ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Selasa, 02 Agustus 2011

Loh Kok Hilang Fotonya? (Keteladanan Kyai Hamid)

Loh Kok Hilang Fotonya?
Keteladanan Kyai Hamid
=======================
Pagi itu, terlihat suasana pondok sangat ramai. Tepatnya di lapangan sepak bola. “he… sini bolanya!”. Teriak para santri yang saling meminta umpan dari rekan setimnya. Dan, sang pelatih begitu serius memperhatikan anak-anak didiknya. Pagi itu, memang tim sepak bola dari salah satu pondok di Termas yang bernama “Rodali” sedang berlatih. Di pondok yang didirikan oleh Kyai Ahmad Manan tersebut, Latihan mereka memang tidak dilakukan setia hari di waktu sore, seperti halnya yang lakukan oleh tim-tim sepak bola pada umumnya. mereka melakukannya hanya seminggu sekali, tepatnya di hari Jumat pagi. Pagi-pagi sekali, mereka berangkat menuju lapangan setelah mereka menjalani kewajiban masing-masing. Memang hari jum’at adalah hari yang di tunggu-tunggu para santri, Terutama para santri yang sangat Gibol (gila bola).

Di sela-sela para pemain tersebut, terlihat seorang kipper yang tubuhnya kurus dan kepalanya dicukur gundul. Ia serius mengawasi musuh-musuh yang lari kearahnya. Dialah sosok kyai Hamid. Memang, waktu di pondok, beliau juga bergabung dengan tim sepak bola yang sangat populer di pondoknya. Yaitu tim sepak bola yang bernama Rodali atau kepanjangannya Rodahe para wali.

Dari kesekian pemain dari Rodali, beliau adalah satu-satunya pemain yang paling kurus dan juga bercukur gundul, karena ketika berada di pondok, beliau memang terkenal suka berpuasa. Di samping itu, beliau juga tidak suka memelihara rambutnya hingga panjang. Beliau lebih suka cukur gundul.

Disaat bermain, ketika beliau sedang serius mengamati rekan-rekannya yang berada di depan. Tiba-tiba ada salah satu temannya si fulan (tidak disebutkan namanya) yang iseng mengambil gambar beliau.
Singkat cerita, setelah lulus dari pondok, beliau pulang ke lasem. Dan beberapa tahun kemudian, beliau hijrah ke Pasuruan. Karena menikah dengan saudari sepupu beliau yang ada Pasuruan, akhirnya menetap di sana. Belum lama beliau berada di Pasuruan, beliau sudah sangat terkenal di kalangan masyarakat. Itu tak lain karena perilaku beliau kepada masyarakat yang begitu berakhlaq.

Di lain tempat terlihat, si fulan yang dulu pernah memotret kyai Hamid, tampak asyik melihat satu-persatu gambar-gambar yang ada di album kesangannya. Yang berisi foto-foto hasil jepretan tangannya. Ketika sampai di akhir halaman dari album itu, dia melihat sepotong foto yang mana disana terlihat seorang yang berpenampilan layaknya kiper, tubuhnya kurus dan kepalanya dicukur gundul.“iki koyok Hamid? 0oo…iyo iki Hamid, lucu yo, kuru, botak” (ini seperti Hamid (kyai Hamid)? Ooo…. Iya iya ini Hamid, lucu ya, kurus, botak) ucapnya setelah agak lama mengingat siapa yang berada di foto itu. Setelah agak lama mengangan-angan kejadian kenapa sampai ada foto tersebut, dia punya keinginan untuk mengunjungi Kyai Hamid di Pasuruan. “Hamid tak nyangi kah. Tak dudokno fotone de’e seng disek onok ndek pondok. Ambek silaturrahmi nang konco sak pondok ku biyen (Hamid saya datangi ahhh… aku tunjukkan fotonya dia dulu saat masih berada di pondok. Sambil bersilaturrahmi ke teman se pondok ku dulu ).”, unek-unek dia dalam hatinya.

Dan besoknya, akhirnya dia berangkat ke pasuruan dengan niatan bersilaturrahmi ke teman lama dan menunjukkan foto teman yang berpenampilan yang juga tergolong lucu. Dengan menumpang bus jurusan malang-solo dia berangkat menuju pasuruan. Setelah sampai di tengah perjalanan dia di tarik oleh sang kernet, setelah membayar ongkos bus, dia memeriksa foto yang tadi dia taruh di saku celananya. “loh kok ilang yo…??? nang endi fotone yo?. Maeng koyok wes tak lebokno nang kesak, (loh kok hilang ya…???, Mana fotonya ya…???, Tadi sepertinya sudah aku masukkan kesaku).” Pikir dia.

Setelah sampai di Pasuruan, dia mengurungkan niatnya untuk menujukkan foto temannya tersebut. Dia hanya bersilaturrahmi ke kediaman kyai Hamid. Setelah menginap dua hari di pasuruan, dia pamitan ke Kyai Hamid untuk pulang. “kesusu ae kowe?. Nggak mene-mene ta molen., Ojo lali lo… kapan-kapan dolen merene maneh, nggak usah sungkan-sungkan, (keburu amat men, tidak besok-besok aja pulangnya?. Jangan lupa kapan-kapan main kesini lagi, jangan sungkan-sungkan.”, Sapa kyai Hamid kepada teman sepondok beliau. “asline aku kepingin mole mene-mene, aku kerasan ndek kene. Tapi sak aken anak bojoku ndak ono seng nuggoni, (sebenarnya aku juga ingin pulang besok-besok aja, aku sangat betah di sini. Tapi sak aken anak bojoku tidak ada yang menemani)”,jelas orang si fulan. Setelah selesai makan hidangan dari kyai Hamid, si fulan tadi pulang. Juga dengan menumpang bus jurusan Malang-solo.
Sesampainya di bus, ketika akan membayar ongkos, si fulan tadi melihat ada sebuah kertas yang ada disela-sela uangnya. Setelah di lihat, eh, ternyata foto Kyai Hamid saat masih menjadi kiper di pondok. Loh kok bisa gitu?!. (Hadi)


Sumber : Wali santri Salafiyah
sumber:http://salafiyah.org/beranda/51-kyai-hamid/372-loh-kok-hilang-fotonya.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar