ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Selasa, 02 Agustus 2011

Sudah Tiada, Do'a Tetap Mustajab (Keteladanan Kyai Hamid)

Sudah Tiada, Do'a Tetap Mustajab
Keteladanan Kyai Hamid
===============================
Kata "wali" dalam bahasa arab berarti yang menolong, yang dicintai dan yang dilindungi. Sedangkan dalam dunia sufi, kata wali tersebut diartikan orang yang suci, yang mempunyai akidah yang benar dan yang selalu menjalankan amal saleh serta selalu mengikuti sunnah Rasulallah SAW. Dalam kitab Sirajul Tholibin dijelaskan:

والاولياء جمع ولي:
وهوالعارف بالله وصفاته حسبما يمكن المواظب على الطعات المجتنب المعاصي والمعرض عن الانهماك في االلذات والتشهوات

"auliya' itu dari kata jama'nya wali, wali adalah orang yang betul-betul mengenal Allah SWT, selalu tetap taat kepada Allah, menjauhi semua larangan dan berpaling dari keasyikan ladzat (duniawi) dan syahwat (nafsu duniawi)."


Dari sini sudah jelas semuanya bahwa wali itu adalah orang yang senantiasa disayangi dan dilindungi oleh Allah SWT. Begitu juga dengan Kyai Hamid, tidak ada seorang pun yang meragukan kewalian sang wali abdal tersebut. Hal ini memang terlihat jelas dengan perilaku beliau dalam sehari-hari yang selalu disandarkan kepada al-Qur'an dan Hadits. Kyai kharismatik ini juga memiliki rasa solidaritas tinggi kepada masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari sikap lapang beliau ketika menerima para tamunya yang tiap hari bertambah banyak hanya untuk mengharap do'a dari beliau yang dianggap mustajabah oleh para masyarakat.

Pernah pada suatu ketika Kyai Hamid pergi beribadah haji dengan isteri beliau, Nyai Hj. Nafisah, dan disertai juga kedua khadam beliau yaitu Ihsan santri asal kota Malang dan Asfihani santri asal kota Gresik yang kini menjadi salah satu staf pengajar di Madrasah Salafiyah. Ketika itu Kyai Hamid sedang berada di roudloh bersama dengan Ustadz Asfihani. Setelah shalat sunnah, beliau berkata kepada Ustadz Asfihani yang pada waktu itu berada di balakangnya "aku tak ndungo, aminono yo..." (saya mau berdo'a kamu yang baca amin ya...) " "inggeh Kyai...", jawab Asfihani singkat. "Ya Allah....Asfihani lek mari kawen mbalik mane teng mriki ya Allah..." (ya Allah Asfihani setelah menikah nanti kembali lagi ke sini (ibadah haji) ya Allah...) seketika itu Ustadz Asfihani langsung mengamini do'a tersebut dengan mantab. Sedangkan santri yang bernama Ihsan sedang berada di maktab menjaga Bu Nyai Nafisah, setalah itu Ustadz Asfihani dan Kyai Hamid segera kembali ke maktab agar Bu Nyai Nafisah tidak cemas.

Singkat cerita setelah kewafatan Kyai Hamid, dapat beberapa tahun ternyata do'a Kyai Hamid kepada Ustadz Asfihani ketika berada di raudloh dulu terijabahi (dikabulkan) oleh Allah SWT, dan hal ini dirasakan oleh Ustadz Asfihani setelah beliau menikah. Pada akhirnya berkat do'a dari Kyai Hamid, Ustadz Asfihani-pun pergi beribadah haji bersama sang istri yang masih sanak famili dari keluarga Kyai Hamid sendiri.

Subhanalloh... begitu besar anugerah Allah yang diberikan kepada hamba yang dicintainya, sampai-sampai do'a yang tadinya lama terucap dan orang yang mendo'akan-pun telah tiada, masih saja tetap di kabulkan oleh Allah SWT. (zen)


Sumber :
Ust. H. Ashfihani Abdulloh Faqih
sumber:http://salafiyah.org/beranda/51-kyai-hamid/293-sudah-tiada-doa-tetap-mustajab.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar