KH Ali Maksum Membela Kebenaran Amaliah Nahdhiyyin*) - 1
Judul
Asli Kitab
|
: “حجة أهل السنّة و
الجماعة”
|
|
(Hujjah Ahlissunnah Wal Jama’ah)
|
Judul Terjemahan
|
: KH Ali Maksum
Membela Kebenaran Amaliah Nahdhiyyin
|
Penyusun
|
: KH
Ali Maksum
|
Penterjemah
|
:
Achmad Suchaimi
|
______________________________________
KATA PENGANTAR
Bismillah,
walhamdulillah, was-sholatu wassalamu ‘ala Rosulillah, wa’ala alihi wa ashohbihi
waman walah, wala haula wala quwwata illa billah.
Naskah terjemahan yang berjudul “KH ALI MAKSUM MEMBELA KEBENARAN AMALIAH (Tradisi) NAHDHIYYIN” ini merupakan
terjemahan dari kitab berbahasa arab “Hujjatu
Ahlissunnah Wal Jama’ah, karya KH Ali Makshum, Rois Am PBNU periode 1979 - 1983.
Sesuai dengan judulnya, naskah ini menguraikan beberapa amaliah atau
tradisi keagamaan “Kaum Nahdhiyyin”
di Indonesia khususnya dan mayoritas kaum “Ahlussunnah Wal Jama’ah”
di dunia pada umumnya, seperti tradisi talqin mayyit pasca penguburan,
ziarah kubur, shalat tarawih 20 rakaat, wisata ziarah ke makam Rasulullah,
penetapan awal-akhir ramadhan dan lain-lain. Namun menginjak awal abad
duapuluh miladiyah, amaliah dan tradisi kaum Nahdhiyyin tersebut digugat keabsahannya oleh “segerombol”
umat islam yang menyatakan diri sebagai Kaum Modernis, MTA (Majlis Tafsir
Al-Qur’an), Salafi Wahhabi dan antek-anteknya dengan tuduhan bid’ah,
syirik, kufur, sesat dan lain-lain. Akibatnya, tidak jarang hal ini
menimbulkan keresahan, perpecahan, dan bahkan bentrok fisik di kalangan kaum
Muslimin sendiri, yang berujung pada rusaknya ukhuwwah Islamiyyah.
Padahal kalau dikaji lebih dalam, amaliah dan tradisi tersebut merupakan
persoalan furu’ iyyah fiqhiyyah (cabang),
bukan ushul (prinsip) dan bersifat ijtihadiyah (hasil pemikiran
ijtihad) yang memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat di kalangan ulama. Di
samping itu, amaliah dan tradisi ini sudah mapan berkembang sejak periode awal
pembentukan Islam, yakni sejak masa Nabi SAW dan masa-masa sesudahnya sampai
sekarang. Sehingga tidak ada gunanya memperdebatkan dan mengungkit-ungkit
persoalan yang sudah mapan berkembang tersebut, apalagi sampai menimbulkan
bentrok fisik dan rusaknya ukhuwwah Islamiyyah. Na’udzibillahi min
dzalik.
Melalui karya tulisnya ini, KH Ali Makshum berusaha untuk membela dan
mempertahankan kebenaran amaliah dan tradisi tersebut dengan cara
mengkaji kembali, meneliti dalil-dalilnya dan mengembalikannya kepada sumbernya
yang asli, yakni Al-Qur’an, Hadis, serta perilaku para sahabat dan salafus-shalih.
Dengan harapan agar kaum Nahdhiyyin khususnya dan kaum Muslimin pada umumnya
akan semakin mantap dalam menjalankan amaliah dan tradisinya, serta tidak
terjebak kedalam percekcokan dan perdebatan semu dengan sesama saudara muslim
tentang persoalan khilafiyah.
Sehubungan dengan itu, kami sengaja untuk mempublikasikan hasil
penterjemahan atas karya monumental KH Ali Maksum tersebut melalui blog “Alumni
Krapyak Ngayogjokarto Berbagi” ini secara bersambung, dengan
mengikutsertakan teks arabnya.
Selanjutnya, kami menyadari bahwa naskah ini masih banyak
kekurangan disana sini. Oleh karenanya, saran, masukan dan kritik yang
konstruktif sangat kami harapkan untuk penyempurnaan naskah ini di masa depan.
Tak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian naskah ini, terutama kepada KH Asyhar
Sofwan, MPdI (pengasuh PP Al-Fatih Tambos Sby & Katib Syuriyah PCNU
Kota Surabaya) atas koreksi & masukannya, dan Ustadz Muhammad
Ma’ruf (Ketua LBM PCNU Kota Surabaya & Pengasuh acara Hujjah Aswaja di TV9) yang meluangkan waktunya untuk mentakhrij
Hadis-hadisnya.
Akhirul kalam. Semoga bermanfaat dan membawa keberkahan. Robbi
fanfa’naa bibarktihii, wahdinal husnaa bihurmatihii. Wa amitnaa fii
thoriiqotihii, wa mu’aafaatin minal fitani. Amin. (Penterjemah).
_________________________________________________
T A Q D I M
Oleh KH Ali Maksum
الحمد لله الذي انزل الكتاب تبيانا لكل شيئ و هدى
و رحمة لقوم يؤمنون. فيه بصائر و نور و شفاء لما في الصدور. و لا يعقله الا الراسخون.
فاسألوا أهل الذكر إن كنتم تعلمون. و قال تعالى : و من يشاقق الرسول من بعد ما
تبين له الهدى و يتـبع غير سبيل المؤمنين نوله ما تولى و نصله جهنـم و ساءت مصيرا
( سورة النساء, 4 : 115 ) .
و الصلاة و السلام على سيدنا محمد المبعوث بالحلم
و الرحمة الواسعة القائل : مهما اوتيتم من كتاب الله فالعمل به واجب لا عذر لأحد
في تركه, فإن لم يكن في كتاب الله فسنة لي ماضية, فإن لم يكن في سنة لي فما قال
أصحابي, لأن أصحابي كالنجوم في السماء, فأيما أخذتم به فقد اهتديتم, و اختلاف
أصحابي لكم رحمة. و على أله و صحبه الصابرين و الصادقين و القانتين و المنفقين و
المستغفرين بالأسحار الذين هم أمنة هذه الأمة المعصومة من الإجماع على الخطاء و
الغواية, و على الذين اتـبعواهم بإحسان و لا يتـبعون خطوات الشيطان.
و بعد, لما رأيت مسيس حاجة اخواني الطلبة بالمعهد
الإسلامي (كـرابياك جقجاكرتا) خصوصا و غيرهم من امثالي القاصرين عموما الى بيان :
1- أمثلة من المسائل التي
لا ينبغي تبادل الإنكار فيها, مثل مسألة قبلية الجمعة و مثل مسألة تلقين الميت بعد
الدفن و نحوهما.
2-
و
أمثلة من المسائل التي أجمع عليها و تمسك بها أهل السنة و الجماعة, مثل مسألة ثبوت شهري رمضان و شوّال
بالرؤية و مثل زيارة القبور و نحوهما.
كي لا يستولي عليهم في دينهم الوساوس و الأوهام
الباطلة و لا يتسلط عليهم الشيطان و اولياؤه بالإغواء و الإضلال, و لا يغـتروا
تلبيسات اهل الأهواء, و ان كثر القيل و القال, و يعلموا حقا أن ما عليه السلف
الصالح هو الحق المتـبع. فما بعد الحق الا الضلال؟
جمعت في هذا الكتاب ما قاله أساطين العلماء
الأعلام و أكابر رجال الإسلام. إذ لا سبيل لمثلي القاصر في هذا الأمر إلا الجمع و
النقل من عبارات هؤلاء الكرام و الإعتماد عليهم.
على أنـي لم أكن لأحدث
نفسي بتجشّم هذا العناء. لولا أخرجه الخطيب البغدادي في الجامع و غيره, انـه صلى
الله عليه و سلم قال : إذا ظهرت الفـتن ( او قال) البدع, و سب أصحابي فليظهر
العالم علمه. فمن لم يفعل ذلك فعليه لعنة الله و الملائكة و الناس أجمعين, لا يقبل
الله منه صرفا و لا عدلا. و ما رواه الحاكم عن ابن عباس رضي الله عنه, أن النـبي
صلى الله عليه و سلم قال : ما ظهر اهل بدعة إلا أظهر الله فيهم حجـته على لسان من
شاء من خلقه.
و
ها انا ذا, أذكر فيما يأتي امثلة من النوعين. و الله المستعان لإصابة الصواب, و
عليه التكلان و اليه المصير.
TERJEMAH :
Segala
puji bagi Allah yang telah menurunkan kitab suci Al-Qur`an sebagai penjelas,
petunjuk dan rahmat bagi kaum beriman. Didalamnya terkandung berbagai ilmu
pengetahuan, cahaya dan obat penyakit hati. Tiada yang mampu mendalami dan
mengungkap isinya selain para ulama yang mumpuni (ar-Rasyikhun). Karena
itu, bertanyalah kepada ahlinya agar kamu mengetahui.
Allah SWT
berfirman :
وَمَنْ يُشَاقِقِ
الرَّسُوْلَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْـهُدَى وَ يَتَّبِعْ غَيْرَ
سَبِيْلِ الْـمُؤْمِنِيْنَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَ نُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَ
سَاءَتْ مَصِيْرًا
Artinya : “Dan barangsiapa yang menentang
Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan
orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah
dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanna, Dan Jahannam itu seburuk-buruk
tempat kembali”. (QS an-Nisa`[4] : 115)
Shalawat
dan salam semoga dilimpahkan Allah SWT kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
yang diutus dengan penuh toleransi, kasih sayang dan berpandangan luas, yang
pernah bersabda :
مَهْمَا أُوْتِيْتُمْ
مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَالْعَمَلُ بِهِ وَاجِبٌ لَا عُذْرَ لِأَحَدٍ
فِي تَرْكِهِ, فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِي كِتَابِ اللَّهِ فَسُنَّةٌ مِنِّى مَاضِيَةٌ, فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِي سُنَّةٍ مِنِّى
فَمَا قَالَ أَصْحَابِي,إِنَّ أَصْحَابِي بِمَنْزِلَةِ النُّجُوْمِ فِي السَّمَاءِ,
بِأَيُّمَا أَخَذْتُمْ بِهِ اهْتَدَيْتُمْ, وَ اخْتِلَافُ
أَصْحَابِي لَكُمْ رَحْمَةٌ.
Artinya : “Bagaimana pun juga, kalian
telah diberi kitab suci Al- Qur`an. Untuk itu, kalian wajib mengamalkan isi
kandungannya. Tidak ada alasan meninggalkannya. Jika tidak ditemukan didalam
Al-Qur`an, ambillah sunnahku (hadis) yang telah lewat. Jika tidak ada didalam
sunnahku, ambillah apa yang dikatakan oleh para sahabatku. Karena mereka
bagaikan bintang di langit. Manakala kalian mengambil perkataan mereka, kalian akan
memperoleh petunjuk. Perbedaan pendapat di kalangan sahabatku merupakan rahmat
bagi kalian”.[1]
Semoga
shalawat dan salam juga dilim-pahkan Allah SWT kepada segenap keluarga dan
sahabat beliau yang penyabar, benar keimanannya, patuh, gemar berinfaq, dan
beristighfar di akhir malam (waktu sahur). Mereka merupakan umat yang
terpercaya dan mereka tidak akan bersekongkol untuk berbuat salah, apalagi
menyesatkan. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan kepada orang-orang yang
mengikuti jejak para sahabat dengan penuh keimanan dan tidak mengikuti jejak
langkah setan.
Saya
memperhatikan para santri Pondok Krapyak Yogya khususnya dan kaum muslimin yang
sangat terbatas keilmuannya pada umumnya sangat membutuhkan penjelasan tentang
beberapa persoalan agama yang nampaknya sepele dan selayaknya tidak perlu
dipertengkar-kan diantara sesama umat Islam, seperti masalah shalat sunnah
qabliyah jum’at, men-talqin mayyit, dan sejenisnya. Juga beberapa persoalan
agama yang sudah disepakati dan dipegangi oleh golongan Ahlussunnah wal
Jamaah dalam kehidupan beragama
seperti masalah penetapan awal bulan Ramadhan dan Syawwal berdasarkan rukyatul hilal,
berziarah kubur, dan sejenisnya. agar mereka tidak lagi merasa waswas dan ragu
terhadap kebenaran amaliyah keagamaan mereka, tidak dijerumuskan oleh
setan, tidak terjerumus ke jurang kesesatan, tidak mudah terkecoh dengan
berbagai pandangan ngawur para pemuja hawa nafsu, dan agar mereka
mengetahui dengan sebenarnya bahwa apa saja yang telah dilakukan oleh para
ulama salaf as-shalih itu semuanya benar (haqq) dan mesti
diikuti, karena selain yang haqq itu sesat.
Didalam
buku ini, saya sekedar menyusun kembali berbagai pendapat para ulama besar
dunia dan tokoh-tokoh agama Islam. Karena
tidak ada cara lain bagi orang seperti saya yang sangat dangkal ilmunya
ini selain sekedar menyusun kembali berbagai pendapat mereka dan mengikutinya.
Saya
sendiri sebenarnya merasa berat melakukan tugas ini. Kalau saja tidak ada
sebuah hadis Nabi yang dikemukakan oleh Al-Khathib al-Baghdadi didalam kitab Al-Jami`
dan kitab-kitab lainnya, yaitu sabda Rasulullah SAW bersabda :
إِذَا ظَهَرَتْ
الْفِتَنُ اَوْ قَالَ الْبِدَعُ, وَ سُبَّ أَصْحَابِي فَلْيُظْهِرْ
العَالِمُ عِلْمَهُ. فَمَنْ لَمْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَ
الْمَلَائِكَةِ وَ النَّاسِ أَجْمَعِيْن, لَا يَقْبَلُ اللَّهُ مِنْهُ صرْفًا وَ
لَا عَدْلًا
Artinya : “Jika telah muncul fitnah, (atau kata beliau : bid’ah) dan sahabatku dicacimaki, maka orang yang berilmu
(ulama) hendaklah menampakkan keilmuannya. Barangsiapa yang tidak melakukannya,
ia tentu akan dilaknat Allah, para malaikat dan seluruh manusia. Allah tidak
akan menerima amalnya, baik yang wajib maupun yang sunnah”. [2]
Dan
sebuah hadis lagi riwayat al-Hakim dari Ibnu Abbas r.a. yang menyatakan :
مَا ظَهَرَ أَهْلُ
بِدْعَةٍ قَطُّ إِلَّا أَظْهَرَ اللَّهُ فِيْهِمْ حُجَّتَهُ عَلَى لِسَانِ مَنْ
شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ.
Artinya : “Tidak
sekali-kali muncul ahli bid’ah melainkan Allah akan menampakkan argumentasi-Nya
untuk menghadapi mereka melalui lidah orang yang dikehendak-Nya”.[3]
Berikut
ini akan saya jelaskan beberapa contoh dari kedua bentuk persoalan agama yang
telah saya sebutkan di muka. Hanya kepada Allah-lah kami memohon pertolongan,
bertawakkal dan kembali.
....................... bersambung ke AMAN - 2.
*) Judul terjemahan tersebut untuk selanjutnya diberi kode AMAN - ....
[1] HR Baihaqi nomor 152 dalam Al Madkhol ila as-Sunan al-Kubro; I/162; Abu Nashr as Sajzy dalam Al- Ibanah dan mengatakan sebagai hadits Gharib; Khathib dalam Al Kifayah fi ‘Ilm ar-Riwayah, I/48; Ibnu ‘Asakir, XXII/359; Dailami, IV/160, nomor hadits 6497
[1] HR Baihaqi nomor 152 dalam Al Madkhol ila as-Sunan al-Kubro; I/162; Abu Nashr as Sajzy dalam Al- Ibanah dan mengatakan sebagai hadits Gharib; Khathib dalam Al Kifayah fi ‘Ilm ar-Riwayah, I/48; Ibnu ‘Asakir, XXII/359; Dailami, IV/160, nomor hadits 6497
Tidak ada komentar:
Posting Komentar