==========
Pesantren Mata Airnya, Masjid Sawahnya
======================
Kudus, NU Online
Rais Syuriyah PBNU KH Masdar Farid Mas’udi menegaskan, pilar kuat yang menyangga eksistensi NU bukan hanya pesantren tapi juga masjid. Hubungan keduanya tak terpisah dan menentukan kejayaan NU hingga generasi mendatang.
”Memang NU adalah ’pesantren besar’ dan pesantren adalah ’NU kecil. Namun, di saat yang sama NU adalah ’masjid besar’ dan masjid adalah ’NU kecil’,” ujarnya kepada sedikitnya 300 peserta rapat pimpinan daerah (Rapimda) Lembaga Ta’mir Masjid NU (LTMNU) se-Kabupaten Kudus, Sabtu (9/3), di aula PCNU Kudus, Jawa Tengah.
Kiai Masdar menganologikan hubungan keduanya seperti mata air dan sawah yang saling membutuhkan. Pesantren senantiasa menjadi mata air kearifan dan ilmu keagamaan orang NU, sementara masjid adalah sawah atau ladang gerakan dan pengamalan ajaran agamanya.
”Dan di ladang-ladang atau di sawah-sawah itulah masyarakat dilayani yang diairi dari mata air pesantren,” paparnya.
Menurut Kiai Masdar, pemahaman ini penting diserap agar umat Islam menyadari potensi besar yang dimiliki masjid. Dengan pengelolaan yang baik, masjid menjadi sarana strategis untuk menyelesaikan berbagai problem keagamaan dan kemasyarakatan.
Kiai Masdar menambahkan, masjid menjadi kekuatan gerakan yang besar arena ia merupakan sentra peribadatan rutin umat Islam. Selain itu, jumlahnya di Tanah Air juga cukup mengagumkan. ”Di Indonesia ini ada 1.100.000 masjid, aw kama qala, yang tersebar dari tingkat kota hingga ke desa, dukuh, bahkan RT,” katanya.
Rais Syuriyah PBNU KH Masdar Farid Mas’udi menegaskan, pilar kuat yang menyangga eksistensi NU bukan hanya pesantren tapi juga masjid. Hubungan keduanya tak terpisah dan menentukan kejayaan NU hingga generasi mendatang.
”Memang NU adalah ’pesantren besar’ dan pesantren adalah ’NU kecil. Namun, di saat yang sama NU adalah ’masjid besar’ dan masjid adalah ’NU kecil’,” ujarnya kepada sedikitnya 300 peserta rapat pimpinan daerah (Rapimda) Lembaga Ta’mir Masjid NU (LTMNU) se-Kabupaten Kudus, Sabtu (9/3), di aula PCNU Kudus, Jawa Tengah.
Kiai Masdar menganologikan hubungan keduanya seperti mata air dan sawah yang saling membutuhkan. Pesantren senantiasa menjadi mata air kearifan dan ilmu keagamaan orang NU, sementara masjid adalah sawah atau ladang gerakan dan pengamalan ajaran agamanya.
”Dan di ladang-ladang atau di sawah-sawah itulah masyarakat dilayani yang diairi dari mata air pesantren,” paparnya.
Menurut Kiai Masdar, pemahaman ini penting diserap agar umat Islam menyadari potensi besar yang dimiliki masjid. Dengan pengelolaan yang baik, masjid menjadi sarana strategis untuk menyelesaikan berbagai problem keagamaan dan kemasyarakatan.
Kiai Masdar menambahkan, masjid menjadi kekuatan gerakan yang besar arena ia merupakan sentra peribadatan rutin umat Islam. Selain itu, jumlahnya di Tanah Air juga cukup mengagumkan. ”Di Indonesia ini ada 1.100.000 masjid, aw kama qala, yang tersebar dari tingkat kota hingga ke desa, dukuh, bahkan RT,” katanya.
sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,42998-lang,id-c,nasional-t,Pesantren+Mata+Airnya++Masjid+Sawahnya-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar