ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Sabtu, 06 Agustus 2011

“Kadang-kadang Allah memberikan makna guna kepadamu dalam kelamnya Qobdh (Genggaman Ilahi yang mencekam), yang tidak anda dapatkan maknanya ketika anda dalam suasana kelapangan siang hari (seperti siang yang terang).”

------------------------------
“Apabila anda ingin Allah swt membuka pintu harapan padamu, maka lihatlah apa yang dianugerahkan dariNya kepadamu. Dan apabila anda ingin Allah membuka pintu kesedihan padamu, maka lihatlah apa yang engkau lakukan bagiNya.” Harapan dan kesedihan, adalah dua hal yang terus berdampingan. Karena adanya harapanlah, seseorang mulai optimis dan terbuka masa depannya. Khususnya masa depan dengan Sang Pencipta.

Namun, sepanjang yang disebut harapan, semata juga karena dibuka oleh Allah swt, berupa kepatuhan dan ketaatan kita. Apa pun yang dari Allah swt, senantiasa membuka harapan kita, karena seluruh ketaatan kita, kebajikan kita, semuanya dari Allah, bukan dari diri kita.

Namun juga sebaliknya, bila kita mengingat apa yang ada pada kita berupa kontra dengan Allah Swt, kemaksiatan dan dosa-dosa kita, pastilah kita akan sedih dan duka. Bahkan kalau toh kita menengok masa lalu kita, kita tetap saja sedih, karena apa yang kita berikan kepadaNya, tak ada apa-apanya, apalagi jika dibanding yang yang datang dari Allah swt kepada kita.
Oleh sebab itu beliau melanjutkan:

“Kadang-kadang Allah memberikan makna guna kepadamu dalam kelamnya Qobdh (Genggaman Ilahi yang mencekam), yang tidak anda dapatkan maknanya ketika anda dalam suasana kelapangan siang hari (seperti siang yang terang).”

Betapa seringnya kita raih hikmah-hikmah yang menghantar kita untuk taqarrub kepadanya dibalik cobaan yang mencekam, yang kita tidak dapatkan ketika kita diberi kelapangan dada, kemudahan dan kesehatan dan murahnya rizki anda.

Disinilah para ‘arifun lebih memilih meraih Qabdhnya Allah dibanding suasana lapang dan mudah dariNya. Sebab betapa seringnya orang tergelincir karena kemudahan dan kelapangan. Sedangkan ketika diberi cobaan, hatinya remuk redam dalam sikap ubudiyah kepadaNya, penuh rasa hina dina, fakir, tak berdaya dan lemah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar