Baca Burdah Salah, Hanya Tersenyum
Keteladanan Kyai Hamid
========================
Kyai Hamid, siapapun akan mengaku adalah orang yang paling dekat dengan beliau. Sepertihalnya yang di lakukan para sahabat kepada Nabi Muhammad SAW, mereka semua saling beranggapan bahwa dirinyalah yang paling dekat dengan Rasullullah. Begitu juga dengan kyai Hamid yang berbuat baik kepada siapapun, dan di manapun. Beliau ittiba’ (mengikuti) akhlak Nabi Muhammad SAW, tidak pernah duko (marah) kepada siapapun, kecuali jika lersoalan yang berhubungan dengan Syari’at. Itu pun marah-nya tidak sampai menyinggung perasaan seseorang yang di marahi. Sebagimana cerita berikut.
Kisah ini bermula pada saat burdahan di mushollah pondok. Ada seorang tamu yang datang dari luar kota. Waktu itu bertepatan dengan hari Ahad. Biasanya kalau Ahad pagi kyai Hamid memimpin pengajian yang ada di mushollah pondok, dan malamnya, ketika burdahan, yang memimpin juga beliau, biasanya para tamunya juga mengikuti kegiatan yang ada di mushollah, sekaligus mereka berniat untuk tabarrukan (mengais barakah).
Ketika pembacaan burdah dimulai, setelah membaca Surat Al-Fatihah, kyai menunjuk tamu tadi untuk mengawali bacaan burdah, yang mana tamu tersebut berada tepat di samping kyai Hamid.
“maulaa yasholliwashollimda i’man a’bada – a’la habibika khoilil khol likul lihimi” tamu tadi membaca burdah dengan lantang, fashih, tapi ada yang salah. Yang huruf sin di baca shod, yang hamzah di baca a’in, dan yang ro’ di baca lam, mungkin hal itu karena si tamu terlihat begitu gugup. Meskipun demikian, kyai Hamid tidak marah, beliau hanya tersenyum mendengar bacaan Burdah sang tamu yang di tunjuknya. Para santri hanya menahan tawanya, karena tamu tersebut membaca “kefasihen” (terlalu fasih hingga salah). Mereka tidak sampai tertawa lepas, karena di sana yang memimpin kyai Hamid sendiri.
Setelah Burdahan dan jama’ah sholat Isya’selesai, kyai miyos (kembali/lewat) dari mushollah ke Kantoran (kediaman beliau), sedangkan tamu yang membaca burdah dengan sangat fashih tadi di timbali (panggil) kyai. “wonten nopo yai ?”(ada apa yai?) tanya si tamu dengan bahasa Jawa Kromo. “panjenengan wau moco burdahe salah, seng alif di woco ain seng sin di woco shod, lan seng ro’ di woco lam. Mene-mene di beneri nggeh” Ucap kyai Hamid, juga dengan bahasa jawa Kromo. “nggeh yai . . .” si tamu manggut-manggut. Setelah kejadian itu, ketika kembali ke rumah, dia tidak pernah salah lagi dalam membaca burdah. (Hadi)
[Sumber: Ust. Ibrahim]
sumber:http://salafiyah.org/beranda/51-kyai-hamid/365-baca-burdah-salah-hanya-tersenyum.html
Nabi SAW:مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي كِتَابٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تَسْنَغْفِرُ لَهُ مَا دَامَ اسْمِي فِي ذَلِكَ الْكِتَابِ (Barang siapa menulis sholawat kpdku dlm sebtah buku, maka para malaikat selalu memohonkan ampun kpd Alloh pd org itu selama namaku masih tertulis dlm buku itu). اَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلّٰهِ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar