ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Rabu, 11 Mei 2011

Syeikh Abul Hasan 'Ali Asy-Asyadzily Al-Hasany RA



Syeikh Abul Hasan 'Ali Asy-Asyadzily Al-Hasany RA

Beliau r.a. menceritakan dari gurunya: Tekunilah bersuci dari kesyirikan; setiap kali berhadas, maka kamu bersuci; jangan sekutukan Allah dengan sesuatu pun. Dan dari noda cinta dunia; setiap kali condong kepada suatu syahwat, kamu meluruskan
dengan tobat apa yang telah atau hampir dirusak oleh hawa nafsu.


Kamu harus mencintai Allah Swt. dalam pengagungan dan kesucian. Biasakanlah minum dengan gelas-Nya (sekaligus) bersama kemabukan dan kesegaran: Setiap kali tersadar atau terbangun, teruslah minum sehingga jadilah mabukmu dan segarmu dengan-Nya. Hingga kamu lenyap dengan keindahan-Nya dari cinta dan dari minuman, kemuliaan, dan gelas, dengan apa yang tampak bagimu dari cahaya keindahan-Nya dan kegungan-Nya yang suci dan sempurnaBarangkali aku berbicara kepada orang yang tidak mengenal cinta dan minuman, minum, gelas, kemabukan, maupun kesegaran. Seseorang berkata kepadanya, “Benar. Berapa banyak orang yang tenggelam dalam sesuatu, tetapi ia tidak mengetahui ketenggelamannya. Karena itu, kenalkanlah kepadaku dan ingatkan aku terhadap apa yang tidak aku ketahui atau terhadap apa yang telah Dia anugerahkan kepadaku sedangkan aku lalai.”

Aku berkata kepadanya, “Baiklah. Cinta adalah pikatan dari Allah terhadap hati hamba yang mencinta dengan apa yang Dia singkapkan untuknya dari keindahan-Nya, kesucian kesempurnaan keagungan-Nya, cahaya-cahaya dengan cahaya-cahaya, nama-nama dengan nama-nama, sifat-sifat dengan sifat-sifat, dan perbuatan-perbuatan dengan perbuatan-perbuatan (af’al). Dan menjadi luas pandangan padanya bagi orang yang Allah kehendaki.

Minum adalah penuangan hati, sendi-sendi, dan nadi-nadi dari minuman ini hingga memabukkan. Dan minum itu adalah dengan pelatihan demi pelatihan dan pembersihan (pendidikan). Karena itu, masing-masing dituangkan sesuai dengan kadarnya, Sebagian mereka dituangkan tanpa media atau perantara, Allah Swt. yang menangani hal ini untuknya. Sebagian lagi dituangkan dari sudut media-media dengan perantara-perantara seperti malaikat, para ulama, tokoh-tokoh besar dari kalangan muqarrabin (dekat kepada Allah). Dan, sebagian lagi bahkan mabuk dengan menyaksikan gelas sebelum mencicipinya sedikit pun. Bagaimana adanya menurutmu setelah mencicipi, setelah minum, setelah puas, setelah mabuk dengan minuman? Kemudian, kesegaran setelah itu di atas ukuran-ukuran yang berbeda sebagaimana kemabukan demikian juga halnya.

Gelas adalah makrifat kepada al-Haqq. Dia mengerjakan minuman yang suci murni lagi jernih itu kepada siapa yang Dia kehendaki dari hamba-Nya yang diberikan kekhususan di antara para makhluk-Nya. Maka, kadang-kadang peminum menyaksikan gelas itu secara bentuk lahir, kadang-kadang menyaksikan nya secara maknawi, dan kadang-kadang menyaksikan nya secara ilmiah. Bentuk adalah jatah fisik badan dan nafsu, maknawi adalah jatah akal dan hati, dan ilmiah adalah jatah bagian roh dan sir (matabatin). Oh duhai minuman, betapa lezatnya.

Sungguh beruntung orang yang meminum darinya, senantiasa terus-menerus, dan tidak diputus darinya. Maka, kita memohon kepada Allah semoga mendapatkan karunia-Nya. Itu adalah karunia Allah, Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan, Allah memiliki karunia yang sangat besar.

Kadang-kadang jemaah para pencinta berkumpul lalu minum dituangkan kepada mereka dari satu gelas. Kadang-kadang dituangkan kepada mereka dari gelas-gelas yang banyak. Kadang-kadang dituangkan kepada seorang saja dengan satu gelas dan beberapa gelas. Kadang-kadang minuman berbeda sesuai dengan jumlah gelas. Dan kadang-kadang juga berbeda minumnya padahal dari satu gelas, meskipun banyak orang yang telah minum darinya.
Beliau juga ditanya tentang cinta. Beliau menjawab, “Cinta adalah pikatan dari Allah untuk hati hamba-Nya dari setiap sesuatu selain-Nya. Sehingga kamu melihat ego condong kembali ketaatan terhadap-Nya, akal berbenteng dengan maghfirah-Nya, roh terpikat di dalam hadirat-Nya, dan matabatin tercurah dalam musyahadah kepada-Nya. Dan hamba selalu minta tambah, lantas ditambahkan dan meminta dibukakan dengan apa yang lebih manis dari kelezatan munajat-munajat kepada-Nya, lantas dia dibusanai perhiasan-perhiasan pendekatan diatas permadani kedekatan. ltulah yang dinamakan pikiran-pikiran hakikat dan kekokohan ilmu. Oleh karena itu, mereka mengatakan: ‘Para wall Allah itu pengantin-pengantin.’

Seseorang berkata kepadanya, “Sungguh aku telah mengetahui cinta. Lalu, apa minuman cinta, apa gelas cinta, siapa penuang, bagaimana rasanya, siapa peminum, apa kepuasan, apa kemabukan, dan apa kesegaran?” Beliau r.a. menjawab, “Minuman adalah cahaya yang bersinar tajam dari keindahan Kekasih. Gelas adalah kelembutan yang menyampaikan hal itu ke mulut-mulut hati. Penuang adalah Yang Menangani bagi orang istimewa paling agung, dan orang-orang saleh dari para hamba-Nya, Dialah Yang Maha Mengetahui segala ukuran dan kemaslahatan para kekasih-Nya.

Siapa yang disingkapkan untuknya keindahan itu dan menikmatinya dalam satu napas atau dua napas kemudian dibentangkan tirai atasnya, maka dialah pencicip yang merindu, Siapa yang berlangsung baginya hal tu selama satu jam atau dua jam, maka dia adalah peminum sejati. Dan, siapa yang berkelanjutan padanya perkara itu dan penuangan minuman berlangsung terus hingga tenggorokan penuh dan sendi-sendinya dari cahaya-cahaya Allah yang tersimpan, maka itulah kepuasan. Dan, karena ia kehilangan indra dan pikiran, sehingga dia tidak tahu apa yang dikatakan dan apa yang ia katakan, maka itulah kemabukan.

Dan kadang-kadang gelas-gelas beredar di seputar mereka, keadaan mereka pun berbeda-beda. Mereka dikembalikan kepada zikir, keadaan-keadaan, dan ketaatan-ketaatan, serta mereka tidak berhasil dalam menggapai sifat-sifat bersama berdesakannya takdir. Maka, ilmu lah waktu kesegaran mereka, keluasan pandangan mereka, dan bertambahnya amal mereka. Maka, dengan bintang-bintang ilmu dan purnama tauhid, mereka mendapat petunjuk di malam mereka. Dengan matahari-matahari makrifat mereka memperoleh cahaya. Mereka itulah partai Allah. Ingatlah, sesungguhnya golongan Allah itu golongan yang menang.

Sumber : sufinews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar