Syekh Abdul Qadir Al-Jailani saat Umat Saling Mengkafirkan
==================
Negeri Baghdad
sedang mengalami kekacauan. Umat Islam terpecah belah. Para tokoh Islam
menjadikan khutbah Jum’at sebagai ajang untuk saling mengkafirkan. Di
saat bersamaan, seorang Abdul Qadir Al-Jailani muda diamanati oleh
gurunya, Syekh Abu Sa’ad Al-Muharrimi untuk meneruskan dan mengembangkan
madrasah yang telah didirikannya.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani lalu berpikir bahwa perpecahan di antara
umat Islam adalah akar masalah pertama yang harus segera disikapi, ilmu
pengetahuan tidak pada posisinya yang benar jika hanya digunakan
sebagai dalih untuk saling menyesatkan di antara sesama saudara.
Di tengah kegelisahannya atas keadaan umat Islam pada saat itu, Syekh
Abdul Qadir Al-Jailani berniat untuk menemui setiap tokoh dari
masing-masing kelompok, niat memersatukan umat Islam tersebut ia lakukan
dengan sabar dan istiqomah, meskipun hampir dari setiap orang yang
dikunjunginya justru menolak, mengusir, atau bahkan berbalik
memusuhinya.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani tetap teguh kepada prinsipnya, bahwa
perpecahan Islam di sekitarnya tidak bisa didiamkan, melalui madrasah
yang sedang dikembangkannya, dia mulai melakukan penerimaan murid dengan
tanpa melihat nama kelompok dan status agama.
Lama kelamaan para tokoh Islam yang secara rutin dan terus menerus
ditemuinya mulai tampak suatu perubahan, nasihat-nasihatnya yang lembut
dan santun membuat orang yang ditemuinya berbalik untuk berkunjung ke
madrasah yang diasuhnya, padahal usia mereka 40 tahun lebih tua dari
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani.
Hasil yang mewujud itu belum memberikan kepuasan bagi sosok yang kelak dikenal sebagai Sultonul Awliya
–raja para wali- ini, dikarenakan permusuhan antar sesama kelompok
Islam pada saat itu masih berlangsung, hingga pada suatu ketika,
beberapa tokoh Islam sengaja ia kumpulkan di sebuah majlis madrasah
tersebut, kemudian dia berkata:
“Kalian ber-Tuhan satu, bernabi satu, berkitab satu, berkeyaknan
satu, tapi kenapa dalam berkehidupan kalian bercerai-berai? Ini
menunjukkan bahwa hati memang tak mudah menghadap kepada Tuhan,”
Sontak seluruh tamu saling merasa bersalah, kemudian saling meminta
maaf, dan persatuan umat Islam yang dicita-citakan salah satu tokoh
besar Islam ini benar-benar terwujud.
Sobih Adnan
Disarikan dari ceramah Syekh Fadhil Al-Jailani, keturunan Syekh
Abdul Qadir Al-Jailani di Pesantren Kempek Cirebon, Jum’at 21 Juni 2013.
sumber:http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,51-id,45381-lang,id-c,hikmah-t,Syekh+Abdul+Qadir+Al+Jailani+saat+Umat+Saling+Mengkafirkan-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar