ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Selasa, 29 Mei 2018

Biografi KH. ALI HASAN TEMPUREJO Fakta Sejarah yang Terlewatkan



*Biografi KH. ALI HASAN TEMPUREJO
Fakta Sejarah yang Terlewatkan*

Salah satu ulama penentang PKI dan wafat di ujung senapan mereka adalah KH. Ali Hasan. Kisah heroik dan keberanian Pengasuh Pondok Pesantren Al-Wafa, Tempurejo, Kabupaten Jember, Jawa Timur ini disampaikan oleh keponakannya, KH. Lutfi Ahmad dalam sebuah acara di Universitas Jember, belum lama ini

“Kiai Ali Hasan sangat teguh pendirian. Tidak ada kompromi dengan PKI. Namun sayang, saat mau menghadap Soekarno (Presiden RI), beliau diberondong senjata oleh PKI di Juanda,” tukasnya.

Menurut mantan anggota DPR RI itu, keteguhan hati dan keberanian Kiai Ali Hasan bisa dilihat saat dia menentang habis-habisan penerapan Nasakom. Para ulama saat itu galau. Sehingga digelarlah pertemuan ulama Jawa Timur di sebuah tempat (1965) untuk menyikapi Nasakom.

Di forum tersebut, muncul dua opsi. Opsi pertama, menolak total PKI, namun resikonya cukup besar. Opsi kedua, menerima Nasakom, namun setengah hati lantaran ada pertimbangan politis-strategis.
Nah, Kiai Ali Hasan ingin menjembatani keduanya, dengan menawarkan opsi ketiga, yaitu rekonsiliasi nasional tanpa melibatkan PKI. Jadi bunyinya rekonsiliasi, meski intinya tetap menolak PKI.

“Setelah pertemuan itu, banyak tokoh dan ulama yang mendatangi Kiai Ali Hasan (di Tempurejo) untuk berdiskusi soal itu, bahkan M. Yusuf, yang ketika itu belum jadi Jenderal juga sempat sowan ke beliau,” lanjutnya.

Singkat cerita, akhirnya KH. Musta’in Romli (Jombang) mendatangi Kiai Ali Hasan dan menyatakan mendukung opsi ketiga asalkan Kiai Ali Hasan sendiri yang menyampaikan kepada Soekarno. Dan mayoritas ulama juga mendukung apa yang disampaikan KH. Musta’in Ramli.

Maka berangkatlah Kiai Ali Hasan untuk menghadap Soekarno di Jakarta.

“Diterimalah kunjungannya oleh Soekarno, yang saat itu kebetulan didampingi DN Aidit. Soekarno setuju atas usulan Kiai Ali Hasan, dengan syarat menghadap kembali dengan membawa konsep dan rumusan yang sudah siap,” jelas KH. Lutfi Ahmad

Kiai Ali Hasan pun pulang. Sesampai di Jember, Kiai Hasan selama beberapa hari menyusun konsep dan rumusan rekonsiliasi sebagaimana ia kemukakan kepada Bung Karno. Setelah selesai, ia bertolak ke Jakarta untuk menghadap Soekarno (29 September 1965).

Saat itu, ia didampingi adiknya, Kiai Ahmad Sa’id (ayahanda KH. Lutfi Ahmad). Keduanya berangkat menuju Bandara Juanda dengan menggunakan mobil. Ketika itu, Juanda baru melayani penerbangan domestik. Namun sebelum memasuki Juanda, mobil yang dikendarai keduanya dicegat oleh pasukan bersenjata. Namun Kiai Ali Hasan bergeming, dan berkata kepada KH. Ahmad.

“Ayo kita terus, jangan takut, kita benar,” ujar KH. Lutfi Ahmad menirukan kata-kata Kiai Ali Hasan.

Mobil keduanya terus melaju. Namun sekian menit kemudian mobil tersebut diberondong senjata, tapi Kiai Ali Hasan dan Kiai Ahmad, selamat. Karena itu, keduanya lalu diseret keluar dengan posisi tangan terborgol, dibawa ke sebuah tempat di Juanda untuk diinterogasi.

“Mereka tanya, mana yang namanya Ali Hasan. Ayah saya bilang, saya Kiai Ali Hasan, tapi mereka tidak percaya. Akhirnya, Kiai Ali Hasan tak bisa mengelak. Dan sewaktu diinterogasi, tanpa disangka beliau langsung ditembak enam kali,” lanjut KH. Lutfi.

Namun subhanaallah, Kiai Ali Hasan tidak wafat. Ia masih bernyawa meski berlumuran darah. Ia dibiarkan tergeletak di tempat itu. Sebab, mereka sibuk menyeret Kiai Ahmad untuk dibawa ke salah satu ruang sel di Juanda, dan ditahan.

Kiai Ali Hasan lalu berhasil diselamatkanoleh ipar KH. Muchit Muzadi, yang bernama Kiai Shaleh Baya’sud lalu dibawa ke rumahsakit Darmo,Surabaya. Setelah 15 hari dirawat, Kiai Ali Hasan menghembuskan nafasnya yang terakhir (15 Oktober 1965).

“Bersamaan dengan itu, M. Yusuf juga berhasil membebaskan Kiai Ahmad dari ruang sel. Lehernya luka, tulang rusuknya patah akibat siksaan PKI. Namun media saat itu memberitakan bahwa kedua tokoh tersebut ditembak karena melanggar aturan lalulintas di wilayah Bandara. Tapi kita maklum karena saat itu sebagian media massa di bawah kendali mereka,” urai KH. Lutfi.

Sayangnya, kisah keberanian KH. Ali Hasan selama ini tak pernah terungkap. Ya inilah fakta sejarah yang terlewatkan.

Penulis: Aryudi A. Razaq dari mediajatim.com

*******

#Catatan saya: Setelah sehari pembunuhan itu adalah tgl 30 September, dimana hari tsb adalah Gerakan Partai Komunis Indonesia. Baru tgl 1 oktober adalah Hari Kesaktian Pancasila. Ini tidak terlepas dari tragedi Pemberontakan 'Gerakan 30 September’ atau G30S. Indonesia yang selamat dari pemberontakan 30 September ini kemudian memperingati hari Kesaktian Pancasila pada yaitu 1 Oktober setiap tahunnya.

Dan sehari setelah wafatnya KHR Ali Hasan (15 Oktober) adalah 16 Oktober: yaitu Hari Parlemen Indonesia.

Parlemen merupakan badan legislatif yang ada di Indonesia. Menurut Wikipedia, badan legislatif adalah badan deliberatif pemerintah dengan kuasa membuat hukum. Indonesia menganut paham beberapa kamar atau majelis, yaitu bikameral.

____________________
*Disalin-tempel dan disunting sekedarnya dari postingan akun Sdr. Kufi Hat Hipster di
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=131608427708653&id=100025784892691.

Kisah si atas sudah saya konfirmasikan pada Kiai Abdul Wahab Ahmad, salah satu cucu kandung KH. Ali Hasan A. Aziz RahimahuLlāh, dan beliau mentashihnya disertai ralat dan tambahan informasi (sebagaimana komentar beliau di postingan ini):

"Sedikit ralat untuk catatan di bawahnya:
Peristiwa penembakan itu terjadi tepat pada tanggal 30 September di hari PKI melakukan kudetanya dan membunuh beberapa jenderal. Kyai Ali Hasan berangkat dari jember tanggal 29, lalu ditangkap dan ditembak di tanggal 30 ketika sampai di bandara Juanda untuk menemui Bung Karno."

Sayyidisy Syaikh asy Syahid Ali Hasan bin A. Aziz RahimahumāLlāh sendiri adalah Pengasuh ke ll Pondok Al Wafa. Beliau merupakan putra sulung dari Sang Muassis Pondok, Hadhrastusy Syaikh Abd. Aziz bin Abd. Hamid, Temporejo, Jember, salah satu guru dari guru al Faqīr (RahimahumuLlāhu rahmatan wāsi'ah).

فحضرة روح كل من أهل العلم والخير المذكورين هنا :
أن الله يقدس روحه ويغفر ذنوبه ويتجاوز عن سيئاته ويدخله الجنة ويعلى درجاته فيها ويكثر مثوباته ويضاعف حسناته وينفعنا به وبعلومه ويعيد علينا ويفيضنا من بركاته وكراماته وعلومه وأنواره وأسراره ونفحاته فى الدارين ويلحقنا به فى خير وعافية برحمة الله الرحمن الرحيم الباري وبجاه سيد الكونين والثقلين رسول الهادي نبينا ومولانا محمد عليه الصلاة والسلام وعلى آله وصحبه والتابعين لهم بإحسان الى اليوم الديني وبكرامات المشايخ والأصول مع الحفظ الأبدي ويلحقنا به فى خير وعافية والى حضرة النبي مصطفى سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم وبسر أسرار الفاتحة السبع المثانى #الفاتحة...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar