Subchan ZE
Pemimpin Besar Yang Dilupakan Dan Sebagai Simpul Perjuangan
=====================
Krisis yang datang selalu menguji kualitas masyarakat dan individu,
ketika krisis terjadi keadaan nyaris tak terkendali, semua mengalami
disorganisasi dan disorientasi. Hanya individu dan masyarakat yang
benar-benar dewasa dan matang yang tidak terseret dalam krisis sebab
mereka relatif bisa mengendalikan diri, tidak terjerumus dalam sikap
anarki atau melakukan amuk massa yang beringas.
Orang yang teruji dalam krisis akan muncul sebagai tokoh, ia akan
dijadikan panutan, karena memiliki orientasi yang jelas, pemikiran yang
cerdas, serta integritas moral yang kuat. Dari pimpinan seperti itu
diharapkan akan bisa menerobos dari kungkungan krisis yang dialami
selama ini. Dengan adanya pengujian berat semacam itu tidak mungkin
pemimpin karbitan bisa bertahan dan tidak mungkin kader
cangkokan bisa menjadi panutan. Tipe semacam itu telah menjadi korban
utama krisis, sehingga kehadirannya hanya menjadi sampah, untuk
mengatasi krisis butuh pemimpin yang matang dan memiliki integritas yang
jelas.
Dalam situasi krisis menjelang runtuhnya Orde Lama 1964-1965 muncul
tokoh muda Nu Subhan ZE, seorang tokoh kharismatik, dalam arti dihormati
karena memiliki kecerdasan, kemampuan memimpin dan memiliki integritas
serta keberanian menanggung risiko. Saat itu Subchan menjadi pimpinan
kaum pergerakan demokrasi menghadapi Demokrasi Terpimpinnnya Soekarno,
sehingga pikirannya menjadi rujukan kalangan aktivis mahasiswa dan
pemuda saat itu. Persis dengan posisi Abdurrahman Wahid pada masa akhir
Orde Baru yang menjadi simpul perlawanan terhadap rezim otoriter itu.
Hal itu menunujukkan bahwa NU selalu tampil memberikan jalan bagi
bangsa ini ketika menghadapi krisis nasional, baik diminta atau tidak.
Ini menunjukkan bahwa peran NU sangat dominan dalam membangun dan
mempertahankan republik ini baik melalui massanya maupun tokoh elitenya
yang muncul saat krisis, ketika pemimpin yang lain kehilangan
legitimasinya.
Sebagai Simpul Perjuangan
Subhan adalah pemimpin yang merangkak dari bawah, sejak dari pimpinan
Cabang NU di Kudus, tetapi karena kepemimpinannya brilian, maka
kemudian dipromosikan menjadi salah seorang pengurus besar NU. Sebagai
seorang yang berangkat dari bawah, maka mekanisme demokrasi sangat
diharapkan, sebab hanya dengan mekanisme itu kelompok yang tidak punya prelese memiliki akses politik dan kepemimpinan. Dengan latar belakang semacam itu maka wajar kalau sejak awal sangat concern
pada demokrasi, karena itu keputusan Soekarno untuk melibas sidang
konstituante serta mengeluarkan Dekrit Presiden 1959 benar-benar
merisaukan Subhan, apalagi Dekrit tersebut kemudian mengarah pada
pembentukan Demokrasi Terpimpin, yang bagi Subhan adalah pengkhianatan
terhadap gagasan Demokrasi itu sendiri. Karena itu ia menggabungkan diri
ke dalam kelompok oposisi yang terhimpun dalam Liga Demokrasi.
Demokrasi menurut Subchan adalah sebuah proses tukar-menukar gagasan dan
kekuatan, dari pergumulan ide dan kekuasaan itulah kemudian bisa
dirumuskan pendapat bangsa.
Dalam suasana Demokrasi terpimpin yang otoriter, Subhan walaupun
kapasitasnya sebagai pemimpin NU, namun jangkauan kepemimpinannya
melampaui organisasinya itu. Dengan kejernihan pikirannya dan
keberaniannya menyampaikan pikiran, maka pikiran dan tindakannya
dijadikan rujukan kalangan pemuda dan mahasiswa pada umumnya. Dari situ
subhan menyelenggarakan forum dialog baik formal maupun informal untuk
tukar menukar gagasan, sebagai elemen dari demokrasi, sebelum kemudian
di tingkat politik ia berusaha melakukan pergumulan kekuatan untuk
membentuk kekuatan nasional. Tetapi hal itu sulit dicapai, sebab
pemerintahannya tidak demokratis, anggota parlemen tidak dipilih tetapi
diangkat, karena itu ia disamping berjuang melalui jalur partai politik
NU, namun memiliki pijakan di dunia intelektual dan mahasiswa pada
umumnya.
Kepedulian Terhadap Masalah Politik dan Ekonomi
Kepedulian Terhadap Masalah Politik dan Ekonomi
Ketika Demokrasi Terpimpin menjadikan politik sebagai panglima,
tetapi Subchan tidak terlalu terpengaruh pada iklim itu, karena itu ia
tetap tekun dalam melakukan kajian ekonomi. Ia mengikuti beberapa kursus
ekonomi di luar negeri dan menjadi mahasiswa tamu di sana antara lain
di Standford University, Washington University dan Blumington University
dan juga di California University. Dengan minatnya yang kuat ia
memiliki pengetahuan ilmu ekonomi sangat mendalam. Dengan kemampuan itu
ia menjadi anggota beberapa lembaga ekonomi seperti Ketua Dewan Ekonomi
Indonesia Pusat, Wakil Presiden Perhimpunan Ekonomi Asia Afrika, menjadi
Dekan Fak Ekomoni Universitas Nahdlatul 'Ulama dan dosen tamu bidamg
ekonomi dan politik di berbagai universitas.
Ekonomi bagi Subhan buka hanya teori, tetapi juga praktik, sejak
kecil ia memang telah bergumul dengan dunia bisnis, di kota industri
Kudus, dari situ justru minatnya dalam bidang teori ekonomi tumbuh.
Karena itu pengetahuannya tentang ekonomi tidak textbook thinking, melainkan penguasaan empiris, sehingga lebih relevan dan lebih berdaya guna dalam menyelesaikan masalah.
sumber: http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,13-id,8095-lang,id-c,tokoh-t,Pemimpin+Besar+Yang+Dilupakan-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar