Alloh, Ya Muhyi (Yang Menghidupkan), Ya Mumit (Yang Mematikan). Ya Alloh, Ya Mughits (Yang Menolong), Ya Muqit (Maha Kuasa, Pemelihara dan Pemberi makan).
Jadilah Engkau sebagai Penolong kami dan bentengi kami dengan benteng yang kokoh.
(12)
اَللَّهُ    يَا    بَاسِطُ أَنْـتَ الْـوَاسِعُ      *  اَللَّهُ   يَا    قَابِضُ أَنْـتَ  الْمَانِـعُ
اَللَّهُ    يَا    خَالِـقُ  أَنْتَ   الْـجَـامِـعُ     *      اَللَّهُ   يَا   خَافِضُ  أَنْتَ الرَّافِـُع
اِرْفَـعْ  مَعَالِيْنَـا  لِـعِـلِّـيِّـيْـنَـا
Alloohu baasithu antal waasi’u  *  Alloohu yaa qoobidhu antal maani’u.
Alloohu yaa khooliqu antal jaami’u  *  Alloohu yaa khofiidhu antar roofi’u.
Irfa’ ma’aaliinaa li-’illiyyiinaa.
12. Ya Alloh, Ya Basith (Yang Membentangkan rizki). Engkau Maha Luas pemberian-Nya. Ya Alloh, Ya Qobidh (Yang Menyempitkan rizki). Engkau-lah yang menolak rizki.
Ya Alloh, Ya Kholiq (Pencipta). Engkau-lah yang mengumpulkan segala sesuatu. Ya Alloh, Ya Khofidh (Yang Merendahkan atau menurunkan derajat). Dan Engkau Yang Meninggikan / mengangkat derajat.
Angkatlah, terimalah amal-amal kami, untuk meraih ‘illiyyin (surga tertinggi).
(13)
اَللَّهُ    ذُو اْلمَعَـارِجِ   الرَّفِـيْـعُ     *  اَللَّهُ    يَا  وَافِي وَ يَا سَرِيْـعُ
اَللَّهُ    يَا   كَافِـى  وَ يَا سَـمِـيْـعُ   *   يَا نُوْرُ يَا هَادِي وَ يَا بَدِيْـعُ
أَدَّبْـتَنَـا بِمَا جَـرَى يَكْـفِـيْنَـا
Alloohu dzul ma’aarijir rofii-‘u  *  Alloohu yaa waafii wa yaa sari-‘u.
Alloohu yaa kaafii wa yaa samii-‘u  *  Yaa nuuru yaa haadii wa yaa badii-‘u.
Addabtanaa bimaa jaroo yakfiinaa.
13. Ya Alloh, Engkau-lah Pemilik langit dan Maha Tinggi derajat-Nya.  Ya Alloh, Ya Wafi (Yang Menepati janji). Ya Sari’ (Yang Maha Cepat siksa-Nya). 
Ya Alloh, Ya Kafi (Yang Mencukupi), Ya Sami’ (Maha Mendengar). Ya Nur (Sumber Cahaya), Ya Hadi (Pemberi petunjuk), Ya Badi’ (Pencipta).
Semoga Engkau “Kerso” mendidik kami dengan tatakrama yang mampu mencukupi kami.
(14)
اَللَّهُ  ذُو الْجَـلَالِ  وَ الْإِكْـرَامِ     *  اَللَّهُ  ذُو الطَّوْلِ عَلَى الـدَّوَامِ
اَللَّهُ    يَا   ذَا الْـفَضْلِ وَ الْإِنْـعَامِ   *      وَالسَّيِّدُ  الْمُطْلَقُ   لِـلْأَ نَامِ
اِرْحَمْ  عَبِـيْدًا   لَكَ  عَابِدِيْنَـا
Alloohu dzul jalaali wal ikroomi  *  Alloohu dzut thouli ‘alad dawaami.
Alloohu yaa dzal fadhli wal in-’aami  *  Wassayyidul Muthlaqu lil anaami
Ir-ham ‘abiidan laka ‘aabidiinaa.
14. Ya Alloh, Engkau-lah Pemilik keagungan dan kemuliaan. Ya Allah, Engkau-lah yang memiliki karunia selama-lamanya.
Ya Alloh, Wahai Engkau yang memiliki karunia dan berbagai kenikmatan. Engkau-lah Tuan secara mutlak bagi seluruh manusia.
Belaskasihi semua hamba yang telah beribadah hanya kepada Engkau.
(15)
اَللَّهُ    يَا   أَ وَّ لُ    أَنْـتَ الْـوَاحِدُ     *  اَللَّهُ   يَا    آخِـرُ أَنْتَ الـرَّاشِـدُ
يَا وِتْـرُ يَا مُتَكَبِّرُ يَا وَاجِدُ    *     يَا بَرُّ يَا مُتَـفَـضِّلُ يَا مَاجِـدُ
بِـفَـضْلِكَ اقْـبَلْنَـا عَلَى مَا فِـيْـنَـا
Alloohu yaa awwaalu antal waahidu  *  Alloohu yaa aakhiru antar roosyidu
Yaa witru yaa mutakabbiru yaa waajidu  *  Yaa barru yaa mutafadh-dhilu yaa maajidu
Bifadh-likaqbalnaa ‘alaa maa fiinaa.
15. Ya Alloh, Ya Awwal (Yang Awal). Engkau Tuhan Yang Esa. Ya Alloh, Ya Akhir (Yang Akhir). Engkaulah Yang memberi petunjuk.
Ya Witru (Yang Ganjil), Ya Mutakabbir (Pemilik Segala Keagungan), Ya Wajid (Yang Kaya). Ya Barru (Yang Melimpahkan kebai-kan), Ya Mutafadh-dhil (Pemberi anugerah), Ya Majid (Yang Agung, Mulia).
Berkat anugerah-Mu, terimalah (amal kebaikan) apa saja yang kami lakukan.
(16)
اَللَّهُ    يَا   مُبِـيْنُ     يَـا وَدُوْدُ        *  اَللَّهُ    يَا  مُحْيْـطُ  يَـا شَهِـيْـدُ
اَللَّهُ    يَا   مَتِـيْـنُ  يَا شَدِيْدُ     *    يَا مَنْ هُوَ الْفَعَّـالُ مَا يُرِيْـدُ
إِنَّا ضِعَـافٌ لَكَ  قَـدْ  لَـجَـأْنَا
Alloohu yaa mubiinu yaa waduudu  *  Alloohu yaa muhiithu yaa syahiidu.
Alloohu yaa matiinu yaa syadiidu  *  Yaa man huwal fa'-aalu maa yuriidu.
Innaa dhi-‘aafun laka qod lajaknaa.
16. Ya Alloh, Ya Mubin (Yang menjelaskan menurut hakikatnya), Ya Wadud (Yang Maha Pengasih). Ya Alloh, Ya Muhith (Yang Maha Meliputi), Ya Syahid (Maha Menyaksikan)
Ya Alloh, Ya Matin (Maha Kuat, Keras), Ya Syadid (Sangat Keras siksa-Nya). Wahai Yang Terus berbuat sesui kehendak-Nya.
Sungguh, kami ini lemah, tak mampu. Kami serahkan segala sesuatu kepada-Mu.
(17)
اَللَّهُ    يَا   مُـعِـزُّ    يَا   مُـقَـدِّمُ        *  اَللَّهُ   يَا   مُـذِلُّ  يَا مُنْـتَـقِـمُ
اَلْبَادِئُ الْبَاقِي فَلَا يَنْعَدِمُ    *  اَلْمُحْسِنُ الْوَالِى الْحَفِيْظُ الْأَكْرَمُ
لَيْسَ لَنَـا سِوَاكَ مَنْ يَـحْمِيْـنَـا
Alloohu yaa mu’izzu yaa muqoddimu  *   Alloohu yaa mudzillu yaa muntaqimu.
Albaadi-ul baaqii falaa yan’adimu  *  Almuhsinul waalil hafiizhul akromu.
Laisa lanaa siwaaka man yahmiina.
17. Ya Alloh, Ya Mu’izzu (Yang Memuliakan), Ya Muqoddim (Yang Mendahulukan). Ya Alloh, Ya Mudzillu (Yang Merendahkan), Ya Munta-qim (Yang Menuntut balas).
Engkau-lah Al-Badi-ul Baqi (Yang Memu-lai, kekal abadi), sehingga tak akan pernah sirna. Engkau-lah Al-Muhsin (Yang Berbuat Baik), Al-Wali (Penguasa) Al-Hafizh (Peme-lihara), Al-Akram (Maha Mulia).
Selain Engkau, tiada seorang pun yang  mampu memberikan perlindungan kepada kami.
(18)
اَللَّهُ    يَا   وَارِثُ   أَنْتَ  الْأَبَـدُ    *  اَللَّهُ    يَا  بَاعِـثُ  أَنْـتَ الْأَحَـدُ
يَا مَالِكَ الْمُلْكِ  الْإِلَـهُ الصَّمَدُ   *   لَا كُـفُـؤٌ  لَا وَالِـدٌ  لَا وَلَــدُ
كُـفَّ الْـعِـدَا عَنَّـا فَـقَـدْ أُوْذِيْـنَا
Alloohu yaa waritsu antal abadu  *  Alloohu yaa baa-‘itsu antal ahadu.
Yaa maalikal mulkil ilaahus shomadu  *  Laa kufu-un laa waalidun laa waladu
Kuffal ‘idaa ‘annaa faqod uudziinaa.
18. Ya Alloh, Ya Waarits (Yang Mewarisi). Engkau Tuhan Yang Langgeng. Ya Alloh, Ya Baa’its (Yang membangkitkan manusia dari kematian). Engkau Tuhan Yang Esa.
Ya Malikal Mulk (Pemilik Kerajaan). Engkau Tuhan tempat bergantung seluruh makhluk. Tiada satu pun yang setara dengan-Mu. Engkau Tidak ber-orang tua, dan tidak berputra.
Ya Alloh, cegah dan jauhkan musuh dari kami. Jika tidak, mereka tentu akan menyakiti kami.
(19)
اَللَّهُ    يَا   غَالِـبُ   يَـا قَـهَّـارُ   *  اَللَّهُ    يَا  نَافِـعُ  أَنْـتَ الضَّارُّ
اَللَّهُ    يَا    بَارِئُ      يَا   غَـفَّـارُ  *    يَا رَبِّ  يَا ذَا الْقُـوَّةِ الْجَبَّارُ
قَـوِّمْ لَنَـا الـدُّنْـيَا وَ قَـوِّ الدِّيْـنَا
Alloohu yaa ghoolibu yaa qohhaaru  *  Alloohu yaa naafi’u antadh-dhoorru.
Alloohu yaa baari-u yaa ghoffaaru  *  Yaa robbi yaa dzal quwwatil jabbaaru.
Qowwim lanad dun-yaa wa qowwid-diinaa.
19. Ya Alloh, Ya Gholib (Yang Mengalahkan), Ya Qohhar (Yang Maha Memaksa). Ya Alloh, Ya Nafi' (Pemberi kemanfaatan). Engkau Tuhan Yang menimpakan bahaya.
Ya Alloh, Ya Bari-u (Yang memunculkan dan menciptakan segala sesuatu dari tiada), Ya Ghoffar (Maha Pengampun). Ya Robb, Tuhan kami, Pemilik kekuatan, Yang Maha Perkasa.
Tegak-kokohkan kehidupan duniawi kami dan perkuat agama Islam kami
(20)
اَللَّهُ    رَبُّ   الْـعِــزَّةِ    الـسَّــلَامُ       اَلْمُـؤْمِنُ الْمُهَيْـمِنُ  الْـعَـلَّامُ
ذُوالرَّحْمَةِ الْأَعْلَى الْأَعَزُّ التَّامُّ  *   مَنْ دِيْـنُهُ الْحَـقُّ هُوَ الْإِسْلَامُ
قَـيِّـضْ لَـهُ     اللَّـهُـمَّ   نَاصِرِيْنَـا
Alloohu robbul ‘izzatis salaamu  *  Almukminul muhaiminul ‘allaamu.
Dzurrohmatil a’lal a-‘azzut taammu  *  Man diinuhul haqqu huwal islaamu
Qoyyidh lahulloohumma naashiriinaa.
20. Ya Alloh, Tuhan Pemilik kemulyaan, As-Salam (Sumber keselamatan). Wahai Al-Muk-min (Pemberi keamanan), Al-Muhaimin (Maha Memelihara) dan Al-'Allam (Maha Mengetahui).
Wahai Pemilik  rahmat yang agung, mulia lagi sempurna. Wahai Tuhan, Agama Islam yang ditetapkan-Nya merupakan agama yang haqq.
Ya Alloh, takdirkan kami semua sebagai penolong agama Islam.
(21)
اَللَّهُ   أَنْتَ الْمُتَـعَالِى الْحَـكَـمُ   *  اَلْفَرْدُ  ذُوالْعَرْشِ الْوَلِيُّ الْأَحْكَـمُ
اَلْغَافِرُالْمُعْطِ الْجَوَادُ  الْمُنْعِمُ *  اَلْعَادِلُ الْـعَدْلُ الصَّبُوْرُ الْأَرْحَمُ
مَكِّـنْ لَنَـا فِيْ أَرْضِنَـا تَمْكِـيْـنَـا
Alloohu antal muta’aalil hakamu  * Alfardu dzul ‘arsyil waliyyul ahkamu.
Alghoofirul mu’thil jawaadul mun-’imu  *  Al-‘aadilul ‘ad-lus shobuurul arhamu.
Makkin lanaa fii ardhinaa tamkiinaa.
21.. Ya Alloh, Engkau Tuhan Yang Maha Luhur, Pemutus perkara (al-Hakam), Tunggal (al-Fardu), Pemilik 'Arasy, Penolong (al-Waliyy) lagi Maha Bijaksana.
Engkau Al-Ghofir (Pengampun), Al-Mu'thi (Pemberi), Al-Jawad (Sangat Dermawan), Al-Mun'im (Pemberi nikmat), Al-'Adil (adil), Al-'Adlu (sangat adil), Ash-Shobur (sangat sabar), Al-Arham (Maha Pengasih).
Kokohkan keberadaan kami di tanah air kami dengan sebenar-benarnya.
(22)
اَللَّهُ    يَا   قُـدُّوْسُ  يَـا بُـرْهَـانُ     يَـا بَارُّ  يَا حَنَّـانُ  يَـا مَنَّـانُ
يَا حَـقُّ يَا مُـقْـسِطُ يَا  دَيَّـانُ    *   تَبَارَكَتْ أَسْمَاءُكَ الْحِسَانُ
بِهَا  قَرَعْنَـا  بَـابَـكَ  الْمَـصُـوْنَـا
Alloohu yaa qudduusu yaa bur-haanu  *  Yaa barru yaa hannaanu yaa mannaanu.
Ya haqqu yaa muqsithu yaa dayyaanu  * Tabaarokat asmaa-ukal hisaanu
Bihaa qoro'naa baabakal mashuunaa.
22. Ya Alloh, Ya Quddus (Maha Suci), Ya Burhan (Pemilik bukti kebenaran), Ya Baarru (Yang Bajik, Maha baik), Ya Hannan (Berbelas kasih), Ya Mannan (Pemberi anugerah).
Ya Haqqu (Benar dan nyata wujud-Nya) Ya Muqsith (Maha adil), Ya Dayyan (Maha Kuasa, Memerintah, mengatur, membuat perhitungan). Asmaul Husna-Mu suci dan mendatangkan keberkahan.
Dengan perantaraan Asmaul Husna-Mu itu, kami ketuk pintu rahmat-Mu yang terpelihara.
(23)
اَللَّهُ    يَا   خَـلَّاقُ    يَا حَـبِـيْــبُ   *  اَللَّهُ    يَـا  رَزَّاقُ   يَا حَسِـيْـبُ
اَللَّهُ     يَا   قَـرِيْبُ    يَـا رَقِــيْـبُ   *  اَلْمُسْتَعَانُ السَّامِعُ الْمُجِيْـبُ
إِنَّا دَعَوْنَاكَ  اسْـتَـجِـبْ  آمِـيْنَـا
Alloohu yaa khollaaqu yaa habiibu.  Alloohu yaa rozzaaqu yaa hasiibu.
Alloohu yaa qoriibu yaa roqiibu. Almusta’aanus saami’ul mujiibu.
Innaa da-‘aunaakas tajib aamiinaa.
23. Ya Alloh, Ya Khollaq (Maha Menciptakan), Ya Habib (Yang Mencintai para kekasih-Nya). Ya Alloh, Ya Rozzaq (Maha Pemberi rizki), Ya Hasib (Maha mencukupi, Maha membuat perhitungan).
Ya Alloh, Ya Qorib (Maha dekat), Ya Roqib (Maha mengawasi). Engkau-lah tempat memohon pertolongan, Yang mendengar lagi mengijabahi semua permohonan.
Sungguh, kami memohon kepada-Mu. Karena itu, kabulkan segala permo-honan kami. Amin.
__________________________
*)  terjm. Cak Emi