ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Rabu, 23 Mei 2012

Biografi Penyusun Kitab رياض الصالحين/Riyadlus Sholihin

Biografi Singkat Al-Imam An-Nawawi Rohimahulloh Penyusun Kitab رياض الصالحين/Riyadlus Sholihin ---------------------------------------------------------------------- Beliau adalah Yahya bin Syaraf bin Hasan bin Husain An-Nawawi Ad-Dimasyqiy, Abu Zakaria. Beliau dilahirkan pada bulan Muharram tahun 631 H di Nawa, sebuah kampung di daerah Dimasyq (Damascus) yang sekarang merupakan ibukota Suriah. Beliau dididik oleh ayah beliau yang terkenal dengan keshalehan dan ketakwaan. Beliau mulai belajar di katatib (tempat belajar baca tulis untuk anak-anak) dan hafal Al-Quran sebelum menginjak usia baligh. Ketika berumur 10 tahun, Syaikh Yasin bin Yusuf Az-Zarkasyi melihatnya dipaksa bermain oleh teman-teman sebayanya, namun ia menghindar, menolak dan menangis karena paksaan tersebut. Syaikh ini berkata bahwa anak ini diharapkan akan menjadi orang paling pintar dan paling zuhud pada masanya dan bisa memberikan manfaat yang besar kepada umat Islam. Perhatian ayah dan guru beliaupun menjadi semakin besar. An-Nawawi tinggal di Nawa hingga berusia 18 tahun. Kemudian pada tahun 649 H ia memulai rihlah thalabul ilminya ke Dimasyq dengan menghadiri halaqah–halaqah ilmiah yang diadakan oleh para ulama kota tersebut. Ia tinggal di madrasah Ar-rawahiyyah didekat Al-Jami’ Al-Umawiy. Jadilah thalabul ilmi sebagai kesibukannya yang utama. Disebutkan bahwa ia menghadiri dua belas halaqah dalam sehari. Ia rajin sekali dan menghafal banyak hal. Iapun mengungguli teman-temannya yang lain. Ia berkata : “Dan aku menulis segala yang berhubungan dengannya,baik penjelasan kalimat yang sulit maupun pemberian harakat pada kata-kata. Dan Allah telah memberikan barakah dalam waktuku.” Diantara syaikh beliau: Abul Baqa’ An-Nablusiy, Abdul Aziz bin Muhammad Al-Ausiy, Abu Ishaq Al-Muradiy, Abul Faraj Ibnu Qudamah Al-Maqdisiy, Ishaq bin Ahmad Al-Maghribiy dan Ibnul Firkah. Dan diantara murid beliau: Ibnul ‘Aththar Asy-Syafi’iy, Abul Hajjaj Al-Mizziy, Ibnun Naqib Asy-Syafi’iy,Abul ‘Abbas Al-Isybiliy dan Ibnu ‘Abdil Hadi. Pada tahun 651 H ia menunaikan ibadah haji bersama ayahnya, kemudian ia pergi ke Madinah dan menetap disana selama satu setengah bulan lalu kembali ke Dimasyq. Pada tahun 665 H ia mengajar di Darul Hadits Al-Asyrafiyyah (Dimasyq) dan menolak untuk mengambil gaji. Imam An-Nawawi adalah seorang yang zuhud, wara’ dan bertaqwa. Beliau sederhana, qana’ah dan berwibawa. Beliau menggunakan banyak waktu beliau dalam ketaatan. Sering tidak tidur malam untuk ibadah atau menulis. Beliau juga menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, termasuk kepada para penguasa, dengan cara yang telah digariskan Islam. Beliau menulis surat berisi nasehat untuk pemerintah dengan bahasa yang halus sekali. Suatu ketika beliau dipanggil oleh raja Azh-Zhahir Bebris untuk menandatangani sebuah fatwa. Datanglah beliau yang bertubuh kurus dan berpakaian sangat sederhana. Raja pun meremehkannya dan berkata: ”Tandatanganilah fatwa ini!!” Beliau membacanya dan menolak untuk membubuhkan tanda tangan. Raja marah dan berkata: ”Kenapa !?” Beliau menjawab: ”Karena berisi kedzaliman yang nyata”. Raja semakin marah dan berkata: ”Pecat ia dari semua jabatannya”. Para pembantu raja berkata: ”Ia tidak punya jabatan sama sekali. Raja ingin membunuhnya tapi Allah menghalanginya". Raja ditanya: ”Kenapa tidak engkau bunuh dia padahal sudah bersikap demikian kepada Tuan?” Rajapun menjawab: ”Demi Alloh, aku sangat segan padanya” Imam Nawawi meninggalkan banyak sekali karya ilmiah yang terkenal. Jumlahnya sekitar 40 kitab, diantaranya: Dalam bidang hadits : Arba’in, Riyadhush Shalihin, Al- Minhaj (Syarah Shahih Muslim), At-Taqrib wat Taysir fi Ma’rifat Sunan Al-Basyirin Nadzir. Dalam bidang fiqih : Minhajuth Thalibin, Raudhatuth Thalibin, Al-Majmu’. Dalam bidang bahasa : Tahdzibul Asma’ wal Lughat. Dalam bidang akhlak : At-Tibyan fi Adab Hamalatil Qur’an, Bustanul Arifin, Al-Adzkar. Kitab-kitab ini dikenal secara luas termasuk oleh orang awam dan memberikan manfaat yang besar sekali untuk umat. Ini semua tidak lain karena taufik dari Allah Ta’ala, kemudian keikhlasan dan kesungguhan beliau dalam berjuang. Imam Nawawi pulang ke rohmatulloh pada tanggal:24 Rajab Tahun 676 H -Rohimahulloh wa Ghofaro Lahu Wa Adkholahu Al-Jannah, amiin. Salah satu karya Ilmiah beliau adalah Kitabرياض الصالحين /Riyadlus Sholihin adalah sebuah kitab yang sangat masyhur dalam dunia Islam. Kitab ini telah dijadikan pegangan selama ratusan tahun bagi para 'ulama', pelajar dan penuntut ilmu agama di belahan dunia. Di Indonesia sendiri kitab Riyadlus Sholihin ini seolah-olah menjadi salah satu ‘kitab wajib’ bagi seluruh pesantren. رياض الصالحين/Riyad/us Sholihin yang diartikan sebagai pelatihan orang-orang shalih, dibahas menjadi 19 kitab yang terbagi atas 372 Bab dan menyertakan sebanyak 1900 hadis. Dalam metode penulisannya, Imam Nawawi mengemukakan ayat-ayat Qur’an sebagai dalil utama untuk menguatkan dalil penyokong atas kitab yang akan dibahas, kemudian baru menyertakan dalil-dalil hadis sebagai penjabaran atas bab-bab yang dibahas tersebut. Pembahasan Isi Kitab Diawali dengan ‘kitab Ikhlas’, beliau membuka dengan manis kitab Riyadlus Sholihin itu dengan menyertakan ayat-ayat al-Qur’an yang mendukung pembahasan kitab ikhlas tersebut. Hampir seluruh isi kitab ini mengandung ruh akan dorongan menghambakan diri kepada Allah serta ‘memupuk’ amal shalih. Mayoritas isi pada kitab-kitab awal adalah mengenai masalah hati dan kebersihan jiwa. Seperti masalah ikhlas niat, taubat, sabar, shiddiq, murraqabah, yaqin, tawakal, istiqamah, mujahadah, hemat, rajin, zuhud, qana’ah, dermawan, tolong-menolong, nasehat, amar ma’ruf-nahi mungkar, amanat, dan menghindari kezaliman. Pada bagian berikutnya beliau menekankan kepada masalah muamalat mu’asyarah, yakni masalah-masalah yang berhubungan dengan kehidupan manusia bermasyarakat sebagai makhluk sosial, seperti: mendamaikan manusia, berbelas kasih pada anak yatim, orang miskin, menjaga hak wanita, hak suami dan istri, belanja keluarga, hak-hak tetangga, orang tua, anak dan keluarga, menghormati ulama, kaum kerabat, orang-orang sholeh dan lain-lain. Pada pembahasan masalah moral dan adab, beliau menekankan juga tentang perihal keadilan, hubungan antara rakyat dan pemimpin, menjaga adab kesopanan terhadap orang hidup maupun orang mati, sampai adab-adab pribadi untuk diamalkan sehari-hari, tidak luput dari pembahasan beliau. Sedemikian lengkapnya, sehingga urusan pribadi umat dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, secara ‘manis’ dan rapi beliau bahas satu persatu. Dalam masalah syariat, secara panjang lebar beliau membahas pula hukum-hukum dalam berbagai masalah; mulai dari masalah berpakaian, wudhu, sholat-sholat wajib, sholat-sholat sunat, puasa sunat, ziarah kubur, sumpah, jual-beli, dan lain-lain dengan menyertakan adab-adab dan kesempurnaan amal, lengkap dengan fadhilah amal, sehingga tidak monoton membahas masalah pokok fiqihnya saja. Pembahasan kitab ini diakhiri dengan indah pada Bab Istighfar, mulai dari dalil perintah beristighfar sampai kelebihan orang-orang yang beristighfar dab beberapa Fadlo'ilul 'A'mal lainnya. Al-Marhum Romo KH. Ali Makshum Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta suka mengajarkan Kitab رياض الصالحين ini kepada para santrinya, yang kemudian dilanjutkan oleh putra beliau KH. Atabik 'Ali hingga sekarang. Semoga kita semua dapat barokah para 'Ulama' Salafina Al-Sholeh yang mereka mendapat ilmu dengan sanad yang bersambung dari Guru-gurunya hingga ke Rosululloh SAW, Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar