ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Selasa, 08 Agustus 2017

HadlrotusSyeikh KH. Hasyim Asy'ari Pernah Ditawari Menjadi Presiden RI

TERUNGKAP, HADHRATUS SYAIKH KH. M. HASYIM ASY'ARI DITAWARI JADI PRESIDEN INDONESIA

Setelah berhasil mengalahkan Belanda dan berhasil menduduki bumi Indonesia, Jepang mengambil alih kekuasaan. Mereka segera mendekati para tokoh pribumi untuk menggerakkan Indonesia.

Ketika Jepang telah mengalahkan Belanda, mereka sudah mengetahui siapa saja tokoh Indonesia yang paling memiliki pengaruh. Jepang tahu yang paling berpengaruh adalah Hadratussyekh Hasyim Asy'ari.

Jepang melalui utusan yang dikirim bertandang menemui Hadratussyekh. Hal tersebut disebabkan kakek Gus Dur itu adalah satu-satunya tokoh yang memiliki pengaruh sampai ke akar rumput.

Uniknya, Jepang lebih memilih kelompok-kelompok yang ada di luar keraton seperti pesantren dan tokoh agama. Jepang menilai bahwa pihak keraton atau ningrat lebih dekat kepada Belanda karena seringkali mendapatkan fasilitas dari Belanda. Di sinilah pesantren dan kiainya dirangkul dan didekati.

Jepang telah mengirim informannya beberapa tahun sebelum mengusir Belanda. Sehingga mereka sudah mengetahui pondok mana saja yang harus didekati. Meski demikian, Hadratussyekh pernah dipenjara karena dianggap melawan kebijakan Jepang.

Lebih lanjut, pihak Jepang melontarkan pertanyaan perihal siapa yang pantas menjadi pemimpin Indonesia. Dari berbagai masukan, disimpulkan yang paling pantas dan mendapat dukungan luas menjadi presiden memimpin Indonesia ini adalah KH. Hasyim Asy'ari.

Kemudian Jepang mengirim seorang tokoh pergerakan bernama Maruto, seorang tokoh Murba untuk menemui Hadratussyekh Hasyim Asy'ari. Menurut putranya, Maruto menyampaikan pesan dari seorang jenderal bahwa Jepang menginginkan Hadratussyekh Hasyim Asy'ari untuk menjadi presiden, tetapi hal itu ditolak.

Setelah beberapa kali utusan tersebut datang, Hadratussyekh Hasyim mengatakan, yang pantas memimpin Indonesia adalah Soekarno. Karena itu, dengan dukungan KH. Hasyim Asy'ari, Soekarno memperoleh pengaruh kuat dalam lingkungan pesantren dan kelompok Islam.

(Disampaikan oleh Zainul Milal Bizawie dalam diskusi rutin di Islam Nusantara Center (INC) Ciputat Tangerang Selatan, Banten Sabtu (5/8). Sumber: Situs Resmi Nahdlatul Ulama - NU Online).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar