ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Kamis, 29 Agustus 2013

BELAJAR ILMU ‘ARUĐL DAN QOWAFY DENGAN PRAKTIS

===========
BELAJAR ILMU ‘ARUĐL DAN QOWAFY DENGAN PRAKTIS
Oleh : Merry Choironi
==========
ملخص البحث :
واجب على من اهتم بالشعر العربى أن يدرس هذين علمى العروض والقوافى. إن الأول لمعرفة صحيح أوزان الشعر وفاسدها ومايعتريها من الزحافات والعلل و إن الثانى لمعرفة قواعد الكلمة فى أواخر البيت من القصيدة. هذا البحث أهديه –خصوصا- الى من أحب إلى تعلمه بلا مساعد ومدرس. لذلك قد استخدم هذا البحث طريقة عملية أي طريقة لتيسير وتسهيل فى التفهم والتطبيق. إن شاء الله
Kata kunci : Ilmu ‘Aruđ, Ilmu Qawafy
ILMU ‘ARUĐ
A. Ilmu Aruđ; Pengertian, objek kajian, dan penemunya
Aruđ (العروض) ditinjau dari sisi etimologis (Chotibul Umam, 1992:4) memiliki arti diantaranya adalah jalan yang sulit, arah, kayu yang merintangi di tengah-tengah rumah atau kemah, awan yang tipis, Mekah al-Mukarramah, Madinah al-munawwarah. Ditinjau dari terminologi Ilmu Aruđ (علم العروض) berarti Ilmu untuk mengetahu\benar atau rusaknya pola (أوزان) puisi Arab tradisional dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya.
Objek kajian Ilmu ini adalah puisi arab tradisional, yaitu puisi arab yang masih terikat dengan pola puisi (الكلام الموزون). Sedangkan tujuan umum mempelajari ilmu ini adalah agar mampu membedakan antara puisi dengan selain puisi dan untuk memelihara dari perbuatan mencampur-adukkan antara satu pola puisi dengan pola lainnya serta menghindari terjadinya perubahan-perubahan yang dilarang. Mas’an Hamid (1995:83) menambahkan ilmu ‘Aruđ berguna untuk mempermudah seseorang dalam membaca teks-teks sastra kuno atau puisi-puisi arab lama.
Ilmu Aruđ pertama kali diperkenalkan oleh Al-Khalil ibn Ahmad ibn ‘Amr bin Tamim. Dilatarbelakangi oleh pengamatannya kepada para penyair pada masa itu yang menciptakan puisi tanpa aturan-aturan (أوزان), Hal ini disebabkan oleh terkikisnya bakat mereka dalam hal itu serta adanya asimilasi dengan bakat orang luar (أعجمي), maka ia mulai menghimpun puisi-puisi mereka lalu mengklasifikasinya berdasarkan jenis-jenis pola puisi. Pola-pola itu kemudian diberinya nama buhur (بحور ). Lalu ia lanjutkan dengan mencari bagian-bagian puisi yang mengalami perubahan. Kesemuanya ini ia namakan ilmu ‘Aruđ. Ia namakan Ilmu ‘Aruđ karena ia bermukim di tempat yang bernama ‘Aruđ yaitu Mekah al-Mukarromah. (Chotibul Umam, 1992:6). ‘Audy al-Wakil (1964:47) berpendapat ilmu ini diberi nama ‘Aruđ diidentikkan antara istilah عروض البيت (tengah-tengah bait puisi) dengan keberadaan dan tempat penemuannya di tengah-tengah Saudi Arabia.
B. Puisi Arab
Menurut orang Indonesia puisi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988:706) adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima serta penyusunan larik dan bait. Sedangkan menurut orang Arab puisi disebut Syi’r (الشعر) berarti kata-kata yang disusun dengan pola tertentu sehingga dapat menjadi ungkapan yang indah, hasil dari imajinasi seseorang (penyair). (Ahmad Hasan Ziyat, tth:28). Syauqi Daif (tth:13) memaknai puisi sebagai karya yang terikat dan tunduk kepada kaidah-kaidah tertentu sesuai dengan perkembangannya. Kaidah yang dimaksud adalah unsur-unsur utama puisi arab yaitu lafal, pola tertentu (وزن), tema (موضوع), irama (قافية), dan niat (sengaja disusun sebagai puisi, قصد). Adapun menurut ahli ‘Aruđ, puisi memiliki arti nazam yaitu kalimat yang berpola, berirama dan sengaja diciptakan sebagai puisi. (Mas’an Hamid, 1995:74 dan Chatibul Umam, 1992:8). Nayif Ma’ruf (1993:147) meringkas bahwa yang dinamakan puisi adalah kalimat yang bernada/bernazam yang mengandung kesatuan antara pola (وزن) dan irama (قافية).
Bait puisi Arab terbagi 2 yaitu : Śadr (الصدر) atau المصراع الأول atauالشطر الأول dan ‘Ajz (العجز) atau المصراع الثانى atau الشطرالثانى. Śadr (الصدر) adalah bagian pertama bait , sedangkan ‘Ajz (العجز) adalah bagian kedua. Bagian akhir (taf’ilah akhir) dari Śadr (الصدر) disebut ‘Arudh (العروض ) dan bagian akhir (taf’ilah akhir) dari ‘Ajz (العجز) dinamakan đarb (الضرب ), sedangkan selainnya disebut Hasywu (الحشو ). Perhatikan gambaran berikut :
غاض الوفاء فما تلقاه فى عدة # وأغوز الصدق فى الأخبار والقسم
—————————— ——————————–
المصراع الأول/الشطر الأول / الــــصد ر المصراع الثانى /الشطرالثانى /العـــجز
——————- ——— ——————— ——–
الحشو العروض الحشو الضرب
Macam-macam bait puisi Arab
Macam-macam bait puisi arab dilihat dari bentuknya adalah : ( lihat Nayif Ma’ruf, 1993: 155-157 dan Mas’an Hamid, 1995: 178-183).
1. Bait tam ( البيت التام (, jika sempurna bentuknya. Kalau memang ada kekurangannya, itu hanya perubahan-perubahan pada taf’ilah saja (seperti ada ‘ilal atau zihaf). Contoh :
رأيت بها بدرا على الأرض ماشيا # ولم أر بدرا قط يمشي على الأرض
2. Bait Majzu’ (البيت المجزوء ), jika dibuang ‘aruđ dan đarabnya, seperti :
أنا ابن الجد فى العمل # وقصدي الفوز فى الأمل
3. Bait Masytur (البيت المشطور), jika dibuang salah satu belahan baris puisi, baik sadr mapun ‘ajz. Terkadang pula pada akhir puisi, ‘aruđ dan đarbnya tampil secara bersamaan. Contoh :
تحــــية كــــالورد فـــى الأكـــمـــــام
4. Bait Manhuk (البيت المنهوك), jika dibuang duapertiga dari sadrnya dan duapertiga dari ‘ajznya. Terkadang yang tinggal hanya ‘aruđ dan đarabnya, seperti :
يا خـــــــــاطئا # مــــــــــاأغفلك
Al-Akhfasy al-Ausat menganggap bait Masytur dan Manhuk bukan termasuk puisi, akan tetapi Sajak.
5. Bait Mudawwar (البيت المدور), yaitu bait yang ‘aruđnya terpotong dan potongannya ada pada awal belahan keduany الشطر الثانى) ), seperti :
وماظهرى لباغى الضيـ # ـــم بالظهر الذلــول
6. Bait Muqaffa (البيت المقفى ), yaitu pola ‘aruđnya dan huruf akhirnya (rawi) sama persis dengan pola đarabnya, seperti puisi berikut
سلام من صبا بردى أرق # ودمع لا يكفكف يادمشق
‘Aruđ dan đarabnya memiliki pola yang sama yaitu فعولن dan qafiyahnya sama-sama berhuruf ق .
7. Bait Muśarra’ (المصرع البيت), adalah jika ‘aruđnya mengalami perubahan baik polanya maupun huruf akhirnya agar memperoleh bentuk yang sama. Perubahan itu dapat berupa ditambah atau dikurangi. Seperti puisi Umrul Qais berikut yang mengalami pengurangan :
أجارتنا, إن الخطوب تنوب # وإني مقيم ماأقام عسيب
Untuk menyamakan dengan đarabnya, maka pola ‘aruđnya dikurangi dari مفاعلن menjadi مفاعي atau فعولن . Adapun contoh puisi yang mengalami penambahan karena menyesuaikan dengan đarabnya adalah:
قفانبك نبك من ذكرى حبيب وعرفان # وربع خلت اياته منذ أزمان
Penambahan terjadi pada pola aruđnya dari مفاعلن menjadi مفاعيلن . Bait ini hampir sama dengan bait Muqaffa, akan tetapi bait ini mengalami perubahan sedangkan bait muqaffa tidak.
8. Bait Muśmat (البيت المصمت ), jika aruđ dan đarabnya berbeda rawinya (huruf akhir), contoh :
لعمرك ماضاقت بلاد بأهلها # ولكن أخلاق الرجال تضيق
9. Bait Maufur (البيت الموفور (, yaitu bait yang tidak mengalami perubahan berupa kharm (الخرم), seperti :
وقوفا بها صحبي علي مطيهم # يقولون لاتهلك أسى وتحملي
10. Bait I’timad (البيت الإعتماد ), yaitu bait yang hasywunya mengalami perubahan berupa zihaf , akan tetapi tidak sesuai dengan aturan zihaf, seperti puisi berikut yang diubah oleh zihaf khaban :
مالى مال إلا درهم # أو برذونى ذاك الأدهم
11. Bait Maksur (البيت المكسور (, adalah bait śadrnya berpola, akan tetapi ‘ajznya tidak bahkan menyerupai prosa karena banyaknya mengalami perubahan, seperti :
لحي الله الفراق ولا رعاه # فكم أصاب القلب بالنبال
Nama-nama bilangan bait
Berdasarkan jumlah barisnya, maka bait puisi memiliki nama-nama antara lain :
1. Syi’r Mufrad (شعرمفرد) atau Yatim (يتيم شعر), jika terdiri atas 1 baris saja.
2. Syi’r Natfah (شعر نتفة ), jika terdiri atas 2 baris
3. Qiţ’ah (قطعة ), jika terdiri atas 3 sampai 6 baris.
4. Qaśidah (قصيدة ), jika terdiri dari 7 baris atau lebih.
C. Kaidah Ilmu ‘Arudh
1. Potongan-potongan irama puisi dan cara memotongnya (تقطيع البيت)
Yang dimaksud adalah membuat potongan-potongan pada puisi (mentaqti’) satu persatu huruf, seperti :
إلــهي لست للفردوس أهلا # ولا أقوي علي النار الجحيم
//0/0 /0 / /0/0/0/ /0/0 / /0/0/0 //0 /0/ 0//0/0
Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam mentaqti’ puisi adalah :
1. Garis miring (/) sebagai symbol huruf hidup, tanda bulat (o) untuk huruf mati
2. Hanya menuliskan apa yang terucapkan, misalnya علي النار, ditaqti’ dengan /o/o// (hidup bagi huruf ع – hidup bagi huruf ل – mati bagi huruf ل,أ, ي – hidup bagi huruf ن – mati bagi huruf ا – hidup bagi huruf ر).
3. Huruf yang menggunakan tasydid (misal سّ ) dituliskan dengan dua symbol; symbol o (mati) untuk yang pertama dan / (hidup) untuk yang kedua.
4. Huruf yang menggunakan tanwin (misal ساَ ) dituliskan dengan dua symbol; symbol / (hidup) untuk yang pertama dan o (mati) untuk yang kedua.
5. Huruf yang bermad (berbunyi panjang seperti س~ atau س ) dituliskan dengan dua symbol; symbol / (hi dup) untuk yang pertama dan o (mati) untuk yang kedua.
6. Huruf mim (م) yang merupakan tanda jamak, terkadang dipanjangkan, seperti : كلهم menjadi كلهمو dengan taqti’ o///o/.
7. Huruf yang berharakat di akhir ‘Aruđ (عروض) dituliskan berbunyi panjang
8. Huruf ha (هـ) yang menunjukkan đamir dituliskan berbunyi panjang.
2. Nama-nama satuan suara
Terbagi atas Sabab (السبب), Watad (الوتد), dan Fashilah (الفاصلة). Pertama, Sabab (السبب) berarti tali (الحبل), yaitu satuan suara yang terdiri atas dua huruf. Jika huruf pertama hidup dan kedua mati maka dinamakan Sabab Khafif (خفيف), seperti لم dan jika huruf pertama dan kedua hidup , seperti ارَ maka disebut Sabab şaqil (ثقيل ). Kedua, Watad ( الوتد ) atau kayu yang ditancapkan di atas tanah digunakan sebagai tonggak pengikat tali, yaitu satuan suara yang terdiri atas tiga huruf. Jika huruf pertama dan kedua hidup sedangkan ketiga mati seperti علي, maka dinamakan watad majmu’ (مجموع), dan dinamakan watad mafruq (مفروق) apabila satu huruf mati diapit oleh dua huruf hidup seperti مثل . Ketiga, Faśilah (الفاصلة), yaitu seutas tali panjang yang melambai-lambai di depan atau dibelakang rumah karena menahan terpaan angin. Di dalam Ilmu ‘Arudh ia bermakna satuan suara yang terdiri 3 huruf hidup berturut-turut dan keempat mati yang disebut Faśilah suĝrah (صغرى)seperti رمضا atau 4 huruf hidup dan kelimanya mati seperti فجمعوا maka dinamakan Faśilah Kubraكبرى) ). Untuk Faśilah Suĝra dapat kita pecah menjadi 2 jenis satuan suara yaitu sabab şaqil dan sabab khafif, sedangkan Faśilah Kubra dipecah menjadi sabab şaqil dan watad majmu’.
Untuk mempermudah memahami dan menghafal nama-nama satuan suara ini, lihat bagan berikut : (Chatibul Umam, 1992:11)
الأمثلة
تعريف كل قسم الأقسام الأنواع
لم, من, إن, لا متحرك فساكن خفيف السبب
لك, هو, هي, مع متحركان ثقيل
لنا, لكم, بلى, ترى متحركان فساكن مجموع الوتد
قام, منك, تلك, نال ساكن بين متحركان مفروق
طلبا, عملا, عربا, كلما ثلاثة متحركات فساكن صغرى الفاصلة
فضربوا, فجلسوا, فنقصت, صفتكم أربعة متحركات فساكن كبرى
3. Taf’ilah (التفعيلة)
Taf’ilah (التفعيلة) secara etimologis berarti memotong-motong bait puisi sesuai dengan polanya menjadi beberapa bagian. (Mas’an Hamid, 1995:107). Sedangkan menurut terminology adalah bagian-bagian bait puisi yang tersusun dari beberapa satuan suara yang digunakan untuk menyanyikan sesuai dengan pola puisi. Adapun taf’ilah yang terdiri atas 5 huruf ada 2 macam, yaitu فاعلن dan فعولن, sedangkan yang terdiri atas 7 huruf yaitu مفاعيلن, مستفعلن memiliki 5 macam taf’ilah :
فاع لاتن, مفعولات, متفاعلن, مفاعلتن فاعلاتن, مستفعلن, .
4. Nama-nama pola puisi (البحور العروضية )
a. Jika dimulai dengan sabab khafif:
1. مستفعلن , ada 6 macam pola (bahar) yaitu bahar basiţ (البسيط), Rajaz (الرجز), dan Sari’ (السريع), Mujtaş (المجتث), dan Munsarih (المنسرح).
2. فاعلاتن, ada 3 macam bahar yaitu bahar ramal (الرمل), khafif (الخفيف), dan madid (المديد)
3. فاعلن, ada 1 macam bahar yaitu bahar mutadarik (المتد ارك)
4. مفعولات, ada 1 macam bahar yaitu bahar Muqtadab (المقتضب).
b. Jika dimulai dengan watad majmu’ :
1. فعولن, ada 2 macam bahar yaitu bahar ţawil (الطويل) dan bahar mutaqarib (المتقارب )
2. مفاعلتن, ada 1 macam bahar yaitu bahar wafir (الوافر).
3. مفاعيلن, ada 2 macam bahar yaitu bahar hajaz (الهزج) dan Muđara’ (المضارع).
c. Jika dimulai dengan faśilah śuĝra :
1. متفاعلن, ada 1 macam bahar yaitu bahar kamil (الكامل).
Berikut uraian satu persatu dari pola / Bahar :
1. Bahar basiţ (البسيط), dinamakan demikian karena dimulai dengan 2 buah sabab pada taf’ilah pertama yang terdiri atas 7 huruf. Bahar ini terdengar lebih lembut dari bahar ţawil (الطويل) sehingga banyak dipakai oleh para penyair Muwallidin dan penyair masa jahiliyah. Adapun polanya adalah :
إن البسيط لديه يبسط الأمل # مستفعلن فاعلن مستفعلن فاعلن
2. Bahar Rajaz (الرجز), dinamakan demikian karena semua taf’ilahnya sama dan sedikit hurufnya serta karena getarannya. Ia bergetar disebabkan oleh pembolehan membuang 2 huruf pada tiap taf’ilah. Bangsa Arab menyebut unta yang sedang meringkih dengan rajza’ (رجزاء). Bahar ini enak didengar dan masuk ke dalam batin. Biasanya bangsa Arab bernyanyi sambil menghalau unta mereka dengan menggunakan bahar ini. Bahar ini pula yang mirip dengan prosa, karena banyak mengalami perubahan.
Di samping itu bahar ini banyak dipakai pada akhir pemerintahan Umayyah dan awal Abbasiyah yang dikenal dengan Arjuzah (الأرجوزة). Mereka menggunakannya untuk memberi semangat kepada para pejuang di medan perang.
Akan tetapi al-Ma’arry menganggap bahar ini bukan puisi, seperti dikatakannya pada bait puisi berikut :
قصرت أن تدرك العلياء في شرف # إن القصائد لم يلحق بها الرجز
ومن لم ينل في القول رتبة شاعر # تقنع في نظم برتبة راجز
Artinya:
Engkau memendekkan untuk memperoleh kemulyaan #
Maka puisi yang menggunakan rajaz tidak termasuk puisi
Siapa yang puisinya tidak mencapai derajat penyair#
Itu mereka yang hanya puas dengan rajaznya.
Adapun polanya adalah :
في أبحرالأرجاز بحر يسهل # مستفعلن مستفعلن مستفعلن
3. Bahar Sari’ (السريع), dinamakan demikian karena memiliki irama yang cepat, itu disebabkan karena terdiri dari 3 taf’ilah dan 7 sabab. Sebagaimana diketahui bahwa sabab itu lebih cepat dari watad. Bahar ini biasanya digunakan untuk puisi deskriptif dan melukiskan perasaan. Para penyair jahiliyah jarang menggunakan bahar ini.
Adapun polanya adalah :
بحر سريع ماله أخر # مستفعلن مستفعلن فاعلن
4. Bahar Ramal (الرمل), ramal artinya cepat dalam berjalan kaki, oleh sebab itu bahar ini dinamakan ramal karena memiliki irama yang cepat disebabkan terdiri dari 3 taf’ilah yang sama. Bahar ini banyak digunakan untuk puisi gembira (الفرح), sedih (الحزن), dan zuhud (الزهد).
Adapun polanya adalah :
رمل الأبحر ترويه الثقات # فاعلاتن فاعلاتن فاعلاتن
5. Bahar Khafif (الخفيف), dinamakan demikian karena ringan (خفة) harakatnya, walaupun kelembutannya mirip dengan bahar wafir, tapi lebih mudah dari wafir.
Adapun polanya adalah :
ياخفيفا خفت بك الحركات # فاعلاتن مستفع لن فاعلاتن
6. Bahar madid (المديد), dinamakan demikian karena terpaparnya 2 buah sabab di setiap taf’ilah yang berhuruf 7. Adapula yang menyebutkan karena terpaparnya watad majmu’ di tengah-tengah. Bahar ini jarang digunakan dan termasuk bahar pendek yang sebaiknya dipakai untuk puisi rayuan ) الغزل ), puisi-puisi nyanyian dan nasyid.
Adapun polanya adalah :
لمديد الشعرعندي صفات # فاعلاتن فاعلن فاعلاتن
7. Bahar Mutadarik (المتدارك), dinamakan demikian karena al-Akhfasy telah menemukan lebih dahulu dari gurunya. Bahar ini disebut juga Muhdaş (المحدث ) atau khabab (الخبب) dan Mukhtara’ (المخترع). Bahar ini banyak digunakan dimaksudkan untuk mencela atau menyerbu musuh, akan tetapi ini jarang sekali, baik dahulu kala atau sekarang.
Adapun polanya adalah :
سبقت دركي فإذا نفرت # فاعلن فاعلن فاعلن
8. Bahar ţawil (الطويل), dinamakan demikian karena merupakan bahar yang paling sempurna untuk digunakan, karena bahar ini hampir tidak pernah rusak. Biasanya bahar ini dipakai untuk puisi semangat (الحماسة), puisi yang bertujuan untuk berbangga-bangga atau sombong (الفخر), atau puisi cerita (القصص).
Adapun polanya adalah :
طويل له دون البحور فضائل # فعولن مفاعيلن فعولن مفاعيلن
9. Bahar Mutaqarib (المتقارب ), dinamakan demikian karena mengandung taf’ilah-taf’ilah yang sama, yaitu yang terdiri dari 5 huruf, jadi 1 taf’ilah diulang sebanyak 8 kali. Bahar ini lebih cocok untuk tema yang bertujuan untuk menumbuhkan kekuatan daripada kelembutan.
Adapun polanya adalah :
عن المتقارب قال الخليل # فعولن فعولن فعولن فعولن
10. Bahar wafir (الوافر), dinamakan demikian banyak harakatnya di dalam taf’ilahnya, juga merupakan bahar yang paling sering digunakan dan paling banyak dipakai untuk puisi sombong (الفخر) dan ratapan (الرثاء).
Adapun polanya adalah :
بحورالشعر وافرها جميل # مفاعلتن مفاعلتن فعولن
11. Bahar Hazaj (الهزج), dinamakan demikian karena konon bangsa Arab bernyanyi تهزج)) dengan menggunakan bahar ini. Adapun polanya adalah :
هزجنا في بواديكم # مفاعيلن مفاعيلن
12. Bahar Kamil (كاملال), dinamakan demikian karena taf’ilah dan harakatnya sempurna. Bahar ini mengandung paling banyak huruf dan terdapat 30 harakat. Bahar ini pun cocok untuk semua jenis puisi, sehingga sering dipakai baik oleh penyair kuno maupun modern. Adapun polanya adalah :
بلغ الجمال من البحور الكامل # متفاعلن متفاعلن متفاعلن
13. Bahar Munsarih (المنسرح), dinamakan demikian karena mudah dan ringan untuk diucapkan. Adapun polanya adalah :
منسرح فيه يضرب المثل # مستفعلن مفعولات مستعلن
14. Bahar Mujtaş (المجتث), dinamakan demikian karena mengambil dari bahar khafif dengan memotong (اجتث) atau membuang taf’ilah pertamanya, yaitu فاعلاتن.
Adapun polanya adalah :
إن جثت الحركات # مستفع لن فاعلاتن
15. Bahar Muđara’ (المضارع),dinamakan demikian karena kemiripannya (مضارعته) dengan bahar khafif ketika salah satu taf’ilahnya terdiri atas watad majmu’ dan watad mafruq. Bahar ini jarang digunakan. Adapun polanya adalah :
تعد المضارعات # مفاعيلن فاعلات
16. Bahar Muqtadab (المقتضب), dinamakan demikian karena mengambil dari bahar munsarih dengan memotong (اقتضب) taf’ilah pertamanya, yaitu مستفعلن . Bahar ini jarang digunaan. Adapun polanya adalah :
اقتضب كما سألوا # مفعولات مستفعلن
Adapun bagan berikut sangat diperlukan untuk memberi kemudahan dalam memahami bahkan menghafal pola-pola puisi di atas :
Satuan Suara Taf’ilah Bahar Pola
Sabab Khafif مستفعلن
مفعولات
فاعلاتن
فاعلن
Basiţ
Rajaz
Sari’
Munsarih
Mujtaş
Muqtađab
Ramal
Khafif
Madid
Mutadarik
مستفعلن فاعلن مستفعلن فاعلن
مستفعلن مستفعلن مستفعلن
مستفعلن مستفعلن فاعلن
مستفعلن مفعولات مستفعلن
مستفع لن فاعلاتن
مفعولات مستفعلن
فاعلاتن فاعلاتن فاعلاتن
فاعلاتن مستفعلن فاعلاتن
فاعلاتن فاعلن فاعلاتن
فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن
Watad Majmu’ فعولن
مفاعلتن
مفاعيلن Ţawil
Mutaqarib
Wafir
Hazaj
Muđara’ فعولن مفاعيلن فعولن مفاعيلن
فعولن فعولن فعولن فعولن
مفاعلتن مفاعلتن فعولن
مفاعيلن مفاعيلن
مفاعيلن فاعلاتن
Faśilah Śuĝra متفاعلن Kamil متفاعلن متفاعلن متفاعلن
4. Perubahan-perubahan pola puisi
Pola-pola puisi arab dapat berubah dengan adanya zihaf dan ‘illah. Zihaf secara etimologis berarti “cepat”, sedangkan terminologisnya bermakna perubahan yang terjadi pada huruf ke-2 dari sabab khafif dan sabab şaqil yang ada pada taf’ilah di hasywu bait. Perubahan ini dilakukan dengan membuang atau mematikan vocal (huruf hidup) atau membuang konsonan (huruf mati). Jika ada zihaf yang masuk ke dalam satu bait puisi, maka tidak harus masuk ke bait yang lain.
Zihaf terbagi 2 macam, yaitu zihaf Mufrad (زحاف مفرد ) dan zihaf Muzdawaj (زحاف مزدوج). Zihaf Mufrad adalah zihaf yang terjadi hanya pada satu sabab yang ada di taf’ilah. Sedangkan Zihaf Muzdawaj adalah zihaf yang terjadi pada 2 sabab yang ada di taf’ilah.
Zihaf Mufrad terbagi atas 8 macam, yaitu : Iđmar (الإضمار), Khaban (الخبن), Waqś (الوقص), Ţai (الطي), ‘Aśab (العصب), Qabđ (القبض), ‘Aql (العقل), dan Kaff (الكف). Yang terjadi pada huruf kedua adalah Iđmar (الإضمار), Khaban (الخبن), Waqś (الوقص)dan yang terjadi pada huruf keempat adalah Ţai (الطي)dan yang terjadi pada huruf kelima adalah ‘Aśab (العصب), Qabđ (القبض), ‘Aql (العقل) dan yang terjadi pada huruf ketujuh adalah Kaff (الكف). Perhatikan bagan berikut :
Zihaf Mufrad Definisi Taf’ilah menjadi
a.Iđmar Mematikan huruf kedua yang hidup متفاعلن متفاعلن
b. Khaban Membuang huruf kedua yang mati مستفعلن
فاعلن
فاعلاتن
مفعولات
مستفع لن متفعلن
فعلن
فعلاتن
معولات
متفع لن
c.Waqś Membuang huruf kedua yang hidup متفاعلن مفاعلن
d.Ţai Membuang huruf keempat yang mati مستفعلن
متفاعلن
مفعولات مستعلن
متفعلن
مفعلات
e.’Aśab Mematikan huruf kelima yang hidup مفاعلتن مفاعلتن
f. Qabd Membuang huruf kelima yang mati فعولن
مفاعيلن فعول
مفاعلن
g. ‘Aql Membuang huruf kelima yang hidup مفاعلتن مفاعتن
h. Kaff Membuang huruf ketujuh yang mati فاعلاتن
فاع لاتن
مفاعيلن
مستفع لن فاعلات
فاع لات
مفاعيل
مستفع ل
Zihaf Muzdawaj ( مزدوجزحاف ) terbagi atas 4 macam, yaitu Khabl (الخبل) yang dimasuki oleh khaban dan ţai. Khazl (الخزل) yang dimasuki oleh Iđmar dan ţai. Syakl (الشكل) yang dimasuki oleh Khaban dan Kaff. Naqś (النقص) yang dimasuki oleh ‘Aśab dan Kaff. Perhatikan bagan berikut :
Zihaf Muzdawaj Definisi Taf’ilah menjadi
a.Khabl Kumpulan Khaban dan ţai
(Membuang huruf kedua dan keempat yang mati) مستفعلن
مفعولات متعلن
معلات
b. Khazl Kumpulan Iđmar dan ţai
(mematikan huruf kedua dan membuang huruf keempat yang mati) متفاعلن متفعلن
c.Syakl Kumpulan khaban dan kaff (Membuang huruf kedua dan ketujuh yang mati) فاعلاتن
مستفع لن فعلات
متفع ل
d.Naqś Kumpulan ‘Aśab dan Kaff (mematikan huruf kelima dan membuang huruf ketujuh yang mati) مفاعلتن مفاعلت
Perubahan pola puisi arab dapat terjadi juga karena adanya ‘illah. Secara etimologis berarti “penyakit”. Secara terminology ia bermakna perubahan yang menimpa ‘aruđ dan đarab saja. Jika ’aruđ dan đarabnya berubah karena ‘illah, maka perubahan itu akan berlaku bagi keseluruhan bait atau satu qasidah.
‘Illah terbagi 2 macam, yaitu ‘illah berupa tambahan dan ‘illah berupa pengurangan. ‘Illah tambahan (العلة بالزيادة) terbagi atas 3 macam; Tarfil (الترفيل) yaitu penambahan sabab khafif di akhir watad majmu’. Taźyil (التذييل), yaitu dengan menambahkan huruf mati pada akhir watad majmu’. Tasbiĝ (التسبيغ), yaitu menambahkan satu huruf mati pada akhir sabab khafif. Lihat bagan berikut :
‘Illah ziyadah Definisi Taf’ilah menjadi
1.Tarfil Menambah sabab khafif di akhir watad majmu’ متفاعلن
فاعلن متفاعلن تن
فاعلن تن
2.Taźyil Menambah huruf mati di akhir watad majmu’ مستفعلن
متفاعلن
فاعلن مستفعلن ن
متفاعلن ن
فاعلن ن
3.Tasbiĝ Menambah huruf mati di akhir sabab khafif فاعلاتن فاعلاتن ن
‘Illah dengan pengurangan (العلة بالنقص) terbagi atas 9 macam : Haźf (الحذف ), yaitu membuang sabab khafif di akhir taf’ilah. Qaţf (القطف), yaitu Kumpulan Haźf dan ‘aśab (membuang sabab khafif di akhir taf’ilah dan mematikan huruf kelima. Qaţ’ (القطع), yaitu membuang watad maj’mu yang mati lalu mematikan huruf sebelumnya. Batr (البتر), yaitu kumpulan Qaţ’ dan Haźf. Qaśr (القصر), yaitu membuang sabab khafif yang mati dan mematikan yang hidup. Haźaź (الحذذ), yaitu membuang watad majmu’. Śalam (الصلم), yaitu membuang watad mafruq. Waqf (الوقف), yaitu mematikan huruf ketujuh yang hidup. Kasf (الكسف), yaitu membuang huruf ketujuh yang hidup. Untuk lebih mudah memahaminya, mari perhatikan bagan berikut :
‘Illah bi naqś Definisi Taf’ilah menjadi
1.Haźf Membuang sabab khafif di akhir taf’ilah مفاعيلن
فاعلاتن
فعولن مفاعي
فاعلا
فعو
2.Qaţf Kumpulan haźf dan ‘aśab (membuang sabab khafif di akhir dan mematikan huruf kelima yang hidup) مفاعلتن مفاعل
3.Qaţ’ Membuang huruf mati pada watad majmu’ dan mematikan huruf sebelumnya متفاعلن
مستفعلن
فاعلن متفاعل
مستفعل
فاعل
4.Batr Kumpulan Qaţ’ dan haźf فاعلاتن
فعولن فاعل
فع
5.Qaśr Membuang sabab khafif yang mati dan mematikan yang hidup فاعلاتن
فعولن
مستفع لن فاعلات
فعول
مستفع ل
6.Haźaź Membuang watad majmu’ متفاعلن متفا
7.Śalam Membuang watad mafruq مفعولات مفعو
8.Waqf Mematikan huruf ketujuh yang mati مفعولات مفعولات
9.Kasf Membuang huruf ketujuh yang mati مفعولات مفعولا
Di samping itu para pakar ilmu ‘Aruđ juga telah menemukan bentuk perubahan yang lain yang mereka beri nama : العلل الجارية مجرى الزحاف (‘illah yang menduduki kedudukan zihaf, yaitu perubahan yang tidak terjadi pada 2 sabab, akan tetapi pada watad di bagian ‘aruđ dan đarab. Apabila ia terjadi pada ‘aruđ atau đarb di satu bait, maka tidak mengharuskan perubahan pada keseluruhan bait atau qasidah. Adapun macamnya adalah :
1. Tasy’iş (التشعيث), yaitu membuang huruf awal watad majmu’. Terjadi pada taf’ilah فاعلاتن yang menjadi فالاتن dan taf’ilah فاعلن menjadi فالن
2. Haźźaf (الحذف ) , yaitu membuang sabab khafif di akhir ‘aruđnya bahar mutaqarib. Terjadi pada taf’ilah فعولن yang menjadi فعو .
3. Kharm (الخرم ), yaitu membuang watad majmu’ yang terdapat pada şadr. Terjadi pada taf’ilah فعولن yang menjadi عولن dan taf’ilahمفاعلتن yang menjadi فاعلتن dan taf’ilah مفاعيلن yang menjadi فاعيلن
4. Khazm (الخزم), menambahkan satu huruf atau lebih pada şadr.
ILMU QAWAFY
A. Pengertian, faedah, dan penemunya
Qawafy (القوافى) (baca: Mas’an Hamid, 1995:191) menurut etimologi adalah belakang leher atau tengkuk. Sedangkan menurut para pakar ilmu ‘Aruđ adalah kata terakhir pada bait puisi arab yang dihitung mulai dari huruf yang terakhir pada bait sampai dengan huruf hidup sebelum huruf mati yang ada di antara kedua huruf hidup tersebut. Seperti pada puisi :
نسيم الروض فى ريح شمال # وصوب المزن فى راح شمول
Maka kata شمول dinamakan qafiyah, yang dimulai dari huruf terakhir yaitu huruf ل sampai dengan ش . Adapun Ilmu yang mempelajari tentang aturan kata akhir dari suatu bait puisi arab tradisional disebut Ilmu Qawafy.
Dalam memahami puisi arab tradisional, selain harus menguasai ilmu ‘Aruđ juga harus mendalami ilmu Qawafy. Ini sangat penting bagi para penyair atau sastrawan guna mempermudah mereka dalam menyusun aturan huruf dan harakat yang terdapat pada kata-kata di akhir bait. Di samping itu berguna untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam menentukan macam-macam qafiyah yang akan dipergunakan pada suatu qasidah. Selain itu bagi kita, yang bukan orang Arab dan tertarik dengan puisi arab bahkan ingin menciptakan bait puisi berbahasa Arab, ilmu qawafy (selain ilmu ‘Aruđ) ini sangat membantu.
Sama halnya dengan ilmu ‘aruđ, ilmu qawafy ini pertama kali dibukukan oleh al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi dengan nama ilmu Qawafy walaupun aturan-aturan qafiyah sudah ada sejak ‘Adi bin Rabi’ah al-Muhalhil.
B. Kaidah-kaidah ilmu Qawafy.
1. Kata-kata pada qafiyah (الكلمات فى القافية ).
Ada 4 macam pendapat tentang kata-kata yang disebut qafiyah, yaitu :
a. Sebagian kata, seperti pada bait berikut :
سلام من صبا بردى أرق # ودمع لايكفكف يادمشق
مشق pada bait atas dinamakan qafiyah.
b. Satu kata, seperti : دمشق pada bait di atas
c. Satu setengah kata, seperti
لا أعطى زمامى من يخفر ذمامى # ولا أغرس الأيادى فى أرض الأعادى
ض الأعادى dinamakan qafiyah.
d. Dua kata, seperti أرض الأعادى di atas disebut qafiyah.
2. Huruf-huruf qafiyah ( فى القافيةالحروف )
Ada 6 macam huruf di dalam qafiyah, yaitu :
a. Rawi (الروي), artinya pikiran. Menurut istilah adalah huruf yang dijadikan dasar dan pedoman di dalam qasidah. Para pakar menyebutkan bahwa 1 huruf śahih yang terakhir di dalam satu bait disebut huruf rawi. Kemudian huruf itu disamakan dengan bait-bait sesudahnya, sehingga ada qasidah mimiyah (jika huruf rawinya mim), lamiyah (jika huruf rawinya lam), raiyah (jika huruf rawinya ra’) dan seterusnya.
b. Waśal (الوصل), artinya bersambung. Menurut istilah adalah huruf-huruf layyinah yaitu ا, و, ي yang timbul karena isyba’ (perpanjangan) nya harakat rawi sebelumnya , alif (ا) untuk rawi yang berharakat fathah, waw (و) untuk yang đammah, dan ya (ي) untuk yang kasrah. Atau harakat huruf ha (هـ) yang ada di sekitarnya. Contoh huruf waśal alif (ا) :
ألا ما لسيف الدولة اليوم عاتيا # فداه الورى أمضى السيوف مضاربا
Contoh huruf waśal ha (هـ) yang berharakat kasrah :
إن البناء إذا ما انهد جانبه # لم يأمن الناس أن ينهد باقيه
c. Khuruj (الخروج), artinya keluar. Menurut istilah adalah huruf yang timbul dari harakat ha (هـ) waśal. Di sini ia keluar dari waśal yang bersambung dengan huruf rawi. Huruf-huruf khuruj ini sama dengan huruf layyinah yaitu ا, و, ي . Contoh khuruj alif (ا) :
فبت كأننى أعمى معنى # يحب الغانيات ولا يراها
d. Ridif (الردف), artinya mengikuti di belakangnya. Menurut istilah adalah huruf mad (ا, و, ي ) yang ada sebelum huruf rawi. Seperti ridif alif (ا) berikut :
كفى بالمرء عيبا أن تراه # له وجه وليس له لسان
Huruf rawi dari bait di atas adalah nun (ن ) dan huruf ridifnya adalah alif ( ا).
e. Ta’sis (التأسيس), artinya membuat landasan atau mendirikan. Menurut istilah adalah huruf alif (ا) yang menjadi huruf kedua sebelum rawi, misal :
وحياة واسك لا أعو # د لمثلها وحياة راسك
f. Dakhil (الدخيل), artinya yang masuk atau berada di sela-sela. Menurut istilah ia bermakna huruf hidup yang ada di tengah-tengah antara rawi dan ta’sis. Maka jika kita lihat pada contoh yang e, huruf س pada kata راسك dinamakan dakhil.
3. Harakat-harakat qafiyah ( فى القافيةالحركات ).
1. Mujra (المجرى), yaitu harakatnya rawi
2. Nafaź (النفاذ), yaitu harakatnya ha (هـ) waśal
3. Haźwu (الحذو), yaitu harakat huruf sebelum ridif
4. Isyba’ (الإشباع), yaitu harakatnya dakhil
5. Rass (الرس ), yaitu harakatnya huruf sebelum ta’sis
6. Taujih (التوجيه), yaitu harakatnya huruf sebelum rawi muqayyad (rawi yang bertanda sukun).
4. Macam-macam Qafiyah
Secara garis besarnya qafiyah terbagi 2 , yaitu muţlaqah (قافية مطلقة ) dan muqayyadah (قافيةمقيدة ). Masing-masing terbagi lagi atas beberapa macam sebagai berikut :
1. Qafiyah Muţlaqah (قافية مطلقة ), adalah jika rawinya berharakat, baik fathah, đammah, atau kasrah. Qafiyah jenis ini terbagi atas :
1.1. Terhindar dari ta’sis dan ridif (Muassasah dan Mardufah), akan tetapi rawinya bersambung dengan huruf layyinah atau ha waśal atau disebut مجردة قافيةمطلقة. Contoh :
تذكر أمين الله حقى وحرمتى # وماكنتتولينى لعلك تذكر (و)
1.2. مطلقة مردوفة قافيةyaitu qafiyah Muţlaqah yang ada ridifnya dan yang bersambung dengan huruf layyinah atau dengan ha waśal.
1.3. قافية مطلقة مؤسسة yaitu qafiyah Muţlaqah yang ada ta’sisnya dan yang bersambung dengan huruf layyinah atau dengan ha waśal.
2. Qafiyah Muqayyadah (قافية مقيدة ), adalah jika rawinya sukun. Qafiyah jenis ini terbagi 3 :
2.1. Terhindar dari ta’sis dan ridif (قافية مقيدة مجردة )
2.2. قافية مقيدة مردوفة yaitu qafiyah muqayyad yang ada ridifnya
2.3. قافية مقيدة مؤسسة yaitu qafiyah muqayyad yang ada ta’sisnya
5. Cacatnya qafiyah (عيوب القافية )
Qafiyah akan cacat bila tekena 7 hal, yaitu :
a. Iţa (الإيطاء), yaitu mengulang-ngulang kata rawi pada bait berikutnya, baik secara lafal maupun makna.
b. Tađmin (التضمين), yaitu adanya kalimat yang tidak sempurna pada satu bait, lalu disempurnakan oleh bait kedua dan seterusnya.
c. Iqwa’ (الإقواء ), yaitu adanya perbedaan harakat rawi antara satu bait yang berharakat kasrah dengan bait lainnya yang berharakat đammah di dalam satu qasidah
d. Iśraf (الإصراف), jika harakat rawi yang satu adalah fathah, sedangkan yang lain đammah.
e. Ikhfa’ (الإخفاء), yaitu jika huruf rawi yang satu dengan yang lain berbeda, akan tetapi berdekatan makhrajnya, seperti rawi yang pertama adalah lam (ل ), sedangkan yang lain nun (ن).
f. Ijazah (الإجازة), yaitu jika perbedaannya berjauhan makhrajnya, seperti lam (ل) dengan mim (م).
g. Sinad (السناد), yaitu perbedaan antara bait satu dengan yang lainnya terletak pada huruf dan harakat sebelum rawi. Sinad ini terbagi 5 macam :
g.1. Sinad ridif, adalah perbedaan ridif
g.2. Sinad ta’sis, adalah perbedaan ta’sis
g.3. Sinad Isyba’, adalah perbedaan harakat dakhil
g.4. Sinad Haźwi, adalah perbedaan harakat sebelum ridif
g.5. Sinad Taujih, adalah perbedaan harakat huruf sebelum rawi muqayyad
6. Nama-nama qafiyah
Ada 5 nama untuk Qafiyah :
1. Mutakawis (المتكاوس ), yang artinya condong. Maknanya adalah Qafiyahnya mengandung 4 huruf hidup secara berurutan yang terletak diantara 2 huruf mati.
2. Mutarakib (المتراكب), secara harfiah berarti datangnya suatu benda pada benda yang lain. Di sini bermakna tiap-tiap qafiyahnya terdiri atas 3 huruf hidup secara berurutan yang terletak di antara 2 huruf mati.
3. Mutadarak (المتدارك), berarti saling bertemu. Maknanya di sini adalah tiap qafiyah mengandung 2 huruf hidup di antara 2 huruf mati.
4. Mutawatir (المتواتر), berarti datangnya sesuatu sesudah sesuatu yang lain , dalam keadaan terpisah. Maknanya di sini adalah tiap qafiyah mengandung satu huruf hidup di antara 2 huruf mati.
5. Mutaradif (المترادف), artinya saling beriringan. Maknanya adalah tiap qafiyah mengandung dua huruf mati berurutan.
PRAKTEK
Itulah pembahasan sekitar ilmu ‘Aruđ dan Ilmu Qawafy. Agar para pembaca tidak‘pusing’, mari saya ajak untuk membaca puisi di bawah ini :
A. Perhatikan Puisi al-Nabiĝah al-źubyani berikut ini :
كأنك الشمس والملوك كواكب # إذا طلعت لم يبد منهن كوكب
1. Menentukan nama puisi. Maka puisi di atas kita namakan Syi’r Mufrad atau Syi’r Yatim karena terdiri atas 1 baris saja.
2. Kita bagi belahan-belahannya. Maka Belahan pertama bait di atas كأنك الشمس والملوك كواكب kita sebut śadr (الصدر) atau المصراع الأول atauالشطر الأول.
Belahan keduanya إذا طلعت لم يبد منهن كوكب kita sebut ‘Ajz (العجز) atau المصراع الثانى atau الشطرالثانى .
3. Mentaqti’ dan menentukan bahar serta mengetahui taf’ilah.
Apabila kita taqti’, maka akan menjadi :
كـأنــك شمس والملوك كواكب # إذا طلعت لم يبد منهن كوكب
//0// /0/0 /0//0/ //0//0 //0 ///0 /0/0/ /0/0/ /0//0
Kemudian untuk mengetahui baharnya, maka kita perhatikan taqti’ awal pada śadr, ternyata bait ini diawali oleh watad (bukan sabab dan juga bukan faśilah). Artinya ada 3 pilihan taf’ilah awal, apakah فعولن, ataukah مفاعلتن, ataukah مفاعيلن. Bait di atas menunjukkan bahwa taf’ilah yang digunakan adalah فعولن atau مفاعلتن. Untuk memastikan bahar apa yang dipakai, mari kita tengok taf’ilah selanjutnya. Dibelakang فعولن ada yang مفاعيلن untuk bahar ţawil, ada juga yang فعولن juga jika ia mutaqarib. Namun jika ia مفاعلتن awalnya, berarti taf’ilah sesudahnya adalah مفاعلتن juga dan itu adalah bahar mutaqarib.(coba sambil membaca bagan bahar). JIka agak sulit menemukan pada belahan pertama, cobalah pada belahan kedua. Pada bait ini tenyata baharnya adalah ţawil, mari kita buktikan :
كـأنـــك شمس والملوك كواكب # إذا طلعت لم يبـــد منهـــن كوكب
//0/ / /0/0 /0//0/ //0//0 //0 / //0 /0 /0 / /0/0 / /0//0
فعول مــفاعيــــلن فعول مفاعلن طـــويـــل فعو ل مفا عيـلن فــعو لن مفـاعلن
الحشو العروض الحشو الضرب
4. Menentukan macam ‘illah dan zihaf. Jika kita perhatikan pada hasywunya, maka akan kita lihat ada taf’ilah yang tidak sempurna, yaitu فعول yang semestinya فعولن seperti pada taf’ilah ke-1, 3, dan 5. Ini adalah zihaf yang berjenis qabd, maka disebut مقبوض . Demikian pula مفاعلن pada ‘aruđ dan đarabnya juga disebut مقبوض. Sedangkan ‘illah tidak ada.
5. Menentukan jenis bait. Maka bait di atas termasuk bait tam, karena tidak ada taf’ilah yang dibuang.
6. Menentukan qafiyah.
1. Kata : ½ kata, yaitu كب
1 kata, yaitu كواكب
1 1/2 kata, yaitu ــن كواكب
2 kata, yaitu ـهن كواكب
2. Huruf Qafiyah: إذا طلعت لم يبـــد منهـــن كوكب
Huruf ba (ب ) pada (كواكب) adalah Rawi śahih.
3. Harakat Qafiyah, yaitu mujra (harakat rawi mutlak).
4. Macam Qafiyah, bait di atas termasuk Qafiyah Muţlaqah yang terlepas dari ta’sis dan ridif.
5. Cacat Qafiyah. Untuk melihat kecacatan suatu qafiyah, sebenarnya kita harus melihat bait perbait dalam satu qasidah, namun karena bait di atas hanya ada 1 bait saja, maka Bait tadi dapat kita katakan di sini tidak terdapat cacat.
6. Nama Qafiyah. Bait di atas Qafiyahnya bernama mutadarak, karena 2 huruf hidup yang terakhir diapit oleh huruf mati.
B. Mari saya ajak menciptakan satu saja bait puisi Arab dengan bekal ilmu ‘Aruđ dan Qawafy di atas :
1. Menentukan tema.
Saya akan membuat puisi sedih, yaitu tentang perasaan hati yang sedang merindu karena harus berpisah lama
2. Menentukan bahar.
Karena tema yang saya pakai adalah tema kesedihan, maka bahar yang cocok adalah bahar ramal (الرمل), polanya :
فاعلاتن فاعلاتن فاعلاتن # فاعلاتن فاعلاتن فاعلاتن
3. Mencari kata demi kata yang sesuai dengan pola :
فاعلاتن فاعلاتن فاعلاتن # فاعلاتن فاعلاتن فاعلاتن
ضيقا صدري ونفسي وسقطتُ # لو رأيتَ لا وقفت خطوات
Artinya : Sesak terasa dada dan nafasku dan akupun terasa ‘pingsan’, walau kau lihat aku tidak menghentikan langkahku.
4. Mari kita taqti dan tentukan taf’ilah sesuai pola :
ضيقا صدري ونفسي وسقطتُ # لو رأيتَ لا وقــفت خطوات
/0//0 /0 /0 /0/0 / //0 / # /0 //0/ /0/ /0 / ///0 /0
فـاعلا تن فــا علاتن فـعـلا ت # فا علات فا علات فعلاتن
5. Apakah ada zihaf dan ‘ilal di situ ?
Taf’ilah pertama dan kedua sempurna
Taf’ilah ketiga ada Syakl (الشكل) dari jenis zihaf Mujdawaj maka disebut Masykul (مشكول) yaitu gabungan antara Khaban (الخبن) dan Kaff (الكف).
Taf’ilah keempat dan kelima ada Kaff (الكف).
Taf’ilah keenam ada Khaban (الخبن)
6. Puisi di atas kita namakan Syi’r Mufrad atau Syi’r Yatim karena terdiri atas 1 baris saja.
7. Menentukan jenis bait. Maka bait di atas termasuk bait tam, karena tidak ada taf’ilah yang dibuang
8. Menentukan qafiyah.
8.1. Kata : ½ kata, yaitu ــوات
1 kata, yaitu خطوات
1 1/2 kata, yaitu قــفت خطوات
2 kata, yaitu وقــفت خطوات
8.2. Huruf Qafiyah:
a. Huruf Rawi adalah Huruf ta (ت) pada (خطوات)
b. Huruf Waśal adalah huruf ي pada akhir kata خطوات
c. Huruf Ridif adalah Alif (ا) sebelum ta (ت) rawi
7. Harakat Qafiyah, yaitu
a. mujra (harakat rawi).
b. Haźwu, yaitu harakat sebelum ridif yaitu fathahnya huruf waw (و)
8. Macam Qafiyah, bait di atas termasuk Qafiyah Mardufah
9. Cacat Qafiyah. Untuk melihat kecacatan suatu qafiyah, sebenarnya kita harus melihat bait perbait dalam satu qasidah, namun karena bait di atas hanya ada 1 bait saja, maka Bait tadi dapat kita katakan di sini tidak terdapat cacat.
10. Nama Qafiyah. Bait di atas Qafiyahnya bernama mutawatir, karena 1 huruf hidup yang terakhir diapit oleh 2 huruf mati.
Penutup
Demikianlah, dengan metode praktis saya coba persembahkan tulisan ini. Melalui bagan-bagan yang ada kita dapat dengan mudah praktek membaca puisi Arab tradisional. Praktek membaca ini dapat dibantu dengan buku-buku yang banyak memuat bermacam-macam puisi Arab, seperti al-Balaĝah al-wađihah karya Ali al-Jarimy dan Muśtafa Amin. Akhirnya, Mudah-mudahan tulisan ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi siapa saja yang tertarik dengan puisi Arab.
REFERENSI
Abu al-‘Abbas Syamsuddin Ahmad ibn Muhammad ibn Abi Bakr Khallikan, Wafayat al-A’yan
juz.2, Beirut: Dar Sadir, 1900
Ahmad Hasan al-Ziyyat, Tarikh adab al-‘Arab, Kairo: dar al-Nahđah Miśr li al-Ţab’I wa al-Nasyr, Tth., Cet. Ke-24
Chotibul Umam, Fi ‘ilm al-‘Aruđ, Jakarta:Hikmah Syahid Indah, 1992, Cet. Ke-2
Mas’an Hamid, Ilmu Arudl dan Qawafi, Surabaya: Al-Ikhlas, 1995,
Nayif Ma’ruf, al-Mujazu al-Kafi fi ‘Ulum al-Balaĝah wa al-‘Aruđ, Beirut:Dar Beirut al-Mahrusah,
1993
Peter Salim dan Yenni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English,
1991
Syauqi Đaif, al-Fann wa maźahibu fi.........


Tidak ada komentar:

Posting Komentar