ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Rabu, 28 Maret 2012

Syafaat, Tawasul, dan Tabaruk

Sufi Road : Tabaruk
========================


Syafaat, Tawasul, dan Tabaruk Syeikh Muhammad Hisyam Kabbani

Melanjutkan kisah-kisah dari sahabat dan Rasulullah yang mengajarkan dan membolehkan tabaruk dengan benda-benda peninggalan Rasulullah. ini adalah dasar bagi kita untuk juga mengambil berkah dengan para wali-wali Allah dan orang-orang soleh.
Berikut adalah tabaruk dengan Tempat Salat Nabi saw, tabaruk dengan Makam Nabi, tabaruk dengan Jubah Nabi , Benda-Benda, Tempat, dan Orang-Orang yang Pernah Disentuh Nabi saw, Tangan dan Kaki Nabi, Tempat-Tempat yang Dikunjungi Nabi,Makanan Nabi saw, terompah nabi.

1. Tabaruk dengan Tempat Salat Nabi saw.
Selanjutnya, ada beberapa riwayat tentang bertabaruk meialui tempat salat (mushalla) Nabi saw. Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa Utbah ibn Mali, scorang sahabat yang ikut Perang Badr, keitika matanya tak bisa melihat, berkata kepada Nabi saw., "Aku berharap kiranya engkau salat di rumahku agar aku dapat salat di tempat engkau salat." Nabi saw. datang ke rumahnya dan bertanya di mana beliau harus salat. Utbah menunjukkan tempat kepada Nabi saw. dan beliau salat di tempat itu. Dalam riwayat Muslim disebutkan, "Aku (Utbah) mengirim pesan kepada Nabi saw.: 'Datanglah dan berikan kepadaku tempat untuk beribadah, Imam al-Nawawi berkata, "Artinya, buatlah tanda bagiku yang dapat kujadikan sebagai tempat beribadah untuk mendapatkan keberkahan karena engkau pernah berada di tempat itu. Dalam hadis ini terdapat dalil untuk mencari keberkahan melalui benda-benda peninggalan para wali (al-tabarruk bi atsar al-shalihin)"

Karena takut akan menumbuhkan kemusyrikan, Umar menebang pohon baya'h yang sering dipergunakan sebagai tempat salat. Tetapi, diketahui bahwa Ibn Umar mencari keberkahan bahkan dengan berjalan menyusuri tempat yang pernah dilewati Nabi saw. serta mendirikan salat persis di tempat Nabi saw. salat di Ka'bah dan di tengah perjalanan beliau. Bahkan, dikisahkan bahwa ia pun menyirami bebcrapa pohon yang di bawahnya Nabi saw. pernah mendirikan salat agar pohon itu lidak mati.

2. Tabaruk dengan Makam Nabi saw.
Dawud ibn Shalih berkata, "(Khalifah} Marwan (ibn al-Hakam) suatu hari melihat seorang pria meletakkan wajahnya di atas makam Nabi saw. Ia berkata, "Tahukah kau, apa yang tengah kaulakukan?" Ketika didekali, ternyata orang itu adalah Abu Ayub al-Anshari, yang kemudian menjawab, "Ya, aku datang kepada Nabi saw., bukan kepada sebuah batu."'
Dan diriwayatkan bahwa Mu'adz ibn Jaba! dan Bilal juga pernah mendatangi makam Nabi saw., lalu menangis di sana. Bahkan Bilal membenamkan wajahnya di atas makam mulia itu.
Hafiz al-Dzahabi menulis dalam catatannya tentang guru-guru nya:
Ahmad ibn al-Mun'im meriwayatkan kepada kami ... dari Umar bahwa Umar tidak suka menyentuh makam Nabi saw. Aku berkata, "la tidak menyukainya karena ia menganggapnya sebagai sikap yang tidak sopan." Ketika Ahmad ibn Hanbal ditanya tentang (hukum) menyentuh dan mencium makam Nabi saw., ia menja¬wab bahwa tak ada salahnya dengan hal itu. Putranya Abdullah meriwatkan ini darinya.

Al-Dzahabi melanjutkan,
Jika dikatakan, "Mengapa para sahabat tidak melakukan ini?" Jawablah, "Karena mereka meiihat Nabi saw. langsung pada masa hidupnya, merasakan keberadaannya, mencium tangannya, sering berebut sisa air wudunya, berbagi rambutnya yang suci ketika be-
liau melaksanakan ibadah haji besar. Dan ketika beliau membasuh wajahnya, tak ada air yang jatuh ke tanah karena orang-orang berebut menadahnya dan membasuhkannya ke wajah mereka. Karena kami tidak mengalami kesempatan mulia seperti itu, kami
menyandarkan diri kami ke makamnya, bahkan menciumnya sebbagai tanda keteguhan, kecintaan, dan penerimaan. Tak tahukah engkau apa yang dilakukan Tsabit al-Bunani ketika ia mencium tangan Anas ibn Malik dan meletakkannya di atas wajahnya seraya
berkata, 'Inilah tangan yang pernah menyentuh tangan Rasulullah saw.'? Kaum muslim tidak meiakukan ini kecuali karena rasa cinta mereka yang luar biasa kepada Nabi saw. Sebab, mereka diwajibkan mencintai Allah dan Nabi saw. melebihi cinta mereka kepada nyawa mereka sendiri, anak-anak mereka, semua manusia, kekayaan mereka, juga kepada surga dan bidadari-bidadarinya. Bahkan, ada beberapa kaum beriman yang mencintai Abu Bakar dan Umar melebihi kecintaan mereka kepada diri mereka sendiri ...."
Tak tahukah engkau bahwa para sahabat, karena cinta mereka yang luar biasa kepada Nabi saw., bertanya kepada beliau, "Haruskah kami bersujud kepadamu?" dan beliau menjawab tidak. Ketahuilah, seandainya beliau mengizinkan, niscaya mereka akan bersujud sebagai tanda penghormatan dan penghargaan, bukan sebagai tanda penyembahan, seperti halnya saudara-saudara Nabi Yusuf a.s., bersujud kepada Yusuf a.s. Sama halnya, kaum musli-min bersujud di hadapan makam Nabi saw. dengan niat untuk menghormati dan menghargainya. Tak layak seseorang disebut kafir (Id yukaffaru ashla) lantaran meiakukan tindakan seperti itu. Namun, ia dapat dianggap telah menyimpang (dari perintah Nabi saw. kepada para sahabat). Karena itu, sampaikanlah kepadanya bahwa tindakan seperti itu terlarang sama seperti orang yang salat dengan menghadap ke makam Nabi saw.

Putra Imam Ahmad, Abdullah, mengatakan bahwa ia per-nah bertanya kepada ayahnya tentang orang yang menyentuh dan mencium mimbar Nabi saw. atau makam beliau untuk mencari keberkahan. Imam Ahmad menjawab, "Tak ada yang salah mengenai hal itu." Abdullah juga bertanya kepada Imam Ahmad tentang orang yang menyentuh dan mencium mimbar Nabi saw. untuk mendapatkan keberkahan, dan yang berbuat serupa terhadap makam Nabi saw., atau sesuatu yang seperti itu, dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Imam Ahmad menjawab, "Tak ada yang salah mengenai hal itu."
Sebagaimana telah disebutkan, ada sebuah riwayat autentik yang menyatakan bahwa pada masa pemerintahan Umar, terjadi kekeringan yang membuat Bilal ibn al-Harits mendatangi makam Nabi saw. dan berkata, "Ya Rasulullah, mohonkanlah hujan kepada Allah demi umatmu."
Kami pun telah mengutip sebuah riwayat bahwa Aisyah pernah memerintahkan agar atap di atas makam Nabi SAW dibuka pada musim kekeringan, dan hujan pun turun.
Umar pernah bertanya kepada Aisyah, "Apakah engkau mengizinkan jika aku dimakamkan di dekat dua orang sahabat-ku (Nabi saw. dan Abu Bakar)?" Ia menjawab, "Ya, demi Allah," padahal untuk para sahabat yang lain, dengan tegas ia menolak permintaan seperti itu.

3. Tabaruk dengan Jubah Nabi saw.
Imam Muslim meriwayatkan bahwa Abdullah, budak yang telah dimerdekakan oleh Asma (putri Abu Bakar), paman dari Pihak ibu Ibn Atha', berkata, "Asma mengutusku kepada Abdullah ibn Umar dengan pesan: 'Telah sampai kabar kepadaku bahwa engkau melarang tiga hal: mengenakan pakaian tipis, memakai Penutup pelana yang terbuat dari sutra merah, dan berpuasa sebulan penuh di bulan Rajab. Abdullah menjawab, 'Adapun
tentang berpuasa di bulan Rajab, bagaimana pendapatmu tentang orang yang berpuasa terus-menerus? l-alu mengenai pakaian tipis, aku pernah mendengar Umar ibn al-Khaththab berkata bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa mengenakan sutra, ia tak akan mendapatkan bagiannya (di Hari KiamaT)." Aku khawatir bahwa pakaian tipis ilu tErmasuk sulra. Adapun mengenai penutup pelana berwarna merah, inilah penutup pelana Abdullah, dan warnanya merah.' Aku kembali kepada Asma dan memb3ritahukan jawaban Abdullah. Asma kemudian berkata, 'Di sini ada jubah Rasulullah saw.,' dan ia mengeluarkan jubah yang terbuat dari kain Persia dengan keliman brokat (suTra), dan lengan baju dirajut dengan brokat (sutra). Ia berkata, 'Inilah jubah Rasulullah saw. yang disimpan Aisyah hingga ia wafat, kemudian aku mewarisinya. Rasulullah saw. pernah mengenakan-nya, dan kami mencucinya untuk orang-orang yang sakit agar mereka sembuh."'
Muslim meriwayatkan ini pada bab pertama kitab tentang pakaian. Al-Nawawi menjelaskan, "Hadis ini mengandung dalil dianjurkannya mencari keberkahan melalui benda-benda dan pakaian peninggalan orang saleh".

4. Benda-Benda, Tempat, dan Orang-Orang yang Pernah Disentuh Nabi saw.
Suwaid ibn Ghafalah meriwayatkan: "Aku melihat Umar mencium Hajar Aswad dan memegangnya erat-erat, seraya berkata, 'Aku melihat Rasulullah saw sangat mencintaimu."' Hadis ini diriwayatkan dari Sufyan dengan sanad yang sama (begitu pun matannya), "Ia (Umar) berkata, 'Aku tahu, engkau hanyalah sebongkah batu, aku sama sEkali tidak menaruh rasa hormat kepadamu seandainya tidak melihat Abu al-Qasim yang begitu mencintaimu."' Dan ia tidak menyebutkan bahwa Umar memegangnya erat-erat.

Al-Tabrani dan Imam Ahmad meriwayatkan dari Handzalah Ibn Hudzaim yang pernah dibawa kakeknya, Hudzaim, menghadap Nabi saw. Hudzaim berkata kepada Rasulullah saw., "Aku punya anak laki-laki dan cucu laki-laki, sebagian mereka tetah beranjak remaja dan sebagian lainnya masih kecil." Seraya mengehampiri anak kecil yang berada di dekatnya, ia berkata, "Inilah si bungsu." Nabi saw. mendekatkan anak kecil yang bernama Handzalah kepadanya, mengusap kepalanya, dan berkata, "barakallahu fik semoga Allah memberkatimu."
Setelah peristiwa itu, orang-orang mendatangi Handzalah sambil membawa orang yang bengkak wajahnya atau kambing yang sakit. Handzalah akan meletakkan tangannya di bagian kepalanya yang pernah diusap Nabi saw. lalu menyentuh bagian yang sakit itu sambil mengucapkan bismill&h. Dan serta-merta bagian yang sakit itu pun sembuh."

Dari Ibn Abi Syaibah bahwa Yazid ibn Abdul Malik ibn Qu-syat dan al-Utbi meriwayatkan kebiasaan para sahabat di masjid Nabi saw meletakkan tangan mereka di atas pegangan (rumma-nah) mimbar Nabi saw., tempat Nabi saw. pernah meletakkan tangannya. Mereka melakukan itu sambil menghadap kiblat dan berdoa kepada Allah agar Dia mengabulkan doa mereka karena mereka meletakkan tangan mereka di tempat Nabi saw. pernah meletakkan tangannya saat berdoa. Abu Maududah berkata, "Aku melihat Yazid ibn Abdul Malik melakukan hal serupa."

Kebiasaan para sahabat ini menjelaskan dua hal. Pertama, di-bolehkannya memohon segala sesuatu kepada Allah dengan ber-tawasul kepada Nabi saw. setelah beliau waf`t, dan para sahabat benar-benar mempraktikkannya. Demikian pula, boleh hukumnya memohon segala sesuatu kepada Allah dengan bertawasul kepada orang-orang saleh. Kedua, boleh hukumnya mencari keberkahan (barakah) dari benda-benda yang pernah disentuh Nabi saw."

Seorang tabiin, Tsabit al-Bunani mengatakan bahwa ia pcr-nah mengunjungi Anas Ibn Malik, mencium tangannya seraya berkata, "Inilah tangan yang pernah menyentuh Nabi saw." Ia mencium matanya dan berkata, "Inilah mata yang pernah melihat Nabi saw."

Menurut al-Bukhari, Abdurrahman ibn Razin meriwayat-kan bahwa salah seorang sahabat Nabi saw., Salamah ibn al-Aku, mengangkat tangannya di hadapan sekelompok orang dan berkata, "Dengan tangan ini aku telah bersumpah setia (baiat) kepada Rasulullah saw." Mendengar ucapannya itu, semua yang hadir bangkit dan mencium tangannya. Versi lain hadis ini juga diriwayatkan oleh Ahmad.
Abu Malik al-Asyja'i mengatakan bahwa suatu ketika ia ber-kata kepada sahabat Nabi saw. yang pernah bersumpah setia di bawah pohon, yaitu Ibn Abi Aufa, "Ulurkan kepadaku tanganmu yang pernah bersumpah setia kepada Rasulullah saw. agar aku dapat menciumnya.,' Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn al-Muqri.
Al-Bukhari juga meriwayatkan bahwa Suhaib melihat Sayidina Ali mencium tangan dan kaki paman Nabi saw., al-Abbas, dan bahwa Tsabit mencium tangan Anas karena tangan itu pernah menyentuh tangan Nabi saw.
Al-Syurunbali al-Hanafi, dalam karyanya tentang Fiqh yang berjudul Nur al-'Iddah, berkata:
Disunahkan masuk ke Ka'bah. Orang yang memasukinya harus mencari tempat Nabi saw. mendirikan salat. Tempat itu berada di depannya ketika ia membelakangi pintu sampai antara dirinya dan pintu berjarak kira-kira tiga depa. Dirikantah salat di sana dan berdoalah kepada Allah untuk memohon ampunan dan memuji-Nya."

5. Tangan dan Kaki Nabi saw.
Hadis pertama Imam Ahmad yang diriwayatkan dari Anas ibn Malik dalam karyanya, Musnad Anas adalah, "Seluruh warga Madinah pernah memegang tangan Nabi saw. dan mereka segera mendapatkan apa yang mereka butuhkan.
Aisyah, Ummul Mukminin, meriwayatkan: "Ketika menderita sakit, Rasulullah saw. akan membaca tiga surah terakhir Alquran dan meniupkannya kepada dirinya sendiri." Aisyah melanjut-kan, "Jika sakiinya parah, aku akan membacakan tiga surah itu kepadanya dan mengusapnya dengan tangan kanannya seraya mengharapkan keberkahan."
Usamah meriwayatkan, "Aku menghadap Nabi saw. yang tengah bersama para sahabat, dan mereka terlihat setenang burung-burung yang merundukkan kepalanya. Aku ucapkan salam kepada Nabi saw. dan kemudian duduk. Lalu orang-orang Arab badui datang dan mengajukan beberapa pertanyaan yang dijawab Nabi saw. .... Setelah itu, Nabi saw. berdiri dan orang-orang pun berdiri. Mereka mulai mencium tangannya. Aku pun mencium tangannya dan meletakkannya di wajahku. Aku merasakannya lebih harum dari minyak kesturi dan lebih sejuk dari air manisan."

Abdullah ibn Umar meriwayatkan:
Ibn Umar diutus bersama sekelompok pasukan oleh Rasulullah saw. Orang-orang berbalik melarikan diri. la berkata, "Aku termasuk orang yang berbalik melarikan diri. Ketika berhenti, kami berkata, 'Apa yang harus kita lakukan? Kita telah melarikan diri dari pertempuran dan akan mendapalkan murka Allah.' Lalu kami berkata, 'Mari kita masuk ke Madinah, diam di sana, dan pergi ke sana tanpa diketahui siapa pun.' Maka kami memasuki kota itu dan berpikir, 'Jika kami datang kehadapan Rasuiullah saw., dan jika ada kesempalan bertobat bagi kami, kami akan tinggal; jika yang terjadi sebaliknya, kami akan pergi.' Maka kami duduk menunggu Rasulullah saw. sebelum salat Subuh. Ketika beliau keluar, kami berdiri dan berkata, 'Kami termasuk orang yang melarikan diri.' Beliau menoleh ke arah kami dan berkata, Tidak, kamu sekalian adalah orang yang kembali unluk berperang setelah melarikan diri.' Kami kemudian menghampirinya dan mencium tangannya. Beliau bersabda, 'Akulah pemimpin kaum muslim.'""
Ibn Umar bercerita dan berkata, "Kami kemudian mendekati Nabi saw dan mencium tangannya." Diriwayatkan dalam karya Ibn Majah, Sunan, dalam Suuan Abu Dawud, dan dalam Mushatinaf karya Ibn Abu Syaibah dari dua sanad yang berbeda.
Ummu Aban, anak perempuan al-Wazi ibn Zari, meriwayat-kan bahwa kakeknya, Zari al-Abdi, salah seorang utusan Abdul Qais, berkata, "Ketika kami tiba di Madinah, kami berlomba menjadi yang pertama turun dari kuda dan mencium tangan serta kaki Rasuiullah saw. ... (hingga akhir hadis)."*
Al-Bukhari meriwayatkan darinya hadis serupa dalam kar-yanya, Adb al-Mufrad: Kami tengah berjalan, ketika seseorang berkata, "Ada Rasuiullah saw." maka kami segera meraih tangan dan kakinya, lalu menciumnya.
Buraidah meriwayatkan bahwa seorang Arab badui datang kepada Nabi saw. dan berkata, "Ya Rasuiullah saw., izinkan aku mencium kepala dan tanganmu" dan beliau mengizinkannya. Dalam versi yang lain, ia meminta izin untuk mencium tangan dan kaki.
Shafwan ibn Ashal al-Muradi meriwayatkan: "Salah seorang dari dua orang Yahudi berkata kepada sahabat Nabi saw., 'Antarkan kami kepada Nabi saw. agar kami dapat menanyakannya tentang sepuluh tanda tanda musa... (nabi menjawab semuanya dan kemudian) mereka mencium tangan dan kakunya lalu ebrkata, " Kami bersaksi, engkau adalah seorang nabi...

6. Kulit Nabi SAW
Usaid ibn Hudzair meriwayatkan:
Abdurahman ibn Abi Laila, mengutip Usaid ibn Hudzair seorang anshar, berkata bahwa ketika ia tengah bercanda dan membuat para sahabat lain tertawa, Nabi SAW memikulnya dengan ranting kayu sambil bergurau. Usaid berkata Izinkahlah aku membalas," Beliau menjawab, "balaslah". Ia berkata,"Namun engkau menegnakan baju sedangkan aku tidak. " Nabi sAW melepas bajunya dan orang itu memeluknya serta mencium pinggang beliau. lalu ebrkata "inilah yang kuinginkan ya RAsulullah.."

Abi Abdil Barr meriwayatkan bahwa Nabi SAW telah mengharamkan dua atau tiga kali penggunaan khaluq (sejenis minyak wangi yang dicampur kunyit), melihat sawad ibn Amr al Qari memakainya NAbi SAW memukul perutnya dengan batang daun kurma (jaridah) sehingga menimbulkan goresan luka kecil. Sawad meminia izin untuk membalas, dan ketika Nabi saw. memperlihatkan bagian perut beliau, liba-tiba ia lompat dan mencium perut Nabi saw.
Sementara versi Ibn Ishaq dalam Sirah menyebutkan bahwa Sawad termasuk sahabat yang ikut Perang Badar. Nabi saw. tengah menyusun strategi mempergunakan ranting {miqran), dan beliau memukulkan ranting itu ke perut Sawad sehingga menimbulkan luka gores kecil. Nabi saw. berkata, "Jauhkan dirimu dari yang lain." Sawad berkata, "Ya Rasulullah saw., engkau telah melukaiku, izinkan aku membalas." Nabi saw. menyerahkan kepadanya ranting kayu itu dan berkata, "Balaslah." Sawad mendekati beliau dan mencium perut beliau. Nabi saw. bersabda, "Apa yang membuatmu melakukan itu, wahai Sawad?" Ia menjawab, "Ya Rasulullah saw., saatnya telah tiba bagi apa yang engkau lihat, dan aku ingin agar perbuatan terakhirku di dunia ini adalah menyentuhmu."
Buhaisa al-Fazariyah meriwayatkan, "Ayahku meminta izin kepada Nabi saw. Lalu ia mendekati dan membuka baju beliau, mulai menciumnya, dan memeluknya karena cintanya kepada beliau.""

7. Tempat-Tempat yang Dikunjungi Nabi saw.
Abu Burdah meriwayatkan: Ketika tiba di Madinah, aku bertemu dengan Abdullah ibn Salam. Ia berkata, "Maukah kau berkunjung kepadaku agar aku dapat menyediakan sawiq (tepung barley) dan kurma untukmu, serta mengajakmu memasuki rumah (diberkati) yang pernah dimasuki Nabi saw.?"

8. Makanan Nabi saw.
Al-Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. tinggal di rumah Abu Ayub hingga masjid dan tempat tinggalnya dibangun. Kemudian beliau pindah ke rumahnya sendiri. Yazid ibn Abu Habib dari Martsad ibn Abdullah al-Yazani dari Abu Ruhm al-Sama'i berkata kepadaku bahwa Abu Ayub bercerita kepadanya, "Ketika Rasulullah saw. tinggal di rumahku, beliau tidur di atas lantai tanah, sedangkan aku dan Ummu Ayub di atas tempat lidur. Aku berkata kepada beliau, "Ya Rasulullah saw., aku telah menganggapmu sebagai orangtuaku sendiri, dan aku sedih ka-rena aku tidur di atas sedangkan engkau di bawahku. Marilah bertukar tempat." Beliau menjawab, "Hai Abu Ayub, lebih menye-nangkan bagiku dan tamu-tamuku berada di atas lantai tanah." Akhirnya kami menyerah. Suatu ketika kami memecahkan sebuah kendi air. Aku dan Ummu Ayub mengambil salah satu pakaian kami untuk mengeringkan air ilu karena takut akan membasahi Nabi saw. Kami tak lagi punya pakaian yang bisa kami kenakan. Kami biasa menyediakan makan malam beliau dan mengantar-kannya kepada beliau. Ketika beliau mengembalikan sisanya, aku dan Ummu Ayub biasa menyentuh tempat yang pernah disentuh oleh tangan beliau dan makan darinya berharap mendapatkan berkah.

9. Panah Nabi saw.
Ibn Hisyam meriwayatkan bahwa Nabi saw. memerintahkan pasukan untuk berpindah ke sebelah kanan melewati belukar jalan al-Murar ke lereng al-Hudaibiyah di bawah Mekah. Mereka melakukan perintahnya, dan ketika pasukan berkuda Quraisy melihat kepulan debu pasukan yang menjauhi jalan mereka, tergesa-gesa mereka kembali ke pasukan inti Quraisy. Nabi saw. pergi menempuh jalan al-Murar dan ketika untanya berlutut, orang-orang berkata, "Unta itu tidak akan bangkit lagi." Beliau berkata, "Biasanya ia tidak membandel dan itu bukanlah sifatnya, tetapi Yang Maha Esa, yang mengusir pasukan bergajah dari Mekah, menahan unta ini. Hari ini, apa pun syarat yang diminta kaum Quraisy kepadaku akan kukabulkan untuk menunjukkan itikad baikku kepada keluarga." Kemudian beliau memerintahkan orang-orang untuk turun dari kuda. Mereka keberatan karena di tempat itu tidak ada sumber air. Kemudian Nabi saw. mengambil anak panah dari sarung anak panahnya dan memberikannya kepada seorang sahabat. Sahabat itu menusukkan anak panah tadi ke tengah sebuah lubang air, dan serta-merta air memancar hingga unta-unta pasukan minum sepuasnya dan mereka dapat beristirahat di sana.

10. Terompah Nabi saw.
Al-Bukhari dan al-Tirmidzi meriwayatkan dari Qatadah: "Aku meminta Anas untuk bercerita tentang terompah Rasu-lullah saw. dan ia menjawab, 'Ada dua tali pengikat pada setiap terompahnya.'" Dan Isa ibn Tahman berkata, "Anas mengambil sepasang sepatu dan memperlihatkannya kepada kami. Sepatu itu tidak berbulu.""

Al-Bukhari, Malik, dan Abu Dawud meriwayatkan bahwa Ubaid ibn Jarih berkata kepada Abdullah ibn Umar, "Kulihat engkau memakai terompah dari kulit yang disamak." Ia menjawab, "Aku pernah melihat Nabi saw. mengenakan terompah tak berbulu dan berwudu tanpa melepaskannya. Karena itulah aku suka memakainya."
Al-Qasthallani berkata bahwa Ibn Mas'ud, salah seorang pelayan Nabi saw., terbiasa membawakan kepada Nabi saw. bantal (wisAdah), sikat gigi (siwak), terompah {na'layn), dan air untuk berwudu. Ketika Nabi saw. bangun dari tidur, ia akan meletak-kan terompah itu dekat beliau. Ketika beliau duduk, ia akan memegang terompah beliau dengan tangannya hingga beliau berdiri.

Semoga Allah terus memberikan kita keberkahan dengan mencontohkan tabaruk dengan benda2 orang solihin.. Amien

Tidak ada komentar:

Posting Komentar