ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Kamis, 24 Maret 2011

TABARRUK PARA SAHABAT DAN UMMAT DENGAN SANDAL NABI, BAHKAN LUKISAN SANDAL DAN TAPAK NABI SAW (Tabarruk: Sunnah Nabi SAW)




*Tabarruk/ Ngalap Berkah Dengan Sandal Nabi SAW Serta Diantara Khasiyat Sandal Nabi SAW:* 
Adab Hormat dan Tabarruk: Sunnah Nabi yang Dilupakan (bagian 6)
============================================

A’uudzu billahi minasy syaithanirrajiim
Bismillahirrahmanirrahiim
Walhamdulillah wassholatu wassalamu ‘ala Rasulillah wa ‘ala aalihi
wasahbihi wa man tabi’ahum bi-ihsanin ilaa yaumiddin

PENGANTAR BAGIAN 6

Setelah di bagian ke-5 serial tulisan ini, kita mulai melihat bagaimana para sahabat juga bertabarruk tidak hanya secara langsung dengan tubuh atau anggota tubuh Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam, tetapi juga dengan barang-barang yang terkait dengan beliau sallAllahu ‘alayhi wasallam, seperti dengan tongkat, atau jubah milik beliau. Nah, di antara barang-barang pribadi milik Rasulullah sallAllahu ‘alayhi wasallam ini ada satu yang memiliki tempat cukup istimewa di kalangan ummat Islam, khususnya para Ulama’ dan Awliya’-nya. Barang tersebut adalah sandal Nabi, berikut jejak tapak kaki sayyidina Muhammad sallAllahu ‘alayhi wasallam. Pada bagian ke-6 serial tulisan Tabarruk ini, insya Allah, akan kita saksikan dan renungkan bersama, bagaimana kecintaan para Sahabat, kecintaan para Ulama’ dan Awliya’ pada Rasulullah sallAllahu ‘alayhi wasallam, bahkan hingga sandal beliau pun, mereka tempatkan pada posisi terhormat dalam hati dan jiwa mereka.


SANDAL NABI DAN LUKISAN SANDAL DAN TAPAK NABI

sandle belonging to prophet 2.jpg

Dalam kitab karya Imam Abul ‘Abbas Ahmad al-Muqri’ at-Tilmisaniy, yang berjudul Fath al-muta’al fi madh al-ni’al (Pembukaan untuk pujian yang paling tinggi atas sandal Nabi) disebutkan bahwa sandal Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam, atau yang dalam bahasa Arabnya dikenal sebagai an-Na’lu an-Nabiyyah, biasa dijadikan sarana tabarruk untuk memperoleh kebahagiaan, kedamaian, dan ketenangan. Dan di sini, maksudnya tentu saja bukan hanya sandal asli beliau yang jumlahnya hanya sepasang, tetapi citra atau lukisan dari sandal Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam. Dalam kitab tersebut, disebutkan pula bahwa pada saat stress atau kesedihan, seseorang dapat menempatkan citra/lukisan sandal Nabi tersebut di qalbu dan mata mereka untuk tabarruk. Citra/lukisan sandal Nabi dapat pula digunakan sebagai sarana tabarruk untuk menyembuhkan penyakit, sebagai pelega di saat kesempitan dan amarah, penyembuh bagi wanita hamil di saat melahirkan, perlindungan terhadap ‘mata jahat’, dan sebagai simbol keamanan dan perlindungan bagi kapal di lautan, perlindungan harta milik dari kehilangan, rumah dari bahaya kebakaran, juga bagi karavan dari bahaya serangan perampok. Orang-orang biasa menggunakan citra/lukisan Sandal Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam untuk alasan-alasan tersebut, dan juga sebagai sarana memperoleh barakah tiada terkira baik di dunia ini maupun di akhirat.

ProphetHolyFootPrint.jpg

Di antara para Ahli Hadits yang turut menggambar dan melukis Sandal Nabi yang barakah ini, serta yang sepakat pula akan barakahnya yang luar biasa, antara lain adalah Ibn Asakir dan muridnya Badr Fariqi, Hafizh Zaynu d-Din al-Iraqi dan putranya, Imam Sakhawi dan Imam Suyuthi. Dan lazim pula diketahui bahwa para ulama Maroko berikut ini paling mahir dalam menggambarkan citra atau Mitsal/Naqsh dari Sandal Nabi, karena mereka tidak memiliki sandal Nabi yang asli: Ibn Marzuwa, Ab Bakr ibn al-Arabi, Hafiz Abu ar-Rabii’ah, Hafizh Abu Abdullah ibn al-Ibar, Ibn Rashedd al-Fahri, Ibn Jabir ‘Aashi, Ibn al-Bara at-Tuwsi, Abu Ishaq al-Undulusi. ‘Aalim Ibn Asakir mengambil gambarnya dari Ibn al-Haaj ‘aalim Maroko, dan keseluruhan ulama hadits setelah itu, mengambil gambarnya dari beliau (Ibn Asakir).

Suku dari Ibn al-Hadid menyimpan kedua Sandal Nabi, dan kemudian Sandal ini disimpan di Jami’ah Al-Ashrafiyyah, Damaskus. Pengembara dari Maroko, seperti Ibn al-Rasyiid datang ke Damaskus, dan mengambar pola/citra dari sepasang Sandal tersebut untuk dibawa pulang ke daerah tempat asalnya, bagi rekan-rekan senegerinya.

Para Ulama atau Awliya’ ini bertabarruk dengan sandal Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam karena kecintaan serta rasa hormat mereka yang demikian dalam pada Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam, hingga merasa diri mereka lebih rendah daripada debu yang melekat di sandal beliau sallAllahu ‘alayhi wasallam. Sandal tersebut seolah-olah memberikan ilham pada diri mereka betapa tinggi kedudukan beliau sallAllahu ‘alayhi wasallam di sisi Allah. Karena sebab-sebab inilah, mereka demikian teliti dalam mencatat lukisan dan citra sandal tersebut, dan terkadang mereka menempatkannya di turban mereka, untuk merasakan kepasrahan dan pelayanan penuh pada keagungan sang Rasul Allah yang mulia, sallAllahu ‘alayhi wasallam. Mereka juga menggantungkan lukisan Sandal tersebut di rumah-rumah mereka, untuk mencari barakah (tabarruk) daripadanya.

Tak heran, karena sebab-sebab itu pula, para penulis dan penyair dunia Islam memuji Sandal mulia ini, dan melukiskan perasaan cinta tak terhingga mereka bagi Sang Pemakainya, sallAllahu ‘alayhi wasallam. Imam Abu al-‘Abbas Ahmad al-Muqri’ mengumpulkan tulisan-tulisan ini dalam kitabnya yang disebut di atas, juga dalam karyanya yang lain, Azhar al-Riyad.

TENTANG JAM’IYYAH DAR AL-HADITS AL-ASRAFIYYAH DAMASKUS
[dikutip dari tulisan Syaikh G.F. Haddad]

Imam Muhyiddin An-Nawawi rahimahullah, memimpin Dar Al-Hadits al-Asyrafiyyah di Damaskus sepeninggal guru beliau, Abu Syaama di tahun 665 H. Dan beliau memegang kepemimpinan ini selama 11 tahun hingga wafatnya, tanpa menerima gaji apa pun.

Ibn as-Subki melaporkan dalam karya besarnya, Tabaqaat asy-Syafi’iyyah al-Kubra bahwa setelah ayahandanya, sang Imam besar, Faqih, dan Muhaddits (Ahli Hadits), Qadi al-Qudaat, Syaikhul Islam, ‘Ali ibn ‘Abd al-Kaafii Abu al-Hasan Taqiy ud-Din as-Subki (wafat 756 H) menjadi kepala Dar al-Hadits Al-Asyrafiyya di tahun 742 H, beliau biasa keluar rumah dan pergi ke masjid di larut malam untuk salat tahajjud, dan beliau biasa menangis serta menggosokkan wajah dan kepala beliau di sajadah (karpet salat) tempat Imam an-Nawawi biasa duduk, sambil membaca:

Wafī Dāri al-hadīthi lathīfu ma’nan
‘alā busut.in lahā asbū wa āwī:
‘Asā annī amassu bihurri wajhī
makānan massahu qadamu al-Nawāwī

Dan dalam Dar al-Hadits terdapat suatu makna halus
Di atas karpet di mana aku duduk dan berlindung:
Mungkin aku akan menyentuh dengan wajahku
Suatu tempat yang disentuh oleh kaki an-Nawawi

Di zaman, an-Nawawi, Dar al-Hadits memiliki koleksi asli Sandal Mulia Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam. Sandal ini disimpan di dalam sebuah kotak kayu di atas Mihrab masjid di Dar al-Hadits. Faqih Mazhab Maliki, Muhaddits, Sejarah, dan Ahli Bahasa, Imam Abu Hafs al-Fakihani (wafat 734 H) mengunjungi Damaskus untuk mencari barakah sandal ini. Sang Muhaddits Jamal ad-Din ibn Hadidah al-Ansari meriwayatkan: “Saat itu aku bersama beliau (Imam Abu Hafs al-Fakihani). Saat beliau melihat Sandal yang Paling Terhormat itu, beliau menengadahkan kepalanya dan mulai menciumi Sandal tersebut dan menggosokkan wajahnya ke Sandal tersebut. Air matanya mengalir, sambil membaca puisi berikut,

Falaw qīla lil-Majnūni: Laylā wa-waslahā

turīdu am al-dunyā wamā fī tawāyāha?

Laqāla: Ghubārun min turābi ni’ālihā

ahabbu ilā nafsī wa-ashfā li-balwāhā

Jika dikatakan pada Majnun yang tergila-gila akan Layla: Layla dan hubungan dengannya
Yang kau inginkan? Ataukah dunia dan apa yang ada di dalamnya?
Tentu dia akan menjawab: Sebutir debu dari Sandal Layla
Lebih kucintai dan obat ampuh bagi jiwaku”

[diriwayatkan oleh Ibn Farh di ad-Dibaaj al-Mudzahhab halaman 286]

Masjid tersebut dibumihanguskan kaum Tatar dan relik Sandal tersebut menghilang, tetapi Mihrabnya tetap lestari hingga zaman ini, dan berada di dalam masjid dari Sekolah persiapan Dar al-Hadits (pimpinan Syaikh Husayn Sabiyya yang melanjutkan kepemimpinan Syaikh Mahmud Rankuusi, yang melanjutkan kepemimpinan Muhaddits Syaikh Abu al-Khayr al-Miidaanii), di Asruniyya Souk, di dekat Masjid Umawi, Damaskus, di mana penulis tulisan ini pernah diberi kesempatan untuk mengunjunginya dan berdoa di dalamnya.

TABARRUK PARA SAHABAT DAN UMMAT DENGAN SANDAL NABI

1. Bukhari dan Tirmidhi meriwayatkan dari Qatada: “Aku bertanya pada Anas untuk mendeskripsikan sandal milik Rasulullah sallAllahu ‘alayhi wasallam, dan dia menjawab: Setiap sandal memiliki dua tali pengikat”, dan dari ‘Isa bin Tahman: “Anas mengeluarkan sepasang sepatu dan menunjukkannya pada kami. Sepatu-sepatu ini tidak memiliki bulu.” (kebiasaan Arab adalah untuk tidak melepas bulu dari kulit yang dipakai sebagai bahan sepatu).

2. Diriwayatkan pula dari Ibn Sa’ad bahwa Anas adalah penjaga Sandal Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam.

3. Bukhari, Malik, dan Abu Dawud meriwayatkan bahwa ‘Ubayd ibn Jarih berkata ke ‘Abd Allah ibn ‘Umar: “Aku melihatmu memakai sandal kemerahan.” Ia menjawab, “Aku melihat Nabi memakai sandal dengan tanpa bulu dan melakukan wudhu’ dengan memakainya, jadi aku suka memakainya.”

4. Al-Qastallani dalam kitabnya Mawahib al-Laduniyya berkata bahwa Ibn Mas’ud adalah salah seorang pembantu Rasulullah sallAllahu ‘alayhi wasallam dan biasa membawakan bantal (wisada) kepada beliau, juga sikat gigi (siwak) beliau sallAllahu ‘alayhi wasallam, dua sandalnya (na’layn) dan air untuk wudhu’nya. Ketika Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam bangun, ia (Ibn Mas’ud) akan memakaikan sandal beliau pada beliau, dan ketika beliau duduk, ia akan membawa sandal itu dengan tangannya sampai beliau bangun dari duduknya.

Riwayat ini disebutkan pula oleh Imam al-Sâlihî dalam karyanya, Subul al-Huda wa’l Rashâd (8:318)

5. Qastallani menyebutkan riwayat berikut dari salah satu Tabi’in terbesar: Abu Ishaq (al-Zuhri) berkata, “al-Qasim ibn Muhammad (ibn Abu Bakr al-Shiddiq) berkata, “Salah satu barokah dari memiliki sandal yang serupa dengan sandal Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam adalah barangsiapa memilikinya untuk tabarruk, akan terjaga dari hasutan pemberontak dan dari penguasaan musuh, dan akan menjadi penghalang terhadap mata jahat orang yang hasud. Jika seorang hamil membawanya dengan tangan kanannya, akan dimudahkan proses persalinannya dengan kekuasaan Allah.”

6. al-Qastallani juga berkata bahwa Abu al-Yaman ibn ‘Asakir menulis suatu volume buku khusus tentang lukisan dari sandal Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam, demikian pula Ibn al-Hajj al-Andalusy. Dia meriwayatkan dari seorang Shaykh Wali bernama Abu
Ja’far Ahmad ibn ‘Abd al-Majid:

“Aku memotong pola sandal ini untuk seorang muridku. Dia datang kepadaku suatu hari dan berkata, “Aku melihat keajaiban kemarin dari barokah sandal ini. Istriku menderita karena sakit yang hampir merenggut nyawanya. Aku menaruh sandal ini pada tempat sakitnya dan berdoa, “Wahai Allah, tunjukkan padaku barokah dari pemilik sandal ini.” Allah menyembuhkannya pada tempat yang sakit itu.”

7. Al-Munawi dan Al-Qari’ menyebutkan dalam kitab Syarah (komentar) mereka atas kitab karya Imam Tirmidzi, yaitu Asy-Syama-il (suatu kitab yang berisi penjelasan tentang sifat-sifat Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam) bahwa Ibn al-‘Arabi berkata bahwa sandal merupakan bagian dari pakaian para Nabi, dan bahwa orang-orang meninggalkannya semata karena lumpur yang melekat dari tanah mereka. Ia (Ibn al-‘Arabi) juga menyebutkan bahwa salah satu nama dari nama-nama yang dimiliki Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam di kitab-kitab kuno adalah Sahib an-Na’layn atau “Pemilik sepasang sandal.”

8. Imam Abu Ishâq Ibrahîm ibn Muhammad ibn Khalaf al-Sullamî, terkenal sebagai Ibn al-Hâjj, mengumpulkan pujian yang telah ditulis para penulis dan penyair tentang Sandal Nabi.

9. Imam dan ahli hadits (Muhaddits) Abû al-Yumn `Abd al-Samad ibn `Abd al-Wahhâb Ibn `Asâkir dari Damascus ( wafat 686 H), yang dimakamkan di Baqi’, Madinah, menulis suatu tulisan berjudul “SKETSA SANDAL NABI sallAllahu ‘alayhi wasallam” (Timthâlu Na`l al-Nabiyy), yang juga diterbitkan.

10. Mujtahid besar Imam Sirâj al-Dîn `Umar ibn Raslân al-Bulqînî juga memberi perhatian khususnya pada Sandal Nabi.

11. Shaykh Yusuf al-Nabahani membacakan puisi berikut tentang sepasang sandal Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam:

wa na`lun khada`na haybatan li waqariha

fa inna mata nakhda`u li haybatiha na`lu

fa da`ha `ala a`la al-mafariqi innaha

haqiqataha tajun wa surataha na`lu

Sandal yang kepada kemuliaan agung pemiliknya kita berserah diri

Karena hanya dengan berserah diri pada keagungannya kita bangkit:

Karena itu, tempatkanlah di tempat tertinggi karena ia

Pada hakikatnya suatu mahkota, walau bercitra sebuah sandal.

Beliau juga berkata:
Sungguh aku melayani pola Sandal sang Mustafa
Hingga aku boleh hidup di dua alam di bawah naungan perlindungannya

12. Dan saat Imam al-Fakhani pertama kali melihat sepasang sandal Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam (lihat tulisan tentang Dar Al-Hadits Al-Asyrafiyya di atas) beliau membacakan puisi berikut:

wa law qila li al-majnuni layla wa wasluha

turidu am al-dunya wa ma fi zawayaha

laqala ghubarun min turabi ni`aliha

ahabbu ila nafsi wa ashfa li balawaha

Dan jika si Majnun terhadap Layla ditanya: Adakah kau memilih

Kebersamaan dengan Layla, ataukah dunia dengan segala permatanya?

Tentu ia akan menjawab: “Debu dari tanah kedua sandalnya

Lebih dicintai jiwaku, dan obat paling ampuh baginya.”

13. Imam Syams ud-Dîn Muhammad ibn `Îsa al-Muqri’, menulis kitab berjudul “Kesejukan bagi Kedua Mata dengan Verifikasi Masalah Sepasang Sandal” (Qurrat al-`Aynayn fî Tahqîq Amr al-Na`layn)

14. Imam Abu l-‘Abbas al-Maqarri’ at-Tilmisaniy, wafat di Mesir menulis suatu buku paling tebal tentang hal ini, yang diberi judul Fath al-muta’al fi madh al-ni’al (Pembukaan untuk pujian yang paling tinggi atas sandal Nabi). Karya ini telah dipublikasikan, dan diringkas tiga kali, pertama oleh Radiyy al-Dîn Abu al-Khayr al-Qâdirî; yang kedua oleh Abû al-Hasan al-Dimintî; dan yang ketiga oleh Shaykh Yûsuf al-Nabahânî (semoga Allah merahmati mereka semua). Imam Abu l-‘Abbas juga menulis karya lain tentang Sandal Nabi berjudul Azhar ar-Riyad.

15. Sejarahwan Salim al-‘Ayyashi menulis dalam buku catatan perjalanannya, bahwa seorang dari ulama Cordoba, menulis pula suatu karya tentang Sandal Nabi berjudul “Koleksi Mutiara dari Desain Indah dan Tulisan Unik tentang Karakteristik Lukisan Sandal Utusan Allah sallAllahu ‘alayhi wasallam” atau al-La’ali’ al-Majmû`a Min Bâhir al-Nizâm wa Bâri` al-Kalâm fî Sifat Mithâl Na`li Rasûl Allâh.

16. Ashraf ‘Ali al-Tahanawi menulis tulisan berjudul Nayl al-Syifa’ bi na’l al-mustafa (Memperoleh kesembuhan melalui sandal Yang Terpilih/Al Mustafa) dalam bukunya Zad al-Sa’id (Makanan bagi yang Berbahagia).

17. Muhaddits India Muhammad Zakariyya Kandhalwi berkata dalam terjemahan Syama’il Imam Tirmidzi:
Maulana Ashraf ‘Ali Thahanawi Saahib menulis dalam kitabnya Zaadus Sa’id secara detail tentang barokat sepatu Rasulullah sallAllahu ‘alayhi wasallam. Secara singkat dapat dikatakan bahwa sandal Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam memiliki banyak keistimewaan. ‘Ulama telah banyak mengalaminya. Salah seorang diberkati untuk dapat melihat Rasulullah sallAllahu ‘alayhi wasallam dalam salah satu mimpinya, orang yang lain mendapat keselamatan dari musuh, dan apa yang diinginkannya terkabul.

18. Sultan Ahmad I (1590-1617), salah satu dari Sultan kekhalifahan Ottoman, yang mendirikan Masjid Sultan Ahmad (the Blue Mosque) yang terkenal dengan 6 minaretnya, dikenal pula sebagai seseorang yang sangat religius, dan sebagai seorang Waliyyullah. Beliau menulis puisi dalam bentuk lukisan tapak kaki Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam dan selalu membawanya di Turbannya hingga saat wafatnya. Puisi itu berbunyi sebagai berikut:

“Aku berharap diriku selalu membawa lukisan kaki suci dari Yang Mulia Nabi

Pemimpin dari seluruh Nabi-Nabi

Sang Mawar dari untaian tasbih Nabi-Nabi adalah Pemilik kaki suci itu

Wahai Ahmad, jangan kau ragu

Untuk menggosokkan wajahmu ke Kaki Suci Sang Mawar agung”

Saat Sultan Ahmad 1 naik tahta di tahun 1603, tengah berlangsung beberapa pemberontakan di dalam negeri, juga peperangan dengan Persia di Timur, dan dengan Jerman dan sekutunya di Barat. Setelah beberapa saat, kekuatan Jerman dapat dilemahkan, dan perjanjian damai Zitwaterok ditandatangani; pemberontakan Jelalii ditaklukkan di tahun 1611, dan sebuah pakta perjanjian ditandatangani dengan Persia. Dan tercatat pula beberapa kemenangan Angkatan Lautnya di Mediterranea.

[Diambil dari catatan singkat riwayat hidup Sultan Ahmad 1 di Maqam beliau, di dekat Masjid Sultan Ahmad 1, Istanbul].

PENUTUP BAGIAN KE-6

Alhamdulillah wa Syukurlillah, pada bagian ke-6 ini, telah kita saksikan bagaimana perhatian para Sahabat dan Ulama’ dalam bertabarruk kepada Rasulullah Muhammad sallAllahu ‘alayhi wasallam, dengan sandal dan telapak kaki beliau. Semua berangkat dari rasa cinta dan penghormatan yang tinggi pada Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam. Bagi mereka, suatu kebahagiaan yang tinggi, bila mereka diterima bahkan hanya sebagai setitik debu di telapak kaki atau sandal Rasulullah sallAllahu ‘alayhi wasallam. Semoga Allah Ta’ala mengaruniakan ketinggian derajat dan kehormatan tertinggi bagi Sang Pemilik Sandal Mulia tersebut.

Wallahu a’lam bissawab.

Wa min Allah at-Tawfiq. Bihurmatil Habib. Al-Fatihah.

sumber :http://www.muslimdelft.nl/titian-ilmu/adab-dan-akhlaq/adab-hormat-dan-tabarruk-sunnah-nabi-yang-dilupakan-bagian-6#more-265

(BEBERAPA BULAN INI TIAP SAYA DZIKIR TAFAKUR SLALU TERLIHAT SIMBOL INI,BERBULAN-BULAN SLALU TERLIHAT DENGAN JELAS NAMUN TAKPAHAM APA ARTINYA,TERNYATA DI MAJLIS HAUL HABIB ABU BAKAR AS-SEGAF INI SAYA MENEMUKAN MAKNA ARTI SIMBOL PANDANGAN BATIN SELAMA INI...) ALHAMDULILLAH....sebuah rahasia yg terkuak dengan berkah nya sang waliyullah AL-HABIB ABU BAKAR ASSEGAF.....
 Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani dalam kitab Mitsal an-Na’l asy-Syarif menyatakan bahwa sandal Rasulullah Saw. itu terbuat dari kulit yang dirangkap menggunakan dua “tancapan” seperti batang dari kulit yang dinamakan qibal. Yang satu dimasukkan antara ibu jari dan jari yang di dekatnya, dan yang satunya lagi dimasukkan antara jari tengah dan jari yang ada di dekatnya. Dua tancapan tadi dihubungkan dengan sebuah bingkai berbentuk yang disesuaikan dengan ukuran kaki, yang ada di atas telapak kaki. Tungkainya juga memakai sebuah bingkai berbentuk yang disesuaikan dengan ukuran kaki yang mencakup hingga seluruh telapak kaki.

 

Warna Sandal Nabi Saw.

Adapun warna sandal Rasulullah Saw. adalah “Kuning”. Gambaran tersebut sudah diuji kebenarannya oleh Ibnu Arabi, Ibnu Asākir, Ibnu Marzuqi al-Fāruqi, as-Suyūthi, as-Sakhāwi, dan at-Tata’i. Sandal tersebut ditunjukkan langsung oleh Siti Aisyah Ra.

Prof. Dr. Quraish Shihab dalam buku Lentera Al-Quran mengungkapkan bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah orang yang sangat sederhana. Hartanya yang paling berharga adalah sepasang alas-kaki (sandal) yang warnanya kuning sebagai hadiah dari Raja Negus di Abbissinia.

Filosofi Warna Sandal Nabi Saw.

Warna kuning memilik filosofi makna sebagai simbol pencerahan (التنوير), simbol kebijaksanaan (الحكمة), simbol antusiasme (الحماسة), simbol optimisme (التفاؤل), simbol harapan (الآمل), simbol kesenangan (المرح), simbol kejelasan (الوضوح), simbol keyakinan (الثقة), dan simbol matahari dan emas (الشمس والذهب).

Berikut adalah beberapa keterangan para sahabat Nabi Saw. tentang warna kuning:

أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ كَانَ يَحُضُّ عَلىَ لِباَسِ النِّعَالِ الصُّفْرِ، وَكَانَ يَقُوْلُ: الصُّفْرَةُ تَسُرُّ النَّفْسَ

 

Sesungguhnya Ibnu Abbas Ra. menganjurkan untuk memakai sandal-sandal yang berwarna kuning, sehingga ia berkata, “Warna kuning itu dapat menyenangkan jiwa.” (Al-Jāmi’ li Ahkām al-Qur’an juz 1 hlm. 451 karya Imam al-Qurthubi).

عَنْ عَلِيٍّ كَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ، أَنَّهُ كَانَ يَرْغَبُ فِي النِّعَالِ الصُّفْرِ وَيَقُوْلُ: مَنْ لَبِسَ نَعْلاً أَصْفَرَ قَلَّ هَمُّهُ

Dari sahabat Ali Kw., sesungguhnya ia senang memakai sandal-sandal berwarna kuning, sehingga berkata, “Barangsiapa yang memakai sandal berwarna kuning maka pertanda sedikit kesusahannya.” (Majma’ al-Bayan juz 1 hlm. 302 karya ath-Thabrasi dan al-Kasysyāf juz 1 hlm. 178 karya az-Zamakhsyari).

Imam Ibnu ‘Āsyūr dalam kitab at-Tahrir wa at-Tanwir juz 1 hlm. 535 ketika menafsiri QS. al-Baqarah ayat 69, mengatakan:

وَلَيْسَ لَوْنُ اْلبَقَرَةِ اْلأَصْفَرِ لإِدْخَالِ اْلبَهْجَةِ وَالسُّرُوْرِعَلىَ النَّاظِرِ فَحَسْبُ، بَلْ هُوَدَلِيْلٌ عَلىَ صِحَّةِ اْلبَقَرَةِ وَسَلاَمَتِهِ مِنَ اْلعُيُوْبِ، فَقَدْ قَرَّرَتْ أُصُوْلُ عِلْمِ الطِّبِّ اْلبَيْطَرِيِّ أَنَّ خَيْرَ اْلأَبْقَارِ وَأَفْضَلَهَا هُوَمَاكَانَ لَوْنُهَا شَدِيْدَ الصُّفْرَةِ فِي صَفَاءٍ (فَاقِعٍ) وَأَنَّهُ عَلىَ قَدْرِ صَفَاءِ اللَّوْنِ، وَسَلاَمَةُ اْلأَسْنَانِ تَكُوْنُ صِحَّةَ اْلبَقَرَةِ.

“Sapi betina yang berwarna kuning itu bukan saja menunjukkan kebagusan, kesenangan bagi orang yang memandangnya, tetapi juga sebagai indikasi sapi yang sehat dan selamat dari cacat. Hal ini telah ditetapkan dalam pedoman-pedoman ilmu kedokteran hewan, bahwa sapi-sapi yang baik dan unggul itu warnanya kuning tua, dan itu didasarkan ketuaan warnanya; begitupula apabila sehat giginya menunjukkan sapi betina itu sehat.”

Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani bersyair dalam kitabnya, Jawahir al-Bihar:

على رأس هذا الكون نعل محمد *** علت فجميع الخلق تحت ظلاله
“Alas kaki Nabi Muhammad Saw. berada di atas kepala alam semesta. Dan seluruh makhluk berada di bawah bayang-bayangnya.”

لدى الطور موسى نودي اخلع وأحمد *** على القرب لم يؤمر بخلع نعاله
“Ketika di bukit Tursina, Nabi Musa As. diperintah agar melepaskan (sandalnya), tetapi Nabi Muhammad Saw. biarpun berada pada jarak yang lebih dekat tidak diminta (oleh Allah Swt.) menanggalkan sandalnya.”

مثال حكى نعلاً لأشرف مرسل *** تمنت مقام الترب منه الفراقد
“Gambar Sandal Rasulullah Saw. yang termulia itu membuat bintang-gemintang berangan-angan ingin menjadi tanah agar dipijak olehnya.”

ضرائرها السبع السموات كلها *** غيارى وتيجان الملوك حواسد
“Para madunya; tujuh lapis langit, semua menjadi cemburu. Dan semua mahkota raja merasa hasud padanya.”

مثال لنعل المصطفى ما له مثل *** لروحي به راح لعيني به كحل
“Gambar Sandal al-Musthafa Saw. itu tiada bandingannya. Ia adalah tempat berteduh bagi ruhku dan celak (obat) bagi mataku.”

فأكرم به تمثال نعل كريمة *** لها كل رأس ود لو أنه رجل
“Sungguh mulia Gambar Sandal Nabi yang agung ini! Karenanya semua kepala berharap alangkah baiknya jikalau dapat menjadi kaki (Nabi Saw.).”

ولما رأيت الدهر قد حارب الورى *** جعلت لنفسي نعل سيده حصناً
“Saat aku melihat ad-Dahr (Allah Swt.) mulai memerangi manusia (sebab maksiat mereka), maka akan kujadikan Sandal Nabi Saw. sebagai perisai.”

تحصنت منه في بديع مثالها *** بسور منيع نلت في ظله الأمنا
“Aku berlindung darinya (murka Allah) dengan keagungan Gambar Sandal Nabi Saw., sebagai benteng yang kokoh dimana aku merasa aman di bawah perlindungannya.”

إني خدمت مثال نعل المصطفى *** لأعيش في الدارين تحت ظلالها
“Aku berkhidmat pada Gambar Sandal al-Mustafa Saw., agar hidupku di dunia dan akhirat berada di bawah bayang-bayangnya.”

سعد ابن مسعود بخدمة نعله *** وأنا السعيد بخدمتي لمثالها
“Sungguh beruntung Ibn Mas’ud Ra. karena khidmatnya pada Sandal Nabi Saw. Sedangkan aku, beruntung-bahagia karena khidmatku pada lambing/gambarnya.”

وما حب النعال شغف قلبي *** ولكن حب من لبس النعالا
“Sebenarnya bukanlah pada Lambang Sandal itu hatiku merindu, melainkan pada sosok (Saw.) yang memakainya.”

ونعـل خضعنا هيبـة لوقارهـا *** فإنا متى نخضع لهيبتها نعلـو
“Kita merendahkan diri sebab cinta, untuk memuliakan Sandal ini. Dan jika kita merendahkan diri di hadapannya, kita akan diangkat dan dimuliakan.”

فضعها على أعلى المفارق إنهـا *** حقيقتهـا تاج وصورتها نعـل
“Maka letakkanlah ia di rak-rak teratas. Karena hakikatnya ia adalah mahkota meski secara lahirnya ia hanyalah gambar/lambang/replika/tiruan Sandal Nabi Saw.”

Faidah Gambar Sandal Nabi Saw.

 Al-Allamah asy-Syaikh al-Imam al-Muqarri dalam kitab Fath al-Muta’al fi Math an-Ni’al dan juga Imam al-Qasthallani dalam al-Mawahib al-Laduniyyah (juz 2 hlm. 174) menjelaskan beberapa faidah “Mitsal an-Na’l asy-Syarif” (Replika/Gambar/Lambang Sandal-Terompah Nabi Saw.) sebagai berikut:

1.      Barangsiapa yang menyimpan Gambar Sandal Nabi Saw. di dalam rumah/tempatnya dengan niat tabarruk (mendapatkan berkah), maka tempat itu diliputi keselamatan dari orang yang bermaksud buruk (jahat), pencuri, perampok, orang yang hasud, setan yang menyesatkan serta selamat dari penyakit ‘ain dan sihir (santet-tenung).
2.      Ketika ada perempuan yang kesulitan dalam melahirkan bayi (proses bersalin) jika perempuan tersebut menggenggam Gambar Sandal Nabi Saw. di tangan kanannya maka akan diberi kemudahan dalam proses persalinannya bi-idznillah.
3.      Barangsiapa yang mengistiqamahkan membawa Gambar Sandal Nabi Saw. yang dilipat dan digunakan sebagai ‘azimat atau diletakkan di kopyah/songkok atau sabuk maka apa yang menjadi tujuannya akan tercapai.
4.      Bisa ziarah ke makam Rasulullah Saw. dan mimpi bertemu Rasulullah Saw.
5.      Jika digunakan untuk berperang di jalan Allah maka akan diberikan kemenangan dan juga tidak sampai melarikan diri (dari peperangan).
6.      Jika digunakan untuk berdagang maka akan selamat dari perampok.
7.      Jika diletakkan pada barang dagangan maka akan aman dari pencurian dan perampokan.
8.      Jika diletakkan di dalam rumah maka akan selamat dari kebakaran.
9.      Jika dibawa di dalam kapal/perahu maka akan diberikan keselamatan dari karam/tenggelam.
10.  Jika dibawa orang yang sedang sakit maka akan segera diberi kesembuhan.
11.  Jika hatinya kalut/galau maka akan segera bahagia.
12.  Jika punya hajat dan mau bertawassul kepada Rasulullah Saw. maka orang tersebut akan segera tercapai hajatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar