Amalan Menyambut Ramadlon
=================
Tidak terasa
bulan Sya’ban telah bergulir hampir separuh perjalanan. Itu artinya
waktu semakin mendekati bulan Ramadhan. Sudah maklum bagi kita semua
keistimewaan bulan Ramadhan. Hal ini bisa terasakan pada kehidupan di
sekitar kita.Tidak hanya harga sembako yang secara perlahan tapi pasti
mulai beranjak naik, tetapi juga semangat beribadah semua orang dari
anak-anak hingga nenek-nenekpun semakin bertambah. Bahkan masjid dan
mushalla mulai berbenah diri untuk menyambut, tarawih, tadarrus dan buka
bersama.
Lantas apa semua amalan-amalan yang sebaiknya dilakukan dalam rangka menyambut bulan Ramadhan ini?
Pertama, amalan terpenting itu adalah
amalan hati, yaitu niat menyambut bulan Ramadhan dengan lapang hati
(ikhlas) dan gembira. Karena hal itu dapat menjauhkan diri dari api
nereka.
Sebuah hadits yang termaktub dalam Durrotun Nasihin menjelaskan dengan.
مَنْ فَرِحَ بِدُخُولِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلىَ النِّيْرَانِ
Siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka.
Begitu mulianya bulan Ramadhan sehingga untuk menyambutnya saja,
Allah telah menggaransi kita selamat dari api neraka. Oleh karena itu
wajar jika para ulama salaf terdahulu selalu mengucapkan doa:
اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ
"Ya Allah sampaikanlah aku dengan selamat ke Ramadhan, selamatkan Ramadhan untukku dan selamatkan aku hingga selesai Ramadhan".
Sampai kepada Ramadhan adalah kebahagiaan yang luar biasa, karena
hanya di bulan itu mereka bisa mendapatkan nikmat dan karunia Allah yang
tidak terkira. Tidak mengherankan jika kemudian Nabi saw dan para
sahabat menyambut Ramadhan dengan senyum dan tahmid, dan melepas
kepergian Ramadhan dengan tangis.
Kedua, berziarah ke makam orangtua; mengirim doa untuk mereka yang oleh sebagain daerah dikenal dengan istilah kirim dongo poso.
Yaitu mengirim doa untuk para leluhur dan sekaligus bertawassul kepada
mereka semoga diberi keselamatan dan berkah dalam menjalankan puasa
selama sebulan mendatang. Tawassul dalam berdo’a merupakan anjuran dalam
islam. Sebagaimana termaktub dalam Surat al-Maidah ayat 35
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا
فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada
jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (Q.S. al-Maidah: 35).
Diriwayatkan pula dari sahabat Ali bin Abi Thalib, bahwa Rasulallah
Muhammad s.a.w ketika menguburkan Fatimah binti Asad, ibu dari sahabat
Ali bin Abi Thalib, beliau berdoa :
اَللَّهُمَّ بٍحَقٍّيْ وَحَقِّ الأنْبٍيَاءِ مِنْ قَبْلِيْ اغْفِرْلأُمِّيْ بَعْدَ أُمِّيْ
Artinya: Ya Allah dengan hakku dan hak-hak para nabi sebelumku, Ampunilah dosa ibuku setelah Engkau ampuni ibu kandungku. (H.R.Thabrani, Abu Naim, dan al-Haitsami) dan lain-lain.
Ketiga, saling memaafkan.
Mengingat bulan Ramadhan adalah bulan suci, maka tradisi bersucipun
menjadi sangat seseuai ketika menghadapi bulan Ramadhan. Baik bersuci
secar lahir seperti membersihkan rumah dan pekarangannya dan mengecat
kembali mushalla, maupun bersuci secara bathin yang biasanya
diterjemahkan dengan saling memaafkan antar sesama umat muslim. Terutama
keluarga, tetangga dan kawan-kawan. Hal ini sesuai dengan anjuran Islam
dalam al-Baqarah ayat 178;
...فَمَنْ
عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ
إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ ذَلِكَ تَخْفِيفٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ فَمَنِ
اعْتَدَى بَعْدَ ذَلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Maka barangsiapa yang mendapat suatu
pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan
cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (dia) kepada
yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah
suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang
melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.(QS.
2:178)
Menurut sebuah hadis shahih, Nabi Muhammad saw. Pernah menganjurkan
agar siapa yang mempunyai tanggung jawab terhadap orang lain, baiknya
itu menyangkut kehormatan atau apa saja, segera menyelesaikannya di
dunia ini, sehingga tanggung jawab itu menjadi bebas (bisa dengan
menebus, bisa dengan meminta halal, atau meminta maaf). Sebab nanti di
akherat sudah tidak ada lagi uang untuk tebus menebus. Orang yang
mempunyai tanggungan dan belum meminta halal ketika dunia, kelak akan
diperhitungkan dengan amalnya: apabila dia punya amal saleh, dari amal
salehnya itulah tanggungannya akan ditebus; bila tidak memiliki, maka
dosa atas orang yang disalahinya akan ditimpakan kepadanya, dengan
ukuran tanggungannya. (Lihat misalnya, jawahir al-Bukhori, hlm. 275,
hadis nomer: 353 dan shahih Muslim, II/430).
Dengan kata lain, jika seseorang ingin bebas dari kesalahan sesama
manusia, hendaklah meminta maaf kepada yang bersangkutan. Begitu pula
jika seseorang menginginkan kesucian diri guna menyambut bulan yang suci
maka hendaklah saling memafkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar