ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Minggu, 30 Juni 2013

Prinsip Kerja PLTN

==========
Prinsip Kerja PLTN
Oleh
Akhmad Khusyairi,M. Eng
-----------------
Reaktor nuklir adalah salah satu instalasi nuklir tempat terjadinya reaksi nuklir berantai yang terkendali, sedangkan PLTN atau pembangkit listrik tenaga nuklir adalah salah satu instalasi nuklir yang menggunakan reaktor nuklir dalam membangkitkan uap yang akan digunakan untuk menggerakkan turbin uap. Seperti halnya stasiun pembangkit listrik yang lainnya, PLTN mengkonversi energy thermal menjadi energy listrik. Energi thermal yang dihasilkan dari PLTN berasal dari reaksi nuklir fisi terkendali.
Gambar Ilustrasi PLTN type PWR

Pembangkitan Panas
Teras reaktor nuklir membengkitkan panas dengan dengan beberapa cara, diantaranya;
Energy kinetic dari produk fisi dikonversi menjadi energy thermal ketika nuklida ini bertumbukan dengan atom media pendingin.
Sinar gamma yang dihasilkan dari reaksi fisi dikonversi menjadi panas
Panas dihasilkan dari peluruhan radioaktif dan material lain yang teraktivasi oleh penyerapan neutron. Panas ini dikenal dengan decay heat, panas ini  merupakan sumber panas yang tersisa setelah reactor dipadamkan.
Satu kilogram Uranium-235 (U-235) yang dibakar dalam reactor nuklir menghasilkan energy yang sama dengan 3000 ton batubara yang dibakar secara konvensional dalam PLTU batubara (Enengi yang dihasilkan sebesar 7.2x1013 Joule/kg U-235 dan 2.4x107 Joule/kg Batubara).

Pendinginan
Pendingin reactor nu
klir yag umumnya menggunakan air (beberapa jenis reactor menggunakan gas, logam cair dan garam cair) disirkulasi melewati teras reactor untuk menyerap panas yang dihasilkan dari reaksi nuklir. panas tersebut dapat mendidihkan dan menghasilkan uap air.  Beberapa jenis reactor menggunakan sistem pendingin yang secara fisik terpisah dengan air pendingin yang digunakan untuk mendinginkan teras reactor.

Kendali Reaktivitas
Pengendalian daya yang dihasilkan dari reactor nuklir (PLTN,red) dilakukan dengan cara mengatur banyaknya neutron yang dapat menghasilkan reaksi fisi. Batang kendali dibuat sebagai racun neutron yang berfungsi untuk menyerap neutron. Penyerapan neutron yang semakin banyak oleh batang kendali mengakibatkan penurunan jumlah neutron yang bisa mengakibatkan terjadinya reaksi fisi, dengan demikian masuknya batang kendali semakin dalam ke dalam teras reactor akan mengurangi daya yang dihasilkan reactor nuklir dan begitu juga sebaliknya, pengangkatan/pencabutan batang kendali dari teras reactor nuklir dapat meningkatkan daya reactor nuklir.

Pembangkitan Daya Elektrik
Energi yang dihasilkan dari proses fisi menghasilkan panas yang kemudian dilakukan konversi energy kedalam bentuk yang dapat dimanfaatkan secara umum, yaitu energy listrik. Secara umum metode yang digunakan yaitu panas yang dihasilkan dari reaksi fisi digunakan untuk memanaskan pendingin yang kemudian digunakan untuk membangkitkan uap. Uap yang dihasilkan ini kemudian dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin uap untuk menghasilkan listrik.

* Kontributor IPTEK NU Online
 
sumber:http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,14-id,33699-lang,id-c,teknologi-t,Prinsip+Kerja+PLTN-.phpx

Sejarah Awal Reaktor Nuklir

==========
Sejarah Awal Reaktor Nuklir
Oleh Akhmad Khusyairi,M.Eng
==========
Penemuan Neutron

Neutron ditemukan pada tahun 1932, neutron mempunyai andil besar dalam terjadinya proses reaksi nuklir. Konsep reaksi nuklir berantai pada reaksi nuklir dimediasi oleh neutron, yang kemudian direalisasikan tidak lama setelah ditemukanya neutron oleh ilmuwan Hungaria Leo Szilard pada tahun 1933. Dia juga mempatenkan idenya tentang reactor nuklir sederhana pada saat dia bekerja di Admiralty di London. Namun demikian ide tersebut tidak mencantumkan fisi nuklir yang merupakan sumber neutron baru, hal ini disebabkan karena proses tersebut belum ditemukan pada masa itu. Ide Szilard tentang reactor nuklir sederhana tersebut menggunakan reaksi nuklir berantai yang dimediasi neutron pada elemen (unsur) ringan terbukti tidak dapat berjalan (bekerja).

Bombardir Neutron

Inspirasi baru tentang jenis reactor baru yang menggunakan Uranium datang berasal dari Lise Meitner, Fritz Strassman dan Otto Hahn pada tahun 1938 dimana pembombardiran uranium dengan neutron menghasilkan residu Barium, hal inilah yang digunakan oleh mereka sebagai alasan dalam melakukan fisi nuklida uranium. Pada tahun 1939 (Szilard dan Fermi) mengungkapkan bahwa beberapa neutron juga dilepaskan selama terjadinya reaksi fisi, hal ini memberikan kesempatan terjadinya reaksi nuklir berantai yang enam tahun sebelumnya belum terungkap.

Amerika, Pra Perang Dunia II

Pada 2 Agustus 1939, Albert Einstein menandatangi surat yang ditulis oleh Szilard dan ditujukan ke Preiden Frankin D. Roosevelt yang menyarankan bahwa ada indikasi penemuan fisi uranium dapat mengarah pada pengembangan "bom jenis baru yang sangat dahsyat", hal ini memberikan dorongan untuk penelitian reaktor dan fisi. Szilárd dan Einstein saling mengenal dengan baik dan telah bekerja bersama beberapa tahun sebelumnya, namun Einstein tidak pernah berpikir tentang kemungkinan ini untuk energi nuklir sampai Szilard melaporkan hal ini kepadanya.

Tidak lama setelah pasukan Hitler Jerman menginvasi Polandia pada 1939, Perang Dunia II di Eropa dimulai. AS belum secara resmi menyatakan diri perang, tetapi pada bulan Oktober, ketika surat Einstein-Szilard dikirim  ke Roosevelt, ia menyatakan bahwa tujuan melakukan penelitian ini adalah untuk memastikan "Nazi tidak meledakkan kita." Yang kemudian mereka mengikuti Proyek nuklir Amerika Serikat, meskipun dengan beberapa penundaan karena masih ada skeptis (diantaranya dari Fermi) dan juga kebijakan kecil dari sejumlah kecil pejabat pemerintah.  Pada tahun berikutnya Pemerintah AS menerima memorandum Frisch-Peierls dari Inggris, yang menyatakan bahwa jumlah uranium yang dibutuhkan untuk reaksi berantai jauh lebih rendah dari yang pernah terpikir sebelumnya. Memorandum tersebut merupakan produk dari Komite Maud, yang bekerja pada proyek bom atom Inggris, yang dikenal sebagai Tube Alloys, yang kemudian dimasukkan dalam Proyek Manhattan.

Pembangunan Reaktor Nuklir Pertama

Akhirnya, reaktor nuklir buatan pertama, Chicago Pile-1, dibangun di University of Chicago, oleh tim yang dipimpin oleh Enrico Fermi, pada akhir 1942. Pada saat itu, program ini telah mendapatkan tekanan selama satu tahun oleh Pemerintah AS sebelum masuk dalam dalam perang dunia kedua. The Chicago Pile mencapai kritis (reaksi berantai dengan sendirinya) pada tanggal 2 Desember 1942. Struktur pendukung reaktor terbuat dari kayu, dan tumpukan blok grafit yang tertanam dalam 'pseudospheres' atau 'briket' oksida uranium alam
Sesaat setelah Chicago Pile, militer AS mengembangkan sejumlah reaktor nuklir untuk Proyek Manhattan yang dimulai pada tahun 1943. Tujuan utama pengembangan reaktor (terletak di tapak Hanford di negara bagian Washington), adalah produksi massal plutonium untuk senjata nuklir. Fermi dan Szilard mendaftarkan paten reaktor pada 19 Desember 1944. Namun penerbitan patennya tertunda selama 10 tahun karena kerahasiaan perang.

PLTN Pertama

"Pembangkit listrik tenaga nuklir pertama di Dunia" yang diklaim dibuat di tapak EBR-I, yang sekarang menjadi museum dekat Arco, Idaho. LMFBR eksperimental yang dioperasikan oleh USNRC menghasilkan daya sebesar 0,8 kW pada saat ujicoba yang dilakukan pada 20 Desember 1951 dan 100 kW (listrik) pada hari berikutnya, LMFBR ini memiliki output desain 200 kW (listrik).
Selain untuk kepentingan militer, penggunaan dan pengembangan reactor nuklir memiliki alasan politik dalam penggunaan energi nuklir untuk kepentingan sipil. Presiden AS Dwight Eisenhower memperkenalkan nuklir AS untuk Perdamaian pada Majelis Umum PBB pada tanggal 8 Desember 1953. Diplomasi ini menyebabkan penyebaran teknologi reaktor pada institusi AS dan di seluruh dunia. Pembangkit listrik tenaga nuklir untuk kepentingan sipil pertama dibangun yaitu AM-1 Pembangkit Listrik Nuklir Obninsk, yang diresmikan pada 27 Juni 1954 di Uni Soviet. PLTN ini menghasilkan daya sekitar 5 MW (listrik).

Setelah Perang Dunia II, militer AS mencari kegunaan lain teknologi reaktor nuklir. Penelitian oleh Angkatan Darat dan Angkatan Udara tidak pernah berhasil, namun Angkatan Laut AS berhasil ketika mereka menggunakan tenaga nuklir pada USS Nautilus (SSN-571) pada  17 Januari 1955.

Pembangkit listrik nuklir komersial pertama, Calder Hall di Sellafield, Inggris dioperasikan pada tahun 1956 dengan kapasitas awal 50 MW (kemudian 200 MW). Reaktor nuklir pertama portabel "Alco AM-2A" digunakan untuk menghasilkan tenaga listrik (2 MW) untuk Camp Century pada 1960.



Komponen Utama PLTN
    Bahan bakar Nuklir
    Teras (Core) reactor nuklir
    Moderator neutron
    Racun Neutron
    Pendingin
    Batang kendali
    Bejana/tangki reaktor
    Boiler feedwater pump
    Pembangkit uap Steam generators (tidak ada pada PLTN jenis BWR)
    Turbine uap
    Generator listrik
    Condenser
    Cooling tower (tidak selalu diperlukan)
    System limbah radioaktif
    Lantai Refueling
    Kolam bahan bakar bekas
    Sistem keselamatan nuklir
    Reactor Protective System (RPS)
    Emergency Diesel Generators
    Emergency Core Cooling Systems (ECCS)
    Standby Liquid Control System (emergency boron injection, BWRs only)
    Essential service water system (ESWS)
    Gedung Containment
    Ruang kendali
    Fasilitas operasi kedaruratan
    Fasilitas pelatihan nuklir (umumnya terdiri dari simulator ruang kendali)

* Kontributor IPTEK NU Online
 
sumber:http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,14-id,34088-lang,id-c,teknologi-t,Sejarah+Awal+Reaktor+Nuklir-.phpx

Bagaimanakah Cara Kerja Surat Elektronik (email)

==========
Bagaimanakah Cara Kerja Surat Elektronik (email)
===================

Oleh Ardyan Novanto Arnowo

Kehidupan yang modern menuntut pertukaran informasi yang semakin cepat, dahulu kala kita cukup dengan berkirim surat saja, lalu dipercepat dengan hadirnya teknologi sms. Namun sms memiliki keterbatasan pada jumlah karakter yang dapat dituliskan dan tidak dapat melampirkan gambar ataupun audio visual.
Saat ini cara manusia dalam bertukar informasi secara tertulis telah mengalami evolusi yang sangat signifikan, surat pun sudah bertransformasi menjadi elektronik (email), setiap hari semakin banyak orang yang mengunakan email sebagai media berkirim surat secara cepat karena didukung pula dengan teknologi perangkat bergerak yang mayoritas sudah dioptimalkan untuk mengirim dan menerima email.
Sekitar tahun 1998, apabila seseorang ingin mengirim email atau membaca email maka harus menggunakan sebuah perangkat computer dan harus terhubung ke internet. Yang notabene saat itu tidak banyak pilihan provider internet yang dapat digunakan dan harus dibayar dengan biaya yang sangat mahal. Namun pada masa kini kita tidak perlu lagi harus terpaku pada sebuah perangkat computer untuk dapat mengirim dan menerima email, karena sudah semakin banyak perangkat bergerak yang dapat digunakan dan terhubung dengan internet yang harganya semakin terjangkau (meskipun kualitasnya masih jauh dari yang dapat diharapkan).
Pernahkan anda terpikir bagaimana cara kerja email tersebut sehingga kita bisa berkirim surat secara elektronik dengan orang lain yang bahkan ada di luar negeri, namun dapat terkirim dengan sangat cepat.?
Berikut penjelasan singkatnya :
1.       Pengirim menggunakan Mail User Agent (MUA) untuk menulis  email. Sebuah MUA, sering disebut sebagai mail client, adalah program yang memungkinkan pengguna untuk membuat,mengirim dan menerima email. Lihat daftar klien mail dan cara mengkonfigurasi mereka. 
1.      Pengirim menggunakan Mail User Agent (MUA) untuk menulis  email. Sebuah MUA yang sering disebut sebagai mail client, adalah program yang memungkinkan pengguna untuk membuat,mengirim dan menerima email.   
2.     Email dikirim ke Mail Transfer Agent (MTA) yang bertanggung jawab untuk mengirimkan email ke receipient MTA. Sebuah MTA transfer mail antar komputer melalui protokol SMTP. Postfix,Sendmail, Exim dan Qmail adalah contoh dari sebuah MTA.
 3.   Penerima MTA menerima email dan dibagikan pada Agen Pengiriman Mail (Mail Delivery Agent). Sebuah MDA pengelola kotak pengguna dan untuk menangani pengirimanemail ke MUA baik menggunakan POP atau IMAP protokol.
  -       POP (Post Office Protocol)
      Meskipun kebanyakan mail client mempunyai pilihan untukTinggalkan salinan di server, POP biasanya digunakan untuk men-download semua             pesan dari kotak surat, menyimpannya pada PC pengguna sebagai pesan baru dan menghapusnya dari server.
  -       IMAP (Internet Message Access Protocol)
      Memungkinkan pengguna untuk melihat kotak surat mereka pada server dan menghapus mail hanya ketika diberitahu untuk melakukannya. 

  4.   Penerima atau pengguna email dapat menggunakan Mail User Agent untuk memeriksa dan mengambil pesan dari Mail Delivery Agent, misalnya microsoft outlook atau thunderbird dan banyak lagi aplikasi lainnya.

sumber:http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,14-id,36180-lang,id-c,teknologi-t,Bagaimanakah+Cara+Kerja+Surat+Elektronik++email+-.phpx

Penyatuan Zona Waktu dan Jadual Sholat

=========
Penyatuan Zona Waktu dan Jadual Sholat
===========================

Penyatuan zona waktu Indonesia dari tiga zona WIT, WITA, dan WIB secara bisnis memiliki efisiensi. Tetapi dari aspek sosial akan muncul terkait persoalan kewajiban sholat lima waktu bagi penduduk beragama Islam. Waktu sholat tidak akan sinkron dengan waktu istirahat siang, khususnya di Jawa bagian barat dan Sumatera.

Penyatuan waktu akan membuat jam sholat di WIB mundur. Sebaliknya, jam kerja maju dibandingkan dengan saat ini. Di WIT, jam sholat akan maju sedangkan jam kerja mundur.

Saat ini waktu sholat zuhur di Jakarta pada pukul 11.36-12.07. jika waktu disatukan, waktu shalat zuhur di Jakarta akan bergeser menjadi pukul 12.36-13.07

Jika waktu istirahat ditetapkan pada pukul 12.00-13.00 WI, saat waktu istirahat habis di Jakarta, waktu zuhur baru mulai Karyawan perlu diberi tambahan waktu istirahat 15.30 menit pada Senin-Kamis dan 30-60 menit di Jum’at.

Hal serupa akan dialami perkerja di Jawa bagian barat dan Sumatera. Jumlah penduduk di wilayah ini hampir separuh dari total penduduk Indonesia.

“Penambahan waktu istirahat merupakan potensi inefisiensi yang menganggu komunikasi bisnis dan dinas“ kata Thomas, yang juga anggota Badan Hisab Rukyat Kementerian Agama.

Penambahan waktu istirahat akan membuat waktu kerja antara Indonesia barat dan timur tidak selaras. Ini jelas tidak sesuai tujuan awal penyatuan zona waktu.

Jika waktu istirahat diundur demi memberi kesempatan ibadah bagi umat Islam di bagian barat Indonesia, misalnya menjadi pukul 12.30-13.30, akan memberatkan penduduk di Indonesia timur. Mereka harus menunda waktu makan siang 1-2 jam dibandingkan saat ini. Pengunduran membuat saat istirahat di Indonesia timur baru mulai waktu shalat zuhur sudah hampir selesai.

Persoalan lain, jika waktu kerja dimulai pukul 08.00 WI penduduk di bagian barat akan berangkat lebih pagi daripada saat ini. Warga komuter Jakarta yang biasa berangkat pukul 05.00 WIB akan barangkat pukul 04.00 WI. Demikian pula anak sekolah. Persiapan lebih dini akan membuat konsumsi listrik pada pagi hari melonjak karena matahari di Jakarta baru terbit pukul 06.25-07.05 WI. Shalat subuh yang semula dilakukan di rumah harus dilakukan di jalan karena waktu subuh pukul 05.12.-05-51.

Sebaliknya, kata Moedji, penduduk di Jayapura akan sampai magrib di kantor. Konsumsi listrik meningkat karena waktu kerja berakhir setelah matahari terbenam.

Penduduk di Jawa bagian barat dan Sumatera akan pulang lebih siang. Sepulang kerja, masyarakat biasanya mencari hiburan lewat televisi atau hiburan di luar. Hal ini akan meningkatkan konsumsi listrik rumah tanggi di wilayah itu pada pagi dan sore hari.


Dikutip dari harian Kompas, Rabu, 21 Maret


Mencari Titik Temu Awal Ramadlon

==========
Mencari Titik Temu Awal Ramadlon (1)
=======================
KH Ghazalie Masroeri
Ketua Lajnah Falakiyah PBNU
Penentuan awal Ramadlan, awal Syawal, dan awal Dzulhijjah di negara-negara muslim selain Indonesia tidak mengalami permasalahan. Penentuannya diitsbatkan oleh Negara (Malik, Sulthon, Amir, dan lain-lain), kemudian umat Islam mengkutinya. Itsbat itu diterbitkan atas dasar pada rukyah, meskipun ilmu hisab berkembang.

Lain halnya di Indonesia. Penentuan awal Ramadlan, awal Syawal, dan awal Dzulhijjah di Indonesia diitsbatkan oleh Menteri Agama RI dalam sidang itsbat yang dihadiri oleh Ormas-Ormas Islam. Setelah mendengar pandangan peserta sidang, kemudian Menteri Agama RI menerbitkan itsbat berdasarkan rukyah dan hisab sesuai dengan rekomendasi MUI yang diputuskan dalam ijtima’ ulama’ komisi fatwa MUI dan Ormas-Ormas Islam se Indonesia pada tanggal 16 Desember 2003.

Secara formal, itsbat itu berlaku bagi seluruh umat Islam di Indonesia. Tetapi dalam kenyataan sering terdapat kelompok-kelompok muslim mengambil sikap berbeda dengan itsbat itu. Idealnya, setelah diterbitkan itsbat, maka perbedaan harus sudah selesai, sesuai dengan yang dialami oleh para sahabat pada masa Rasulullah SAW. Riwayat Rib’i bin Hirasy dari salah seorang sahabat Rasulullah SAW bahwa para shahabat berbeda pendapat tentang akhir ramadlan, di tengah-tengah perbedaan itu datanglah dua orang a’robi melaporkan kepada Rasulullah SAW dan bersumpah:

بِاللهِ َلاَهَلَّ اْلهِلاَلُ اَمْسِ عَشِيَّةً ً 
Demi Allah sejatinya hilal telah tampak kemarin sore

Atas dasar laporan dan sumpah (rukyah berkualitas) tersebut, maka Rasulullah saw mengitsbatkan hari itu hari Idul Fitri dan memerintahkan para sahabat untuk shalat ‘ied pada keesokan harinya (karena waktu itu sudah dzuhur) (HR. Ahmad dan Abu Daud). Kemudian perbedaan sudah selesai.

Perbedaan terjadi karena adanya perbedaan metode dan perbedaan kriteria dalam menentukan awal bulan.

Ilmu hisab berasal dari India masuk ke dalam kalangan Islam ketika era dinasti Abbasiyah abad 8 Masehi. Dewasa ini lebih dari dua puluh metode hisab berkembang di Indonesia. Antara metode-metode itu terdapat perbedaan, terutama antara metode taqribi dengan metode tahqiqi/tadqiqi/’ashri. Dan adanya perbedaan tentang kriteria awal bulan yaitu perbedaan antara kriteria wujudul hilal dengan kriteria imkanur rukyah. Perbedaan dalam hitungan menit masih dapat diberi toleransi, tetapi ketika perbedaan dalam hitungan derajat dan hari maka menimbulkan persoalan serius, seperti adanya perbedaan hitungan hisab taqribi dengan hitungan hisab tahqiqi/tadqiqi/’ashry tentang Idul Fitri 2011 M.

Perbedaan hitungan hisab yang menimbulkan persoalan serius ini mengundang adanya perselisihan mengenai kedudukan hisab di samping rukyah. Apakah hisab berfungsi sebagai instrumen pendukung dan pemandu rukyah; ataukah hisab dapat menggantikan rukyah.

Dalam pada itu, terdapat kelompok-kelompok kecil di luar Ormas-Ormas Islam yang menentukan awal Ramadlan, awal Syawal, dan awal Dzulhijjah menurut urfi masing-masing.

Sesungguhnya semua sistem penentuan awal bulan mempunyai kesaaman yaitu bahwa adanya hilal sebagai tanda datangnya awal bulan baru. Yang menjadi masalah ialah, adanya perbedaan mengenai kriteria hilal. Untuk itu kita perlu mengetahui definisi hilal secara bahasa, syar’i dan sains.

Hilal Menurut Bahasa

Hilal dalam Bahasa Arab adalah sepatah kata isim yang terbentuk dari 3 huruf asal yaitu ha-lam-lam (ﻫ - ل - ل), sama dengan asal terbentuknya fi’il (kata kerja) هَلَّ dan tashrifnya اَهَلَّ. Hilal (jamaknya ahillah) artinya bulan sabit, suatu nama bagi cahaya bulan yang tampak seperti sabit. هَلَّ dan اَهَلَّ dalam konteks hilal mempunyai arti bervariasi sesuai dengan kata lain yang mendampinginya yang membentuk isthilahi (idiom). Bangsa Arab sering mengucapkan:

هَلَّ الِْهَلاَلُ dan اَهَلَّ اْلهِلاَلُ artinya bulan sabit tampak.
هَلَّ الرَّجُلُ artinya seorang laki-laki melihat/memandang bulan sabit.
اَهَلَّ الْقَوْمُ الْهِلاَلَ  artinya orang banyak teriak ketika melihat bulan sabit.
هَلَّ الشَّهْرُ artinya bulan (baru) mulai dengan tampaknya bulan sabit.

Jadi menurut Bahasa Arab, hilal adalah bulan sabit yang tampak pada awal bulan dan dapat dilihat. Kebiasaan orang Arab berteriak kegirangan ketika melihat hilal.

Hilal Menurut al-Qur’an

Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 189 mengemukakan pertanyaan para sahabat kepada Nabi SAW tentang ahillah (jamak dari hilal):

يَسْأَلونَكَ عَنِ الأَهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيْتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ  ...

Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji…””

Ayat ini menunjukkan bahwa ahillah atau hilal itu sebagai kalender bagi kehidupan manusia dan ibadah, termasuk ibadah haji. Pertanyaan itu muncul karena sebelumnya para sahabat telah melihat penampakan hilal atau dengan kata lain hilal telah tampak terlihat oleh para sahabat.

Para mufassir telah mendefinisikan, bahwa hilal itu pasti tampak terlihat. Al-Maraghi dalam tafsirnya jilid I halaman 84 mengemukakan sebuah riwayat dari Abu Na’im dan Ibnu ‘Asakir dari Abi Sholih dan Ibnu Abbas menceritakan:


اِنَّ مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ وَثَعْلَبَةَ بْنَ غُنَيْمَةٍ قَالاَ: يَارَسُوْلَ اللهِ, مَا بَالُ الْهِلاَلِ يَبْدُوْ دَقِيْقًا مِثْلَ الْخَيْطِ ثُمَّ يَزِيْدُ حَتَّى يَعْظُمَ وَيَسْتَوِىَ وَيَسْتَدِيْرَ, ثُمَّ لاَ يَزَالُ يَنْقُصُ وَيَدُقُّ حَتَّى يَعُوْدَ كَمَا كَانَ, لاَ يَكُوْنُ عَلَى حَالٍ فَنَزَلَتِ اْلاٰيَة 

Sesungguhnya Mu’adz bin Jabal dan Tsa’labah bin Ghunaimah bertanya: “Ya Rasulallah, mengapa keadaan hilal itu tampak lembut cahayanya laksana benang, selanjutnya bertambah sehingga membesar, merata dan bundar, dan kemudian berangsur-angsur menyusut dan melembut sehingga kembali seperti keadaan semula, tidak dalam satu bentuk?” Maka turunlah ayat ini.”

Ash-Shabuni dalam tafsirnya Shafwatuttafasir juz I halaman 125 mengemukakan tafsir ayat tersebut sebagai berikut:

يَسْأَلُوْنَكَ يَامُحَمَّدْ عَنِ الْهِلاَلِ لِمَ يَبْدُوْ دَقِيْقًا مِثْلَ الْخَيْطِ ثُمَّ يَعْظُمُ وَيَسْتَدِيْرُ ثُمَّ يَنْقُصُ وَيَدُقُّ حَتىَّ يَعُوْدَ كَمَا كَانَ؟

Mereka bertanya kepadamu hai Muhammad tentang hilal mengapa ia tampak lembut semisal benang selanjutnya membesar dan terus membulat kemudian menyusut dan melembut sehingga kembali seperti keadaan semula?”

Dalam pada itu Sayyid Quthub dalam tafsirnya fii Zhilalilqur’an juz I halaman 256 menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut:

فَهُمْ يَسْأَلُوْنَ عَن اْلاَهِلَّةِ ... مَا شَأْنُهَا؟ مَا باَلُُ الْقَمَرِ يَبْدُوْ هِلاَلاً ثُمَّ يَكْبُرُ حَتىَّ يَسْتَدِيْرَ بَدْرًا ثُمَّ يَأْخُذُ فِى التَّنَاقُصِ حَتَّى يَرْتَدَّ هِلاَلاً ثُمَّ يَخْتَفِى لِيُظْهِرَ هِلاَلاً مِنْ جَدِيْدٍ؟


“Maka mereka bertanya tentang ahillah (hilal) … bagaimana keadaan ahillah (hilal)? Mengapa keadaan qamar (bulan) menampakkan hilal lalu membesar sehingga bulat menjadi purnama selanjutnya berangsur menyusut sehingga kembali menjadi hilal lagi dan kemudian menghilang tidak tampak untuk selanjutnya menampakkan hilal dari (bulan) baru?

Al-Maraghi dalam tafsirnya jilid 4 hal 67 menafsirkan ayat …وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ (QS Yunus : 5) sebagai berikut:


وَقَدَّرَ سَيْرَ اْلقَمَرِ فِىْ فَلَكِهِ مَنَازِلَ يَنْزِلُ كُلَّ لَيْلَةٍ فِى وَاحِدٍ مِنْهَا لاَ يُجَاوِزُهَا وَلاَ يَقْصُرُ دُوْنَهَا وَهِيَ ثَمَانِيَةٌ وَعِشْرُوْنَ يُرَى الْقَمَرُ فِيْهَا بِاْلاَبْصَارِ , وَلَيْلَةٌ اَوْ لَيْلَتَانِ يُحْتَجَبُ فِيْهِمَا فَلاَ يُرَى .

Allah menetapkan perjalanan bulan pada orbitnya beberapa manzilah; setiap malam menempati satu manzilah; tidak akan melampaui dan tidak berkurang dari padanya. Adapun manzilah-manzilah itu ialah 28 manzilah yang di dalamnya bulan terlihat oleh mata, dan 1 malam atau 2 malam bulan tertutup, maka tidak dapat dilihat.”

Penafsiran ini mengisyaratkan bahwa dari observasi bulan al-Maraghi berkesimpulan:

Awal bulan ditandai dengan penampakan hilal yang dapat dilihat dengan mata di awal malam (sesaat setelah matahari terbenam).

27 manzilah berikutnya, yakni tanggal 2 sampai dengan 28, bulan dapat dilihat dengan mata.

Manzilah ke-29 atau ke-30, bulan tidak dapat dilihat dengan mata.

Penafsiran yang sama juga dilakukan al-Maroghi terhadap surat Yasin ayat 39.

Jelaslah menurut ayat-ayat Al-Qur’an dan tafsirnya tersebut, bahwa hilal atau bulan sabit itu pasti tampak terlihat.

Hilal Menurut as-Sunnah

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Daud dari Rib’i bin Hirasy dari salah seorang sahabat Rasulullah SAW sebagaimana disebutkan di depan :

بِاللهِ لَاَهَلَّ اْلهِلاَلُ اَمْسِ عَشِيَّةً  

Demi Allah sungguh telah tampak hilal kemarin sore

Hadits ini menyatakan bahwa hilal itu pasti tampak terlihat. Demikian pula dalam hadits-hadits yang lain seperti hadits Mu’adz bin Jabal dan Tsa’labah bin Ghunaimah tersebut di atas:

يَارَسُوْلَ اللهِ, مَا بَالُ الْهِلاَلِ يَبْدُوْ دَقِيْقًا مِثْلَ الْخَيْطِ …

(Artinya : “Ya Rasulallah, mengapa keadaan hilal itu tampak lembut cahayanya laksana benang”)

Hilal Menurut Sains

Hilal atau bulan sabit atau dalam istilah astronomi disebut crescent adalah bagian dari bulan yang menampakkan cahayanya terlihat dari bumi ketika sesaat setelah matahari terbenam pada hari telah terjadinya ijtima’ atau konjungsi.

Dari tinjauan bahasa, Al-Qur’an/tafsir, As-Sunnah dan tinjauan sains sebagaimana diutarakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa hilal adalah bulan sabit yang cahayanya lembut laksana benang yang tampak dan terlihat dari bumi dengan mata di awal bulan, sesaat setelah terbenamnya matahari di hari telah terjadinya ijtima’ atau konjungsi, sebagai tanda datangnya bulan baru.

Kalau tidak tampak tidak disebut hilal. Hilal tidak hanya dalam angan-angan/pemikiran; dan tidak hanya dalam dugaan/keyakinan. Untuk mengetahui adanya penampakan hilal (ظُهُوْرُ الْهِلاَل), diperlukan upaya-upaya observasi, pengamatan, atau rukyah di lapangan.


* Makalah disampaikan dalam acara Mudzakarah di Aula TK Islam Al-Azhar lt.II Kampus Al-Azhar Kebayoran Baru, Senin 2 Juli 2012, yang dipanel dengan Prof. DR. Thomas Djamaluddin (Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, LAPAN), dan Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, M.A.(Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah). Moderator : Dr. HM. Hartono, MM (Ka. Sekretariat Masjid Agung Al Azhar)
 
sumber:http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,14-id,38650-lang,id-c,teknologi-t,Mencari+Titik+Temu+Awal+Ramadhan++1+-.phpx

IHWAL PENANGGALAN ISLAM (1) Tahun 1434 atau 1424?

==========
IHWAL PENANGGALAN ISLAM (1)
Tahun 1434 atau 1424?
===================
 

Hari Rabu, bertepatan dengan 14 November 2012, Sistem Penanggalan Islam memasuki tahun ke-1424. Kenapa tahun ke-1424H? Bukankah sekarang pada tanggal tersebut bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1434H?

 أيها الناس إن النسيء زيادة في الكفر يضل به الذين كفروا ، يحلونه عاما ويحرمونه عاما ، ليواطئوا عدة ما حرم الله فيحلوا ما حرم الله ويحرموا ما أحل الله . إن الزمان قد استدار كهيئته يوم خلق الله السموات والأرض وإن عدة الشهور عند الله اثنا عشر شهرا ، منها أربعة حرم ثلاثة متوالية ورجب مضر ، الذي بين جمادى وشعبان
Naskah di atas merupakan sebagain dari khutbah wada Nabi Muhammad SAW yang dinukil dari buku sejarah Hidup Muhammad (Muhammad Husein Haikal) yang diterjemahkan sebagai berikut:

Wahai Manusia,
Sesungguhnya nasii’ (menunda-nunda berlakunya bulan Haram) itu menambah kekafiran. Dengan menangguh-nangguhkan itu, orang-orang kafir menyesatkan (manusia). Mereka menghalalkan pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat menyesuaikan dengan bilangan yang diharamkan Allah. Dengan demikian, mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah, padahal sesungguhnya zaman itu berputarseperti keadaannya pada saat Allah menciptakan langit dan Bumi. Sesungguhnya bilangan sasih di sisi Allah ada duabelas bulan, diantaranya ada empat bulan yang diharamkan (dimuliakan) yaitu tiga bulan berturut-turut ditambah Rajab Mudhar yang terletak antara Jumada dan Sya’ban.

Khutbah wada tersebut dilakukan oleh Nabi Muhammad pada hari Jumat tanggal 9 Dzulhijjah pada tahun ke 10 setelah pelakasanaan Hijrah Beliau dari Mekkah ke Madinah.

Dalam khutbah tersebut disebutkan pelaksanaan nasii’ yaitu menunda-nunda bulan Haram merupakan perbuatan orang-orang kasir yang menyesatkan, karena dengan adanya NASII menyebabkan kekacauan dalam sistem penanggalan yang ada sehingga hal-hal yang seharusnya haram menjadi dianggap halal dan yang halal menjadi dianggap haram.  Nasii’ merupakan penambahan hari dalam sistem penanggalan lunar ataupun lunisolar yang menyesuaikan hitungan bulan dengan perhitungan tahun sehingga bulan yang sama akan selalu berada pada musim yang sama.

Dari khutbah tersebut juga dapat dilihat sistem penanggalan dan praktek yang dilaksanakan oleh Bangsa Arab didasarkan pada sistem penanggalan lunisolar yang menggabungkan pergerakan bulan mengelilingi Bumi sebagai dasar perhitungan Bulan dan pergerakan Matahari mengelilingi Bumi sebagai dasar perhitungan Tahun. Hal ini mengakibatkan perlunya bulan tambahan untuk menyesuaikan dengan perhitungan tahunnya yang disebut NASI. Umumnya , setiap dalam  3 tahun sekali terdapat 1 bulan tambahan yang merupakan bulan tambahan (bulan ke-13).
Praktek pengunduran bulan Haram dengan menambahkan bulan tambahan tersebut dilarang oleh Allah SWT hal ni dikarenakan hitungan Bulan di sisi Allah SWT adalah 12. Hal ini dapat dilihat dalam surat at-Taubah ayat 36-37


إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ [٩:٣٦]إِنَّمَا النَّسِيءُ زِيَادَةٌ فِي الْكُفْرِ ۖ يُضَلُّ بِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا يُحِلُّونَهُ عَامًا وَيُحَرِّمُونَهُ عَامًا لِيُوَاطِئُوا عِدَّةَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ فَيُحِلُّوا مَا حَرَّمَ اللَّهُ ۚ زُيِّنَ لَهُمْ سُوءُ أَعْمَالِهِمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ [٩:٣٧
Jika dilihat, khutbah Nabi dilaksanakan pada Bulan Dzulhijjah yang merupakan bulan terakhir dalam sistem penanggalan bangsa arab ketika itu. Khutbah Wada Nabi Mihammad SAW yang melarang penggunaan nasii' merupakan awal bagi sistem penanggalan bagi masyarakat arab ketika itu sehingga dapat dibilang khutbah wada Nabi merupakan sebuah reformulasi konsep penanggalan yang berlaku ketika itu.

Dengan adanya larangan pada bulan terakhir tersebut, penanggalan bangsa Arab memasuki sistem baru yang kita sebut sebagai sistem penanggalan Islam. Sehingga pada tahun berikutnya yang merupakan tahun ke-11 sejak hijrah Nabi Muhammad SAW merupakan tahun pertama penggunaan sistem penanggalan Islam.

Adapun penggunaan tahun Hijriyyah sebagai tahun pertama dalam penanggalan Islam baru ditetapkan pada tahun ke-17 setelah Hijrah Nabi yang merupakan zaman Umar bin Khatab selaku Khalifah. Dengan demikian penanggalan Islam baru berusia 1423 Tahun sejak pertama kali ditetapkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam khtbah wada’nya.

Hendro Setyanto
Wakil Ketua Lajnah Falakiyah PBNU

Merebut Kembali Negara: Menuju Kepemimpinan Kaum Muda

=========
Merebut Kembali Negara: Menuju Kepemimpinan Kaum Muda
========================

Dalam salah satu artikelnya, On The State Question, Marx pernah menulis bahwa negara pada akhirnya menjadi “kerumunan ular buas” yang memangsa pawangnya. Proses ini disebabkan karena dua hal. Pertama, menguatnya kaum borjuasi (saudagar) di posisi pemerintahan.
Para saudagar inilah pemain utama yang menggunakan negara sebagai instrumen untuk mendapatkan keuntungan buat dirinya dan bukan buat masyarakat luas. Kedua, melemahnya kaum proletar (rakyat) dalam memahami fungsi-fungsi “kepemilikan” dan hak ecosoc sehingga dengan mudah digerus oleh kepentingan kapital-neoliberal.
Dua argumen inilah titik penting untuk mendiskusikan kembali state responsibility (tanggungjawab negara) terhadap rakyatnya terkait dengan “makin banyaknya orang mati kelaparan” di negara kita. Sebagaimana diberitakan banyak media, warga di kabupaten Yohokimo Papua sebanyak 55 orang mati kelaparan, 112 sakit parah dan sekitar 55.000 terancam bahaya yang sama (Kompas, 9/12) adalah bukti bahwa negara telah “gagal” bertanggungjawab terhadap fungsinya sebagai “panitia sekaligus penjamin kesejahteraan rakyat.”
Apa pasal sehingga negara gagal menjamin kesejahteraan rakyatnya? Ada dua jawaban yang dapat kita kemukakan. Pertama, gerakan reformasi masih menyisakan tradisi dan bentuk mitos state pada kita semua. Dalam negara mitos, aparatus negara hidup dengan cara-cara skriptural, eskatologis, melankolis, dan romantis. Hidup dalam skripturalisme artinya para aparatus negara kita hanya mengandalkan “catatan laporan” tanpa sidak ke lapangan. Padahal, catatan laporan para bawahan seringkali dibuat “asal bapak senang (ABS).” Dus, hidup dalam fase skripturalisme pada akhirnya menyerahkan akal pada laporan, menitipkan masa depan pada masa lalu, lebih mempercayai “antek” daripada intelek,  menggantungkan keselamatan pada “benda mati,” dan merasa sempurna dalam perasaan tanpa tahu apakah sesungguhnya yang harus dilakukan agar sampai pada cita dan idealitasnya kemanusiaan.
Tradisi eskatologis artinya, ketika negara mendapat bahaya dan bencana, para aparatus negara hanya dapat menjelaskan bahwa itu semua berasal dari Tuhan. Lewat nyanyian, doa dan fatwa, para ulama dan artis diajak ikut mengkampanyekan “tuhan mulai bosan” bersahabat dengan kita, tanpa pernah ditemukan siapa penanggung jawab yang harus mengatasi bahaya dan bencana tersebut.
Sikap melankolis artinya, aparatus negara lebih suka kampanye dan bicara tanpa banyak bekerja. Seakan-akan dengan mengiklankan diri di media, seluruh persoalan negara sudah teratasi. Sedang tindakan romantis artinya, jika ada tuntutan untuk segera menyelesaikan problem-problem negara, para aparatus negara meminta waktu yang panjang dan tak berkesudahan sambil melempar tanggungjawab dan mengatakan bahwa “kesalahan itu” bukan hanya darinya melainkan juga merupakan warisan rezim masa lalu.
Kedua, gerakan reformasi baru mempraktekkan materialism state. Karakter dasar dari negara material adalah “meminta rakyat banyak berkorban” yang diimbangi dengan gaya hidup “high class” para aparatus negara. Kenaikan gaji legislatif dan eksekutif yang sangat mencolok disertai “banyaknya orang mati antri dapat BLT” adalah buktinya. Pada fase negara material ini yang dikembangkan baru gagasan individualisme, unitarian, simbolik dan profanitas. Yang sakral, kerumunan dan abstrak memang telah berkurang dan diganti dengan hal-hal baru yang lebih efisien-subtansial.
Problemnya, fase negara material ini tidak dibarengi dengan pembangunan karakter dan etos kerja. Padahal pembangunan karakter  (character building) adalah prasyarat bagi pembangunan negara secara menyeluruh (nation-state building). Itu artinya, tanpa karakter yang kuat niscaya etos kerja dan martabat negara tidak akan “hadir” di keseharian kita. Ketika etos kerja melemah maka sinetron kita diisi dengan cerita setan dan episode “lawakan” serta uacapan Tuhan yang diulang-ulang, ritual ibadah yang berlebihan. Ketika kerja tidak dibudayakan maka korupsi menjadi jawaban.
Tentu saja semua problem di atas harus segera diselesaikan, sebab dengan surplus kekayaan yang sebenarnya melimpah ruah, kita masih sengsara karena kemiskinan dan penjajahan oleh bangsa sendiri. Baik miskin spiritual, kapital maupun intelektual. Suatu kemiskinan akibat bukan hanya nalar dan nasib yang belum matang tetapi juga karena kejamnya kapitalisme global. Meminjam istilah Marx, bangsa kita sedang mengalami “appropriation of surplus value” (perampokan surplus nilai oleh para kapitalis-borjuis). Di sinilah ironi kehidupan kita.
Sesungguhnya, manusia adalah hewan pembuat sejarah. Sayangnya, di atas kanvas panjang sejarah politik Indonesia, kita adalah homo-historikum yang gemar menorehkan sapuan-sapuan gelap, jahat dan liar. Sedemikian rupa parahnya, sehingga sejarah politik negeri ini terlalu kriminal dan patologis untuk diajarkan kepada generasi muda.  Sejarah bangsa ini hanya menjadikan rakyatnya budak, murid, pasien, pasar bahkan kelinci  percobaan yang tak kunjung selesai dari para penjajah.
Agar sejarah bangsa ini martabatif dan segera selesai penderitaan rakyat banyak, negara kita harus direbut kembali dari “kaki-tangan asing neoliberal.” Negara harus dimerdekakan kembali untuk yang kedua kalinya. Karena itu, politik prioritas gerakan perebutan kembali negara (reclaiming state) harus mulai mengembangkan kemerdekaan total dan tidak menjadi hemisphere atau sphere of influence dari politik negara-negara kapitalis. Sebaliknya menjadi penyeimbang yang kuat dan wibawa. Karena itu, politik baru harus punya cetak biru dan jejak langkah national building yang berkarakter kuat [strong character building] dalam pemihakan pada rakyat. Politik baru harus berangkat dari kesadaran dan usaha untuk menuntaskan hubungan universal-egaliter antara negara dan antara civil society, pembentukan formasi sosial sipil baru, pengentasan kemiskinan (poverty), perluasan pendidikan rakyat (massif education), kemerdekaan baru, penciptaan teks baru,  penghilangan perasaan marginal (pariferal syndrom) yang dialami oleh banyak identitas di Indonesia, penegakan hukum dan jaminan rasa aman siang malam.
Untuk itu masyarakat di negara post-kolonial harus memulai dialektikanya dengan mendekonstruksi wilayat teritorial, dekonstruksi personal [anti kultus], dekonstruksi mitos-sejarah dan peniscayaan masyarakat organik, negara adil-radikal, investasi tinggi di bidang sosial, agama yang membebaskan, lembaga-lembaga yang sehat, keberpihakan pada nilai, perdamaian abadi dan penuntasan the Indonesian Dream (cita-cita seluruh rakyat) sebagaimana tercantum dalam UUD-45.
Ketika yang lama sedang sekarat, yang baru belum kuat karena mandeknya reformasi, maka saatnya kita semua bergandengan tangan untuk merasionalisasi otoritas secara lebih luas, bahwa hanya dengan bersama bergotong royong, berdisiplin, berhemat, berkeyakinan, bertekad secara antusias, cita-cita negara akan segera kesampaian.
Karena itu peningkatan partisipasi politik dan diferensiasi profesi adalah keniscayaan. Pendidikan adalah ruh dan tulangnya, serta ideologi kerakyatan adalah darah segarnya. Dengan kesadaran menyeluruh inilah, masa depan aparatus negara kita akan diisi oleh mereka yang berprestasi, bukan karena darah dan kolusi. Generasi inilah yang akan merebut negara untuk memakmurkan rakyatnya, bukan hanya untuk diri sendiri, partai dan keluarganya.
Kaum Muda Memimpin?
Agar tidak panjang kutukan dan amanat/cita-cita Proklamasi, para Founding Father dan reformasi tidak dilupakan,  diskursus kepemimpinan perlu dikaji ulang. Yatu sebuah pencarian pemimpin yang bisa menjalankan amanat reformasi, menjalankan kewarasan dan asketisme serta pembaruan. Dan itu, bukan dari kaum tua atau elite sekarang. Kaum tua dianggap tak lebih dan tak bukan “anak kandung dan anak ideologis” orla dan orba yang telah menyengsarakan rakyat. Mereka gagal membawa kita pada kehidupan merdeka, di mana rakyat berdaulat. Mereka tak akan sanggup menegakkan hukum untuk semua. Sebalinya tebang pilih adalah langgamnya.
Di luar itu semua, alasan kepemimpinan kaum muda adalah; Pertama, evaluasi terhadap jalannya reformasi yang disimpulkan “mati muda.” Kedua, munculnya distrust society yang semakin hari semakin menguat di masyarakat yang ditujukan pada sejumlah elit. Baik elite dan tokoh partai, agama, pemerintah maupun akademisi. Ketiga, kesadaran bahwa kaum muda adalah “penanggungjawab” yang paling sah terhadap reformasi dan bangsa ini. Ketiga alasan ini kemudian merangkumkan kaum muda untuk membentuk satu bloc historis yang menjalankan beberapa agenda.
Intinya adalah,  menyadari bahwa politik sebagai suatu karsa untuk menegakkan moralitas dan rasionalitas publik yang bertanggungjawab. Sebab, tindakan berpolitik, menurut Hannah Arendt (1973), merupakan salah satu human condition yang berbasis aksi bersama dalam memperjuangkan kepentingan secara berkeadaban (civic).  “Menjadi warga politik,” tulis Arendt, “berarti hidup di dalam suatu polis, tempat segala sesuatu diselesaikan lewat argumentasi, persuasi, bahkan radikal-revolusioner yang unviolence.”
Hanya kaum muda yang akan sanggup menjalankan misi tersebut. Hanya kaum muda yang sungguh-sungguh bekerja pada kemajuan bangsa. Betapa peristiwa-peristiwa besar bangsa ini dilakukan oleh kaum muda, kata Pramudya Ananta Toer. Bukan militer, Polri, Kiyai, Profesor, Petani, Pedagang apalagi avonturir politik. Karena itu, memilih kaum muda untuk memimpin bangsa ini bukan mimpi di siang bolong. Sebaliknya kewajiban bersama agar Jakarta pada khususnya, Indonesia pada umumnya tidak tenggelam oleh amuk kejahatannya sendiri. Yang muda, pembaharu, sipil dan berdedikasi pada rakyat luas harus maju. Siapa tahu ini saatnya!

*ABDUL GHOPUR>Penulis adalah kader Muda NU; pendiri Lembaga Kajian Strategis Bangsa (LKSB), menulis Buku "Sumber Daya Alam Indonesia Salah Kelola: Kritik Pengelolaan SDA Rezim Pasca-kolonial", 2012

sumber:http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,4-id,45271-lang,id-c,kolom-t,Merebut+Kembali+Negara++Menuju+Kepemimpinan+Kaum+Muda-.phpx


PEMBANGUNAN MASJIDIL HARAM Pekerja Kasar dari Indonesia Diupah Rp 5,6 Juta

=========
PEMBANGUNAN MASJIDIL HARAM
Pekerja Kasar dari Indonesia Diupah Rp 5,6 Juta
==============================
Mekkah, NU Online
Di balik cerita mengenai proses pembangunan Masjidil Haram dan pengurangan kuota haji 20 persen, ada cerita lain, yakni mengenai orang-orang Indonesia yang terlibat dalam proyek pembangunan itu.

Tahun 2004, perluasan Masjidil Haram digalakkan. Saat itu, tidak kurang 5.000 pekerja dilibatkan. Mereka berasal dari berbagai penjuru dunia. Tak luput pula dari Indonesia.

Pantauan NU Online, bukit-bukit di sekitar sini sudah tidak 'menganggur' lagi. Pemerintah benar-benar memanfaatkannya. Mulai dari pembangunan ribuan apartemen, lahan tandus dijadikan tempat perhotelan lengkap dengan restoran super mewah.

Traktor-traktor, truk, dan alat-alat berat lainnya menghiasi jalan-jalan menuju Makkah. Kalau di Madura, bukit-bukit dihiasi dengan pepohonan dan rumah-rumah penduduk. Sedangkan di sini berbeda, yang ada adalah tanah tandus yang akan dan atau sudah 'ditanami' gedung-gedung pencakar langit.

Seorang muthowwif yang mengenalkan dirinya kepada NU Online bernama Turmudzi menjelaskan, sejak tahun ini, perluasan Masjidil Haram dilipatgandakan.

"Proyeknya besar-besaran. Para pekerjanya sudah puluhan ribu. Pemerindah di sini menggalakkan perluasan tersebut tiada lain guna memenuhi kebutuhan zaman," terangnya dengan Bahasa Arab yang cukup lancar.

Kebutuhan zaman yang dimaksud ialah membludaknya para jamaah haji tiap tahunnya. Sebagai dampaknya, kuota jamaah haji kini dikurangi secara drastis. Namun demikian, pengurangan kuota haji tersebut berbanding lurus dengan berkurangnya pengangguran dunia.

Sanusi, pria asal Indonesia yang menjadi pekerja bertahun-tahun di Makkah menjelaskan, buruh dari Indonesia yang dimanfaatkan dalam perluasan Masjidil Haram kini mencapai ribuan.

"Dan upah di sini terbilang tinggi. Lima kali lipat bila dibanding UMK (upah minimum kerja, red) di Indonesia. Dalam sebulan, pekerja kasar diganjar Rp 5,6 juta atau Rp 2 ribu real," ungkap Sanusi.

Untuk itulah, Sanusi bersama para buruh Indonesia lainnya menyatakan sangat betah di tanah suci kelahiran Rasulullah SAW ini.

"Selain bekerja dengan upah yang tinggi, kami masih juga leluasa menajamkan ibadah di sini. Alhamdulillah," terangnya sembari pamit dan tergesa-gesa untuk melanjutkan pekerjaannya.

Sebagaimana diketahui, UMK di Indonesia terbilang minim. Di Kabupaten Pamekasan saja, hanya Rp 1.050.000. Itupun masih banyak perusahaan yang melakukan 'penindasan' dengan mengupah jauh di bawah UMK.

Ketua Lembaga Hukum dan  Keadilan Indonesia (LHKI) Cabang Madura Sudarsono menjelaskan, sudah sepantasnya Indonesia meneladani pola pengupahan para pekerja di Makkah tersebut.

"Minimal betul-betul menerapkan peraturan terkait penetapan UMK. Sangat naif manakala hanya bisa membuat peraturan untuk kemudian tidak diimbangi kontrol yang tegas," tukas Sudarsono.

sumber:http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,45-id,45477-lang,id-c,internasional-t,Pekerja+Kasar+dari+Indonesia+Diupah+Rp+5+6+Juta-.phpx

Subchan ZE Pemimpin Besar Yang Dilupakan Dan Sebagai Simpul Perjuangan

==========
Subchan ZE
Pemimpin Besar Yang Dilupakan Dan Sebagai Simpul Perjuangan
=====================
Krisis yang datang selalu menguji kualitas masyarakat dan individu, ketika krisis terjadi keadaan nyaris tak terkendali, semua mengalami disorganisasi dan disorientasi. Hanya individu dan masyarakat yang benar-benar dewasa dan matang yang tidak terseret dalam krisis sebab mereka relatif bisa mengendalikan diri, tidak terjerumus dalam sikap anarki atau melakukan amuk massa yang beringas.
Orang yang teruji dalam krisis akan muncul sebagai tokoh, ia akan dijadikan panutan, karena memiliki orientasi yang jelas, pemikiran yang cerdas, serta integritas moral yang kuat. Dari pimpinan seperti itu diharapkan akan bisa menerobos dari kungkungan krisis yang dialami selama ini. Dengan adanya pengujian berat semacam itu tidak mungkin pemimpin karbitan bisa bertahan dan tidak mungkin kader cangkokan bisa menjadi panutan. Tipe semacam itu telah menjadi korban utama krisis, sehingga kehadirannya hanya menjadi sampah, untuk mengatasi krisis butuh pemimpin yang matang dan memiliki integritas yang jelas.
Dalam situasi krisis menjelang runtuhnya Orde Lama 1964-1965 muncul tokoh muda Nu Subhan ZE, seorang tokoh kharismatik, dalam arti dihormati karena memiliki kecerdasan, kemampuan memimpin dan memiliki integritas serta keberanian menanggung risiko. Saat itu Subchan menjadi pimpinan kaum pergerakan demokrasi menghadapi Demokrasi Terpimpinnnya Soekarno, sehingga pikirannya menjadi rujukan kalangan aktivis mahasiswa dan pemuda saat itu. Persis dengan posisi Abdurrahman Wahid pada masa akhir Orde Baru yang menjadi simpul perlawanan terhadap rezim otoriter itu.
Hal itu menunujukkan bahwa NU selalu tampil memberikan jalan bagi bangsa ini ketika menghadapi krisis nasional, baik diminta atau tidak. Ini menunjukkan bahwa peran NU sangat dominan dalam membangun dan mempertahankan republik ini baik melalui massanya maupun tokoh elitenya yang muncul saat krisis, ketika pemimpin yang lain kehilangan legitimasinya. 

Sebagai Simpul Perjuangan
Subhan adalah pemimpin yang merangkak dari bawah, sejak dari pimpinan Cabang NU di Kudus, tetapi karena kepemimpinannya brilian, maka kemudian dipromosikan menjadi salah seorang pengurus besar NU. Sebagai seorang yang berangkat dari bawah, maka mekanisme demokrasi sangat diharapkan, sebab hanya dengan mekanisme itu kelompok yang tidak punya prelese memiliki akses politik dan kepemimpinan. Dengan latar belakang semacam itu maka wajar kalau sejak awal sangat concern pada demokrasi, karena itu keputusan Soekarno untuk melibas sidang konstituante serta mengeluarkan Dekrit Presiden 1959 benar-benar merisaukan Subhan, apalagi Dekrit tersebut kemudian mengarah pada pembentukan Demokrasi Terpimpin, yang bagi Subhan adalah pengkhianatan terhadap gagasan Demokrasi itu sendiri. Karena itu ia menggabungkan diri ke dalam kelompok oposisi yang terhimpun dalam Liga Demokrasi. Demokrasi menurut Subchan adalah sebuah proses tukar-menukar gagasan dan kekuatan, dari pergumulan ide dan kekuasaan itulah kemudian bisa dirumuskan pendapat bangsa.
Dalam suasana Demokrasi terpimpin yang otoriter, Subhan walaupun kapasitasnya sebagai pemimpin NU, namun jangkauan kepemimpinannya melampaui organisasinya itu. Dengan kejernihan pikirannya dan keberaniannya menyampaikan pikiran, maka pikiran dan tindakannya dijadikan rujukan kalangan pemuda dan mahasiswa pada umumnya. Dari situ subhan menyelenggarakan forum dialog baik formal maupun informal untuk tukar menukar gagasan, sebagai elemen dari demokrasi, sebelum kemudian di tingkat politik ia berusaha melakukan pergumulan kekuatan untuk membentuk kekuatan nasional. Tetapi hal itu sulit dicapai, sebab pemerintahannya tidak demokratis, anggota parlemen tidak dipilih tetapi diangkat, karena itu ia disamping berjuang melalui jalur partai politik NU, namun memiliki pijakan di dunia intelektual dan mahasiswa pada umumnya.

Kepedulian Terhadap Masalah Politik dan Ekonomi
Ketika Demokrasi Terpimpin menjadikan politik sebagai panglima, tetapi Subchan tidak terlalu terpengaruh pada iklim itu, karena itu ia tetap tekun dalam melakukan kajian ekonomi. Ia mengikuti beberapa kursus ekonomi di luar negeri dan menjadi mahasiswa tamu di sana antara lain di Standford University, Washington University dan Blumington University dan juga di California University. Dengan minatnya yang kuat ia memiliki pengetahuan ilmu ekonomi sangat mendalam. Dengan kemampuan itu ia menjadi anggota beberapa lembaga ekonomi seperti Ketua Dewan Ekonomi Indonesia Pusat, Wakil Presiden Perhimpunan Ekonomi Asia Afrika, menjadi Dekan Fak Ekomoni Universitas Nahdlatul 'Ulama dan dosen tamu bidamg ekonomi dan politik di berbagai universitas.

Ekonomi bagi Subhan buka hanya teori, tetapi juga praktik, sejak kecil ia memang telah bergumul dengan dunia bisnis, di kota industri Kudus, dari situ justru minatnya dalam bidang teori ekonomi tumbuh. Karena itu pengetahuannya tentang ekonomi tidak textbook thinking, melainkan penguasaan empiris, sehingga lebih relevan dan lebih berdaya guna dalam menyelesaikan masalah.
 
 
sumber: http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,13-id,8095-lang,id-c,tokoh-t,Pemimpin+Besar+Yang+Dilupakan-.phpx