ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Rabu, 03 Agustus 2011

“Dan Dia menjadikan dua laut, yang satu asin dan pahit rasanya, dan yang lain tawar manis rasanya. Dan dijadikan-Nya dinding pemisah antara keduanya (Al-Furqan : 53 )

Air Tawar dan Air Asin, Bertemu Tapi Tidak Bersenyawa
======================================================
Sebagai referensi hidup manusia alqur’an adalah kita suci yang memunyai kekuatan yang luar biasa sepanjang sejarah. Kekuatan itu terkadang muncul dengan sendirinya karena aspek estetis al qur’an atau dimunculkan oleh manusia melalui kajian-kajian tafsir, sains dan teknologi. Al qur’an telah menerangkan beberapa teori ilmiah secera mendetail seperti tentang farmasi, biologi, astronomi, geografi dan teori-teori ilmiyah lainnya yang belum dikenal manusia pada masa di turunkannya, bahkan ilmu pengetahuan modern pun belum dapat membeberkan seluruh misteri sains yang diisyaratkan Al qur’an, Allahu akbar.

Dalam kesempatan kali ini kami mengajak kepada pembaca untuk menguak satu dari sekian rahasia Al qur’an yang telah dibuktikan kebenarannya oleh para pakar sains dan teknologi sampai abad ini.

Bertemu Tapi Terpisah

Saat menyebutkan air tawar, orang biasanya merujuk ke air dari danau, sungai, salju, atau es. Air macam ini memang tak mengandung banyak garam di dalamnya sehingga dapat dan aman untuk dijadikan minuman bagi manusia. Tentulah beda saat kita merasakan air laut atau samudra, maka yang kita rasakan adalah asin. Sehingga jika ingin mengosmumsinya harus melalui proses penyulingan untuk mengurangi atau menghilangkan kadar garam yang berlebihan.

Hukum science mengatakan bahwa ketika ada dua zat cair yang berbeda kadar konsentrasi dan viskositas (kekentalan) nya dicampur dan saling bertemu maka akan terjadi peristiwa difusi, yaitu saling melarutkan. Tapi di Al Qur’an ada informasi bahwa ada laut yang satu asin yang satu tawar bertemu tapi tidak bercampur, tidak saling melarutkan, seolah ada barier pembatasnya:

Timbul sebuah pertanyaan, mengapa ada dua rasa air di bumi ini, padahal sama-sama turun dari langit? Secara kasat mata dua air ini memang bersatu namun terpisah jika diteliti.

Jika anda seorang penyelam, maka cobalah untuk mengunjungi Cenote Angelita, Mexico. Disana ada sebuah gua. Jika anda menyelam sampai kedalaman 30 meter, airnya air segar (tawar), namun jika anda menyelam sampai kedalaman lebih dari 60 meter, airnya menjadi air asin, lalu anda dapat melihat sebuah “sungai” di dasarnya, lengkap dengan pohon dan daun daunan.

Seorang wanita ahli tekhnik bernama Dr. Amal Al-Iraqi, yang menjabat direktur perusahaan penyulingan air Nafia Water Arab Saudi melakukan penelitian bersama para ahli Perancis untuk mengambil air dari sumber mata air tawar di dasar laut. Dan ternyata di sepanjang dasar Laut Merah yang asin terdapat beribu-ribu titik sumber mata air tawar. Sumber-sumber air tawar ini mengeluarkan air terus-menerus dan tidak tercampur dengan air laut di sekitarnya yang asin, seolah-olah ada dinding selubung yang membatasinya.

Berita terkini disampaikan dalam sebuah acara TV Discovery. Seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis, Mr.Jacques Yves Costeau juga membuktikan bahwa dua air ini tidak bisa bersatu. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke perbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat film dokumentar tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia. Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya. Fenomena ganjil itu memeningkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari tahu penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan.

Al Qur’an Menjawab

Jauh sebelum Costeau,maupun Dr. Amal Al-Iraqi, ternyata Al Qur’an, sudah membuktikan bahwa di Selat Gibraltar, pertemuan antara laut tengah (mediterrania) dan Samudera Atlantik ada suatu area yang air nya asin tidak bercampur dengan yang airnya tawar, seolah-olah ada barrier imaginer yang membatasi.

Semua tepat seperti yang dilansir dalam Al-Alquran. Melalui wahyuNya dalam surat Ar Rahman ayat 19-20. Allah berfirman:
مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ *بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَانِ*

Ayat-ayat ini menerangkan bahwa Allah mengalirkan air yang asin dari air yang tawar berdekatan yang kemudian berkumpul menjadi satu, masing-masing tidak mempengaruhi yang lain, yang asin tidak mempengaruhi yang tawar sehingga yang tawar menjadi asin dan yang tawar tidak mempengaruhi yang asin sehingga menjadi tawar. Allah telah membatasi di antara keduanya dengan batas yang telah diciptakan Nya dengan kekuasaan Nya atau dibatasinya dengan batas yang berupa tanah. Hal itu dapat dilihat seperti sungai-sungai yang mengalir dari gunung-gunung yang akhirnya masuk ke dalam laut dan tetap asin dan air sungainya tetap tawar.

Ayat ini diidentikkan dengan terusan Suez dan terusan Panama yang dibatasi oleh tanah. maka setelah digali untuk kepentingan lalu lintas kapal-kapal, kedua laut itu bertemu, bertautan yang satu dengan yang lain.

Dalam ayat yang lain juga disebutkan: “Dan Dia menjadikan dua laut, yang satu asin dan pahit rasanya, dan yang lain tawar manis rasanya. Dan dijadikan-Nya dinding pemisah antara keduanya (Al-Furqan : 53 )

Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diartikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air asin dari laut.

Ayat-ayat tersebut perlu kita sampaikan kepada “mereka” yang ingkar dengan kemukjizatan Al Qur’an yang wahyukan kepada nabi Muhammad Saw. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera. Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada abad 20. Ini merupakan bukti autentik bahwa AlQur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Wallahu a’lam.

sumber:http://langitan.net/?p=1296
================================

Penemu Sungai Dalam Laut Itu Pun Masuk Islam
12 Mar

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53)

Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton acara TV `Discovery Chanel’ pasti kenal Mr. Jacques Yves Costeau, ia seorang ahli Oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke berbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat film dokumenter tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton oleh seluruh dunia.

Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba Captain Jacques Yves Costeau menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.

Fenomena ganjil itu membuat bingung Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari tahu penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berpikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.

Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez. Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laayabghiyaan…” Artinya: “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.

Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diartikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air asin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” Artinya “Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak ditemukan mutiara.

Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera.

Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahwa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan seketika dia pun memeluk Islam.

Subhanallah… Mr. Costeau mendapat hidayah melalui fenomena teknologi kelautan. Maha Benar Allah yang Maha Agung. Shadaqallahu Al `Azhim. Rasulullah s.a.w. bersabda:

“Sesungguhnya hati manusia akan berkarat sebagaimana besi yang dikaratkan oleh air.” Bila seorang bertanya, “Apakah caranya untuk menjadikan hati-hati ini bersih kembali?” Rasulullah s.a.w. bersabda, “Selalulah ingat mati dan membaca Al Quran.”

1 komentar: