ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Senin, 07 Agustus 2017

Cara Sholat Gerhana Rembulan, Bilal dan Khutbah Gerhana Rembulan

*SHOLAT GERHANA dan BILAL*

Tata cara pelaksanaan shalat gerhana sebagai berikut :

[1] Berniat sholat gerhana
اُصَلِّى سُنَّةً لِخُسُوْفِ الْقَمَرِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا لِلَّهِ تَعَالَى
[2] Takbiratul ihram
[3] Membaca do’a istiftah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat
[4] Kemudian ruku’
[5] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal)
[6] Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan membaca surat
[7] Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua)
[8]Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).
[9]Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
[10] Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama
[11] Salam.

Diakhiri dengan Khutbah

Bacaan Bilal Jelang Khutbah Gerhana

Tidak sedikit dari saudara seiman dan seakidah yang menanyakan tentang bacaan 'bilal' sesaat sebelum khotib naik mimbar untuk menyampaikan materi khutbah gerhana.

Untuk itu, dalam kesempatan ini kami sertakan bacaan-bacaan  bilal menjelang khotib menyampaikan khutbahnya.
                                                                                                                             
1. Setelah selesai sholat gerhana,  maka Bilal berdiri di depan mimbar menghadap jama’ah  kemudian mengucapkan seruan berikut ini:

يَامَعَاشِرَالْمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَالْمُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهِ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  :ِإنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ ، وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا ، وَتَصَدَّقُوا... حَتَّى يَنْكَشِفَ مَا بِكُمْ .  أَنْصِتُوْا وَاسْمَعُوْا  وَاَطِيْعُوْا رَحِمَكُمُ اللهُ, اَنْصِتُوْا وَاسْمَعُوْا وَاَطِيْعُوْا رَحِمَكُمُ اللهُ, اَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.

2. Ketika Khatib naik ke mimbar, Bilal mengucapkan:

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلىٰ مُحَمَّدٍ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلىٰ سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ،وَاْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ قَوِّاْلاِسْلاَمَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْاَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، وَيَسِّرْهُمْ عَلىٰ اِقَامَةِ الدِّيْنِ. رَبِّ اخْتِمْ لَنَا مِنْكَ بِالْخَيْرِ وَيَاخَيْرَالنَّاصِرِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

KHOTIB memulai khutbahnya dengan dua kali Khutbah (sesuai  rukun  khutbah jum'at).

3. Dan Ketika Khatib duduk diantara dua khutbah, Bilal hendaknya Melantunkan bacaan Sholawat berikut ini:

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىٰ اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

=============
*Khutbah Gerhana Bulan*

اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ،

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ

 قَالَ الله تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat gerhana bulan rahimakumullaah

Alhamdulillah, malam ini menjelang pagi kita menyaksikan gerhana bulan yang sangat jarang terjadi.

Secara ilmiah Gerhana bulan adalah sebuah keadaan di mana sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi.
Itu terjadi bila bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar Matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi.

Bagi kita kaum muslimin peristiwa munculnya gerhana bulan pada malam ini adalah merupakan bukti tanda² kebesaran Allah .
karena sesungguhnya Allah telah menciptakan bulan, dan matahari berjalan masing-masing berjalan pada garis edarnya sendiri-sendiri.
Dalam Al Qur'an Allah berfirman :


لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۚ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ

Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang.
Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (QS. Yaasiin: 40)

Juga firman Allah dalam ayat yg lainnya :

وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ دَآئِبَيْنِ ۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ (٣٣)

“Dan Dia (Allah) telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.” (QS. Ibrahim 33)


Peristiwa gerhana, hanya terjadi sekali di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketika itu yang terjadi gerhana matahari. Bertepatan dengan wafatnya putra beliau dari Mariyah, yang bernama Ibrahim.
Akhirnya muncul anggapan di tengah masyarakat, terjadinya fenomena gerhana ini karena wafatnya Ibrahim, putra Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sikap yang tepat ketika fenomena gerhana ini adalah menghadirkan perasaan takut, khawatir akan terjadi hari kiamat.

Bukan kebiasaan orang sekarang yang hanya ingin menyaksikan peristiwa gerhana dengan mengabadikan fenomena tersebut atau sekedar mengkaji dari sisi ilmiah saja.

Sikap yg dicontohkan Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam ketika itu diceritakan dalam sebuah hadits yg diriwayatkan dari Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu menuturkan, ”Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nabi lantas berdiri takut karena khawatir akan terjadi hari kiamat, sehingga beliau pun mendatangi masjid kemudian beliau mengerjakan shalat dengan berdiri, ruku’ dan sujud yang lama.
Aku belum pernah melihat beliau melakukan shalat sedemikian rupa.”

Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda:
"Sesungguhnya ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan-Nya.
Gerhana tersebut tidaklah terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti hamba-hamba-Nya. Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdo’a dan memohon ampun kepada Allah.” (HR. Muslim, Ibnu Hibban, Ibnu Khuzaimah).

Karena itu para jamaah yg dimulyakan Allah, Marilah saat-saat ini kita perbanyak dzikir, istighfar, do’a dan amal shaleh lainnya.
Semoga kita yang hadir di majelis yang mulia ini, termasuk golongan yang akan mendapat penjagaan dari Allah Subhanahu Wata’ala. Mudah-mudahan Allah meridhoi kita.

Akhirnya marilah kita sama sama berdoa memohon ampunan dan Rahmat serta selalu diteguhkan keimanan serta ketaqwaan kita ..

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.


اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

Ya Allah, ampunilah kaum mukminin laki-laki dan wanita, kaum muslimin laki-laki dan wanita, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Sesungguhnya, Engkau adalah Dzat yang Maha Mendengar, Maha dekat, Dzat yang mengabulkan doa.”

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Ya Rabb kami, berilah ampunan kepada kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu sebelum kami, dan janganlah Engkau membiarkan ada kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا

Ya Allah, ampunilah kami dan kedua orang tua kami, serta berilah rahmat kepada keduanya, sebagaimana mereka mendidik kami di waktu kecil.”

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِيْ أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ

Wahai Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan segala tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami, teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami atas kaum yang kafir.”

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Wahai Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta lindungilah kami dari siksa neraka.”

وصلى الله على نبينا محمد وعلى اله وصحبه أجمعين
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
===========
Tamat.
===========
Jangan lupa malam ini (Senin malam selasa Tgl 07 Agustus 2017) Shalat Gerhana Bulan di mulai pukul 22.50:01 WIB

Niat Shalat Gerhana Bulan (Khusuf):

أُصَلِّيْ سُنَّةَ لِخُسُوْفِ الْقَمَرِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
Dibaca : "Usholli Sunnatan Likhusuufil Qomari Roka’taini Lillahitaa’ala".
Artinya : "Aku niat (melaksanakan) shalat sunnah Gerhana Bulan dua rakaat karena Allah ta’ala".

Berikut tata cara Shalat Gerhana :

Shalat Gerhana dilakukan dengan 2 raka’at secara berjamaah, masing-masing raka’at terdapat 2 kali ruku’, jadi dalam keseluruhan shalat gerhana terdapat 4 kali ruku’.

*. Dilaksanakan secara Berjamaah
*. Tanpa Adzan dan Iqamat hanya berupa seruan "As-Shalatu Jamiah"

*. Boleh dilakukan dengan mengeraskan suara (Jahr) atau melemahkan suara (Sirr)
*. Disunnahkan mandi sebelum shalat gerhana
*. Khutbah
*. Berdoa, Dzikir dan Takbir

Ringkasan pelaksanaan Shalat Gerhana

Rakaat Pertama

*. Membaca Niat shalat Gerhana (Kusuf atau Khusuf)
*. Takbiratul Ihram
*. Membaca Doa Iftitah
*. Membaca surah al-Fatihah
*. Membaca Surah al-Qur’an
*. Ruku’
*. I’tidal
*. Berdiri Lagi
*. Membaca Surah al-Fatihah
*. Membaca Surah al-Qur’an
*. Ruku’
*. I’tidal
*. Sujud
*. Duduk antara dua sujud
*. Sujud yang kedua
*. Berdiri untuk rakaat kedua

Rakaat Kedua

*. Membaca surah al-Fatihah
*. Membaca Surah al-Qur’an
*. Ruku’
*. I’tidal
*. Berdiri Lagi
*. Membaca Surah al-Fatihah
*. Membaca Surah al-Qur’an
*. Ruku’
*. I’tidal
*. Sujud
*. Duduk antara dua sujud
*. Sujud yang kedua
*. Duduk untuk tahiyyat akhir
*. Salam ke kanan dan ke kiri

Itulah Niat Shalat Gerhana dan bulan lengkap dengan tata cara pelaksanaanya. Malam ini 7 Agustus 2017, menurut BMKG akan terjadi gerhana bulan Parsial.

Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melansir hasil obvervasinya bahwa gerhana bulan sebagian (GBS) akan terjadi pada Senin malam, 7 Agustus 2017 atau bertepatan dengan 15 Dzulqa’dah 1438 H. Fenomena alam ini diperkirakan berlangsung hingga Selasa dini hari.

Secara rinci Lembaga Falakiyah PBNU mengklasifikasi berlangsungnya gerhana matahari sebagian ini dalam lima fase. Pertama, tahap awal penumbra yang akan berlangsung pada pukul 22.50:01 WIB; kedua, tahap awal GBS yang dimulai pada pukul 00:22:55 WIB (8 Agustus 2017); ketiga, pertengahan GBS (pukul 01:20:37 WIB); keempat tahap akhir GBS (pukul 02:18:19 WIB); kelima, akhir penumbra (pukul 03:51:13 WIB).

Secara astronomis, GBS akan terlihat di Indonesia. Umat Islam yang melihat gerhana tersebut dalam rentang fase kedua sampai fase keempat disunnahkan melaksanakan shalat gerhana bulan (khusuful qamar). Tata cara shalat gerhana bulan sama dengan tata cara shalat gerhana matahari.

Ketua Lembaga Falakiyah PBNU KH Ghazalie Masroeri mengatakan, fenomena gerhana baik matahari maupun bulan adalah fenomena alam sebagai bukti kekuasaan Allah. Karena itu, mengamati peristiwa gerhana dapat meningkatkan keimanan.

“Lembaga Falakiyah NU mengajak kepada umat untuk melakukan pengamatan peristiwa GBS. Kemudian menyikapinya dengan dzikir, ibadah, dan amal saleh,” katanya dalam keterangan tertulis,

http://www.nu.or.id/post/read/80102/ada-gerhana-bulan-sebagian-7-agustus-disunnahkan-shalat-khusuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar