ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Selasa, 01 Januari 2019

Sekilas Tentang Pangeran Diponegoro:





*Sekilas Tentang Pangeran Diponegoro:*
================================
Makam Paman Pangeran Diponegoro:
https://youtu.be/hmZ0j8IiLpA
=================================

Pangeran Diponegoro adalah putra sulung Sultan Jogya, Sultan HB III atau Sultan Raja dari seorang selir. Dengan demikian dia adalah cucu Sultan HB II (Sultan Sepuh) dan cicit Sultan HB I (Sultan Swargi).

Ibunya disebut-sebut bernama R.A. Mangkarawati yang menurut Peter Carey asal-usulnya masih kabur. Dikatakan putri itu berasal dari Majasta di daerah Pajang, dekat makam keramat Tembayat (Carey, 1991:2).

Dalam naskah lain Carrey mengatakan dia adalah keturunan Ki Ageng Prampelan dari Pajang (Carey, 1974:74). Sagimun MD. memberitakan bahwa dia berasal dari Pacitan, putri seorang Bupati yang konon masih berdarah Madura (Sagimun, 1986:36).

R. Tanojo dalam Sadjarah Pangeran Dipanagara Darah Madura mengatakan bahwa darah Madura yang mengalir pada Diponegoro bukan berasal dari pihak ibu tetapi justeru dari pihak ayah. Menurut silsilah, nenek Diponegoro, yakni Ratu Kedaton (permaisuri HB II) adalah generasi ke enam keturunan Pangeran Cakraningrat dari Tunjung Madura (Tanojo, t.t:4).

BERIKUT INI ADALAH SILSILAH PANGERAN DIPONEGORO SAMPAI NABI MUHAMMAD :

• Nabi Muhammad SAW
• Fatimah Az-Zahra
• Al-Imam Sayyidina Hussain
• Sayyidina ‘Ali Zainal ‘Abidin bin
• Sayyidina Muhammad Al Baqir bin
• Sayyidina Ja’far As-Sodiq bin
• Sayyid Al-Imam Ali Uradhi bin
• Sayyid Muhammad An-Naqib bin
• Sayyid ‘Isa Naqib Ar-Rumi bin
• Ahmad al-Muhajir bin
• Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillah bin
• Sayyid Alawi Awwal bin
• Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah bin
• Sayyid Alawi Ats-Tsani bin
• Sayyid Ali Kholi’ Qosim bin
• Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut)
• Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin
• Sayyid Amir ‘Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad, India) bin
• Sayyid Abdullah Al-’Azhomatu Khan bin
• Sayyid Ahmad Shah Jalal @ Ahmad Jalaludin Al-Khan bin
• Sayyid Syaikh Jumadil Qubro @ Jamaluddin Akbar Al-Khan bin
• Sayyid Maulana Malik Ibrahim Asmoroqandi / Syech Samsu Tamres bin
• Adipati Andayaningrat / Kyai Ageng Penging Sepuh / Syarif Muhammad Kebungsuan II bin
• Raden Kebo Kenongo / Sultan Prabu Wijoyo I + Nyai Ageng Penging Binti Sunan Lawu
• Sultan Hadiwijaya / Jaka Tingkir + Ratu Mas Cempo binti Sultan Trenggono Demak
• Pangeran Benowo / Sultan Prabu Adiwijaya I
• Pangeran Mas Putra Adipati Pajang ( terkenal dengan sebutan Mbah Sambu Lasem )
• Panembahan Raden Sinare ing Dalem Kajoran Klaten + Raden Ayu Panembahan Raden Kajoran
• Pangeran Harya Wiramenggala I ( Menantu Pangeran Kajoran ) sinare ing Dalem Kajoran Klaten
• Pangeran Puger bergelar KS. Paku Buwono I ing Surakarta Hadiningrat
• Kandjeng Susuhunan Prabu Amangkurat Djawi ing Kartosuro @Susuhunan Prabu Amangkurat IV
• Sri Sultan Hamengku Buwono I @Pangeran Mangkubumi
• Sri Sultan Hamengku Buwono II
• Sri Sultan Hamengku Buwono III + Raden Ayu Mangkarawati Pacitan
• Pangeran Diponegoro @Raden Mas Sayyid Antawirya ( 11 Nopember 1785 )

Nama asli Diponegoro adalah Raden Mas Mustahar. Dia lahir di keraton Jogyakarta pada hari Jum'at Wage, tanggal 7 Muharram Tahun Be atau 11 Nopember 1785 Masehi sebagai putera sulung Sultan HB III (Carey, 1991:1). 1) Pada tahun 1805 Sultan HB II mengganti namanya menjadi Raden Mas Ontowiryo. Adapun nama Diponegoro dan gelar pangeran baru disandangnya sejak tahun 1812 ketika ayahnya naik takhta.

Sepanjang hidupnya, tercatat ada delapan wanita yang pernah dinikahi oleh Pangeran Diponegoro. Pernikahan pertama, terjadi tahun 1803 dengan Raden Ayu (RA) Retna Madubrongto, putri Kyahi Gedhe Dadapan, dari desa Dadapan, sub distrik Tempel, dekat perbatasan Kedu dan Jogyakarta.

Kedua, tanggal 27 Pebruari 1807 dengan Raden Ajeng Supadmi (R.A. Retnakusuma), putri Raden Tumenggung Natawijaya III, Bupati Panolan, Jipang. Ketiga, tahun 1808 dengan R.A. Retnodewati. Baik Madubrongto maupun Retnodewati wafat sewaktu Diponegoro masih berada di Tegalrejo.

Dua tahun kemudian di awal tahun 1810 Pangeran Diponegoro melakukan perjalanan ke wilayah timur dan menikah untuk yang keempat dengan Raden Ayu Citrowati, puteri Raden Tumenggung Ronggo Parwirosentiko dengan salah satu isteri selir. Tidak lama setelah melahirkan anaknya Raden Ayu Citrowati meninggal dalam kerusuhan di Madiun.

Bayi yang baru saja dilahirkan kemudian dibawa oleh Ki Tembi seorang sahabat Pangeran Diponegoro. Oleh Pangeran Diponegoro bayi tersebut diserahkan kepada Ki Tembi untuk diasuh. Dan diberi nama singlon yang artinya adalah nama samaran sehingga bayi tersebut terkenal dengan nama Raden Mas Singlon.

Isteri Keelima, dinikahi pada tanggal 28 September 1814, yakni R.A. Maduretno, putri Raden Rangga Prawiradirjo III dengan Ratu Maduretno (putri HB II), jadi saudara seayah dengan Sentot Prawirodirjo, tetapi lain ibu. Ketika Diponegoro dinobatkan sebagai Sultan Abdulhamid, dia diangkat sebagai permaisuri bergelar Kanjeng Ratu Kedaton.l 18 Pebruari 1828.

Berikut adalah Keturunan Pangeran Diponegoro dari beberapa istrinya :


RM MADJID / DIPONEGORO ANOM,
RM. DIPOATMAJA / DIPOKUSUMA/PANGERAN ABDUL AZIS,
RM. SURYAATMAJA / DIPONINGRAT,
RM. SODEWO / SINGLON / PANGERAN ALIP
RM. DJONET DIPOMENGGOLO,
RM. ROUB/RM. RAAB,
RA. IMPUN / RA. BASAH,
RA. JOYOKUSUMO,
RA. SUPADMI / RA. RETNA KUSUMA,
RA. MUNTENG / RA. SITI FADILAH / RA. GUSTI
RA. HERJUMINTEN,
RA. HERJUMEROT,
RA. HANGRENI MANGUNJAYA,
RM. KINDAR,
RM. SARKUMA,
RM. MUNTAWARIDIN,
RA. PUTRI MUNADIMA,
RA. DULKABI,
RM. RAJAB,
RM. RAMAJI,
RA. MANGKUKUSUMO,
RA. PADMODIPURO,
RA. PONCOKUSUMO,

Wallohua'lam Bisshowab

Itulah Silsilah dan Garis Keturunan PANGERAN DIPONEGORO, jika ada kekurangan mohon beri kami masukkan.

Sumber: https://www.kuwaluhan.com/2018/05/silsilah-dan-garis-keturunan-pangeran.html?m=1

Sumber silsilah:

http://ranji.sarkub.com/sejarah-peteng-silsilah-nasab-pangeran-diponegoro-raden-mas-sayyid-antawiya-versi-keluarga-kajoran/

Copas:
Mbah Kyai Bendoro Raden Mas Abdul Hamid Ontowiryo Musyatahar Herucokro Senopati ing Ngalogo Sayidin Pranotogomo Amirul Mukminin Khalifatullah Tanah Jawi Pangeran Diponegoro bin Sinuhun Gusti Kanjeng Sultan Hamengkubuwono III
Lahir : Kaputren, Keraton Ngayogjakarta Hadiningrat


Saat kelahirannya, beliau dibawa kepada pendiri keraton Jogja yaitu Prabu Mangkubumi dan beliau seakan melihat masa depan di wajah Bayi kecil itu dengan mengatakan pada ibundanya "anak ini akan banyak membawa kehancuran lebih besar dari pada yang pernah aku lakukan pada Belanda di masa perang Giyanti, tapi penghabisannya wallaahu a'lam".

Pada usia 7 tahun beliau dibawa oleh eyang buyutnya, dalam sebuah gubug di tengah sawah, waktu itu kediaman di Tegalrejo belum didirikan, ini merupakan sesuatu yang luarbiasa, karena di lahirkan di lingkungan istana sebagai seorang anak sultan, namun menghabiskan masa kanak-kanaknya di desa dengan kehidupan yang tidak biasa, memasuki usia muda dididik sebagai seorang santri yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk mendalami ilmu agama, blusukan sana-sini dengan berjalan kaki, tidak pernah mengendarai kendaraan (kuda, andong, atau yang lain). 


Riwayat Nyantri :

Konon, disini beliau pernah  menghabiskan masa nyantri, di pesantren yang bernama Gebang tinatar, diasuh oleh Kyai Hasan Besari, disini pula beberapa tokoh besar pernah "ngangsu kaweruh" termasuk diantaranya seorang pujangga keraton Surakarta terkenal yaitu Raden Ngabehi Ronggowarsito. 

Sempat pula menimba ilmu Kitab kuning di tempatnya Kyai Tiftazani, Kertosuro. Kemudian sempat mendalami Tafsir Jalalain kepada Kyai Baidlowi, Bagelan, Purworejo. Dan satu lagi, beliau menyempatkan mengaji tentang ilmu hikmah kepada Kyai Nur Muhammad, Ngadiwongso, Salaman, Magelang

Beliau seorang Pemimpin yang diasah memang sebagai seorang pemimpin beliau diasah dalam hal administrasi, keuangan, pengelolaan produk yang sebagian merupakan produk pertanian, yang setiap tahun di bawa diperdagangkan ke daerah pesisir, khusunya daerah Bima dimana kakek buyut beliau berasal.

Beliau juga melakukan ritual (menyepi/bersemedi/khalwat) di laut kidul, di parangkusumo tepatnya disana beliau mendapatkan sebuah wangsit/ilham yang menggambarkan suatu silsilah trah beliau beserta suatu ramalan takdir masa depan beliau, yang kemungkinan ditengarai dari seorang dalam wangsitnya itu adalah Sunan Kalijogo (menurut Peter Carey) yang sempat mengatakan kepada Diponegoro “wiwit rusaking tanah jawa ing mongso telung tahun” 3 tahun yang merupakan awal kerusakan tanah jawa, dan kamu Abdul Hamid akan disejajarkan dengan para leluhur tapi hanya sebentar.

Berdasarkan pada peninggalan yang ditemukan di Magelang, yaitu Qur’an, Tasbih dan Kitab Fiqih Taqrib matan Abu Syuja’ beliau adalah seorang islam bermadzhab syafii, dan seorang sufi penganut Thoriqoh yang menurut Habib Luthfi bin Yahya beliau merupakan mursyid Thoriqah Qadiriyah Naqsyabandiyah, disudut yang lain seorang pengamat sejarah barat Peter Carey menuturkan bahwa melihat salah satu tulisan (semacam) jimat/ruqyah yang pernah ditulis oleh Diponegoro mencirikan seorang penganut Thariqah Naqsyabandiyah – Syattariyah tentang jalan pengaturan nafas saat berdzikir.

Suatu ketika Diponegoro mendapat suatu bisikan atau mungkin semacam “Haatif (suara tanpa rupa) yang memanggilnya, dan menyerukan sebuah tugas yang dijawab oleh beliau “jangan saya, saya tidak berdaya untuk tugas ini” , suara itupun menimpalinya “tidak bisa, tidak ada yang lain lagi, kaulah yang harus melaksanakannya, jika ada yang menanyakan legalitas tugas ini, maka jawablah bahwa Al-qur’an legalitasnya” , maka setelah itu Diponegoro mulai menyerukan perang sabil dengan landasan “Mangun luhuripun agama islam wonten ing tanah jawa sedaya” (Membangkitkan agama islam di seluruh tanah jawa), selanjutnya selama 5 tahun beliau menjalani peperangan besar melawan Belanda, dan tercatat telah menghabiskan banyak kas kerajaan negeri Belanda. 

Beliau di ibaratkan seperti seorang Karna dalam cerita Mahabharata, yang sebenarnya telah mengetahui bahwa dia tidak akan mendapatkan kemenangan dalam perang tapi dia tetap melaksanakan “Dharma” sebagai salah satu usaha/ikhtiar yang baik untuk dicatat sebagai tauladan bagi generasi mendatang.



------- 

Silsilah nasab Pangeran Diponegoro, menurut catatan penelusuran Raden Ayu Linawati (ranji.sarkub.com), versi keluarga Kajoran, sbb : 

Pangeran Diponegoro (Raden Mas Sayyid Ontowiryo / 11 Nopember 1785) bin Sri Sultan Hamengku Buwono III (+ Raden Ayu Mangkarawati Pacitan) bin Sri Sultan Hamengku Buwono II bin Sri Sultan Hamengku Buwono I (Pangeran Mangkubumi) bin Kandjeng Susuhunan Prabu Amangkurat Djawi ing Kartosuro (Susuhunan Prabu Amangkurat IV) bin Pangeran Puger (bergelar KS. Paku Buwono I ing Surakarta Hadiningrat) 

... (sampai sini ada perbedaan versi, dibawah ini lanjutan versi keluarga Kajoran yang dimuat RA Linawati, di Ranji sarkub) ...


bin Pangeran Harya Wiramenggala I ( Menantu Pangeran Kajoran ) sinare ing Dalem Kajoran Klaten bin Panembahan Raden Sinare ing Dalem Kajoran Klaten (+ Raden Ayu Panembahan Raden Kajoran) bin Pangeran Mas Putra Adipati Pajang (terkenal dengan sebutan Mbah Sambu Lasem) bin Pangeran Benowo (Sultan Prabu Adiwijaya I) bin Sultan Hadiwijaya / Jaka Tingkir (+ Ratu Mas Cempo binti Sultan Trenggono Demak) bin Raden Kebo Kenongo / Sultan Prabu Wijoyo I (+ Nyai Ageng Penging Binti Sunan Lawu) bin Adipati Andayaningrat / Kyai Ageng Penging Sepuh / Syarif Muhammad Kebungsuan II bin Sayyid Maulana Malik Ibrahim Asmoroqandi / Syech Samsu Tamres bin Sayyid Maulana Malik Ibrahim Asmoroqandi / Syech Samsu Tamres bin Sayyid Syaikh Jumadil Qubro (Jamaluddin Akbar Al-Khan) bin Sayyid Ahmad Shah Jalal (Ahmad Jalaludin Al-Khan) bin Sayyid Abdullah Al-’Azhomatu Khan bin Sayyid Abdullah Al-’Azhomatu Khanbin Sayyid Amir ‘Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad, India) bin Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut) bin Sayyid Ali Kholi’ Qosam bin Sayyid Alawi Ats-Tsani bin Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah bin Sayyid Alawi Awwal bin Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillahbin Ahmad al-Muhajir bin Sayyid ‘Isa Naqib Ar-Rumi bin Sayyid Muhammad An-Naqibbin Sayyid Al-Imam Ali Uradhi bin Sayyidina Ja’far As-Sodiq bin Sayyidina Muhammad Al Baqir bin Sayyidina ‘Ali Zainal ‘Abidin bin Al-Imam Sayyidina Hussain bin Fatimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad SAW.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar