ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Selasa, 02 Januari 2018

PINTU TENGAH SURGA : ORANG TUA

PINTU TENGAH SURGA : ORANG TUA

Dari Abu Darda radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ

“Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu itu atau kalian bisa menjaganya.” (HR. Tirmidzi no. 1900, Ibnu Majah no. 3663 dan Ahmad 6: 445. Hadits  hasan).

Memuliakan orang tua adalah kebaikan yang utama, sebab, ketika  memuliakan keduanya, Allah pun akan memuliakan kita. Allah  akan mencintai kita, mengistimewakan kita, dengan cara-Nya.

Demikianlah, orang tua selalu bisa menjadi sebab seorang anak jadi penghuni surga.

Dari Abdullah bin ‘Amr beliau berkata, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ridha Allah pada ridha orang tua dan murka Allah pada murka orang tua.” (HR. Al-Baihaqy)

Bila ingin meraih cinta Allah, kita pun harus mencintai orang tua. Maka ketika cinta itu sudah jadi pilihan, akan kita lakukan apa yang membuatnya suka. Dan akan kita jauhi apa yang tak ia perbolehkan. Dan cinta itu akan tumbuh jadi cintanya Allah. Insya Allah.

Maka sudah jadi tugas seorang anak untuk mengupayakan yang terbaik untuk orang tua. Menjaga hati keduanya agar tak menimbulkan murkanya. Menjaga hatinya agar tetap tenang walau misal kita jauh darinya. Bahkan ketika kita harus jauh dari orang tua, yang mereka inginkan hanya mengetahui kabar putra-putrinya. Memastikan bahwa buah hatinya selalu dalam kondisi baik-baik saja. Maka jangan biarkan khawatir terus menyergapi mereka. Teruslah jalin silaturahmi agar tenang hatinya dan doa terus terlantun dari bibirnya. Untuk kesuksesan kita meraih cita cita.

Di mana pun kita berada, merekalah tempat ternyaman untuk kembali. Untuk menceritakan segala cerita.  Hingga kita terus kuat memperjuangkan apa yang kita pilih. Bahkan ketika di tanah rantau untuk mengumpulkan ilmu, atau bahkan memperjuangkan cita-cita.

Maka kelak, ada saatnya kita harus kembali. Berada di samping mereka. Memberikan apa yang bisa kita beri. Mempersembahkan apa yang bisa kita persembahkan. Yang terbaik.

Karena kita yakin, pintu surga paling tengah adalah mereka. Maka jangan sia-siakan. Raihlah dan jagalah.

Hanya satu perkara saja yang tidak boleh tunduk-taat kepada orang tua yaitu ketika orang tua tersebut mengajak kepada kemaksiatan dan kemusyrikan dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لاَ طَاعَةَ لِمَخْلُوقٍ فِى مَعْصِيَةِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

“Tidak ada ketaatan pada makhluk dalam bermaksiat pada Allah ‘azza wa jalla.” (HR. Ahmad, 1: 131. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim)

Firman Allah Subhanahu wata'ala yang berkaitan dengan hadits tersebut adalah

وَاِنْ جَاهَدٰكَ عَلٰٓى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا ۖ  وَّاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَيَّ   ۚ  ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
wa in jaahadaaka 'alaaa an tusyrika bii maa laisa laka bihii 'ilmun fa laa tuthi'humaa wa shoohib-humaa fid-dun-yaa ma'ruufaw wattabi' sabiila man anaaba ilayy, summa ilayya marji'ukum fa unabbi`ukum bimaa kuntum ta'maluun

"Dan jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beri tahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
(QS. Luqman 31: Ayat 15)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar