=============
Para
ahli sejarah kesusasteraan Arab telah mengungkapkan bahwa syi’ir Arab
itu tidak timbul sekaligus dalam bentuk yang sempurna, akan tetapi
sedikit demi sedikit berkembang menuju kesempurnaan, yaitu mulai dari
bentuk ungkapan kata yang bebas (mursal) menuju saja’, dan dari
potongan-potongan saja’ menuju syi’ir yang berbahar Rajaz. Mulai fase
inilah syi’ir Arab dikatakan sempurna, bahkan pada fase inilah muncul
seorang tokoh penyair yang bernama ‘Adi bin Rabi’ah Al-Muhalhi,. Yang
hidup pada masa pertengahan abad kedua (antara tahun 491-531 M), dia
inilah orang yang pertama kali menyempurnaaan syi’ir Arab dalam bentuk
kasidah dengan bermacam-macam wazan, antara lain bahar Wafir, bahar
Basith, Khafif , Ramal dan bahar Rajaz.
Pada
zaman Jahiliyah syi’ir ini terus berkembang dengan pesat sehingga
banyak tokoh penyair muncul dimasa itu, demikian pula pada masa
permulaan Islam, akan tetapi wazan-wazan baru yang telah diciptakan oleh
para penyair tersebut belum terbukukan secara ilmiah. Baru pada masa
pemerintahan Bani Umaiyah wazan-wazan tersebut ditemukan setelah melalui
penelitian yang cermat terhadap syi’ir Arab yang ada dan dilakukan oleh
seorang ulama’ Bashrah yang bernama Khalil bin Ahmad Al-Farahidi dari
kabilah Al-Azdi Yamani. Hal-hal yang mendorong dirinya untuk mengadakan
penelitian ini adalah karena ia melihat bahwa para penyair modern pada
masanya ini mulai keluar dari wazan-wazan Arab yang ada, adakalanya
wazan-wazan lama itu dikurangi dan ditambahi, bahkan sebagian mereka ada
yang menciptakan wazan baru yang tidak pernah didengar sama sekali oleh
orang Arab. Setelah melihat demikian maka ia mulailah berpikir untuk
meletakkan aturan-aturan dasar d dalam syi’ir Arab. Dan mulailah
penelitian itu dilakukannya dengan cara mengumpulkan berbagai macam
syi’ir Arab yang mengandung wazan berbeda-beda, akhirnya ia menemukan 15
(lima belas) wazan dalam syi’ir Arab, yaitu bahar Thawil, bahar Madid,
bahar Basith, bahar Wafir, bahar Kamil, bahar Hazaj, bahar Rajaz,
bahar Sari’, bahar Munsarih, bahar Khafif, bahar Mudlara’, bahar
Muqtadlab, bahar Mujtats, bahar Ramal dan bahar Mutaqarab. Kemudian
ditambahi satu wazan lagi yakni “bahar Mutadarak” oleh muridnyayang
bernama Al-Akhfasy, akhirnya jumlah wazan seluruhnya menjadi 16 (enam
belas) macam.
Adapun
kitab-kitab yang telah disusun oleh Khalil bin Ahmad dalam bidang music
syi’ir adalah kitab “Al-Iqa” dan kitab “An-Nagham”, dua kitab ini
memuat aturan-aturan ilmu Arudl dan Qawafi yang lengkap. Sedangkan dalam
bidang kamus, ia telah menyusun kitab yang berjudul “Al-“Ain”. Penemuan
Khalil bin Ahmad ini kemudian diikuti oleh para penyusun selanjutnya,
di antaranya yang terkenal adalah Sibawih, Akhfasy, Ibnu ‘Abdi Rabbih
(penyusun kitab Al-‘Aqdul-Farid), dan Zamakhsyary (penyusun kitab
Al-Qisthas dalam ilmu Arudl).
Sumber Pustaka : Mas’an Hamid, Ilmu Arudh dan Qawafi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar