====================================================
Fasilitas ekslusif kpd mereka yg berusaha menaiki tangga menuju Tuhan (Dzolim Linafsih, Muqtashid dan Sabiq bilkhoirot)
========================================
Alhamdulillah syukur kita kepada Allah karena telah menciptakan tangga yang bisa dipakai untuk menuju kepada-Nya. Tangga itu kini tengah dinaiki step-by-step. Menurut pandangan para pengikut tasawuf, tidaklah salah memilih tasawuf sebagai salah satu tangga yang Insya Allah dapat sampai kepada tujuan. Para guru/syekh sering memberikan nasehat agar tetap berdisiplin dalam menjalani dan menaiki tangga ini.
Selain itu Allah swt akan memberikan fasilitas ekslusif kepada mereka yang berusaha menaiki tangga menuju Tuhan. Ada tiga fasilitas yang akan diberikan sesuai dengan golongan orang-orang yang mendekati-Nya. Untuk lebih jelasnya siapa ketiga golongan yang berusaha mendekat sang Khalik itu dan apa fasilitas ekslusif Allah kepada mereka.
Ketiga golongan yang dimaksud Allah adalah terdapat dalam Surat Fathir: 32. Allah berfirman: (maaf ayatnyaditulis ya, soalnya ini pemicu postingan)
فمنهم ظالم لنفسه ومنهم مقتصد ومنهم سابق بالخيرات بإذن الله ذلك هو الفضل الكبير
…. lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.
Tafsiran 3 Golongan.
Ada tiga macam golongan yang dikategorikan dalam ayat di atas: Dholim Linafsih, Muqtashid dan Sabiq lilkhoirot. Adapun pengertian masing-masing menurut para mufassirin berbeda pendapat. Perbedaan pendapat itu bisa dilihat salah satunya dalam tafsir Al Qurthubi. Beliau banyak sekali mengutip pendapat penafsir untuk ketiga golongan. Di bawah ini dikutip beberapa saja diantaranya adalah:
Menurut Sahal bin Abdullah: Sabiq adalah orang alim; Muqtasid adalah muallim (guru) dan Dholim untuk orang yang bodoh. Ada pula yang mengartikan bahwa dholim adalah mereka yang tidak sabar bila terkena musibah; muqtashid mereka yang sabar dan bagi sabiq justeru mereka yang menikmati bala (cobaan) dari Allah swt.
Ada pula yang mengartikan dholim orang yang meminta kekayaan berupa harta; muqtashid mereka yang meminta kekayaan .agamanya dan sabiq mereka yang memohon kekayaan Tuhannya. Adapula yang menerjemahkan dengan pengamalan al Qur’an: bagi orang dholim mereka yang membaca al-Qur’an tapi tidak mengamalkannya; Muqtashid mereka yang membaca sekaligus mengamalkannya dan bagi Sabiq, mereka yang membaca dan sekaligus mengamalkan serta mengetahui betul isi kandungannya.
Tiga Macam Gaya Penikmat Dzikir
the power of dzikir.. berapa ya harga bukuya.. Adapun menurut penafsiran orang sufi seperti Dzunun al Misri menghartikan Dholimu linafsih adalah mereka yang berdzikir dengan lisan; Muqtashid mereka yang berdzikir dengan hati dan Sabiq mereka yang berdzikir tanpa lupa dengan Allah. Seperti tersebut dalam Kitab Nuzhatul Majaalis Imam Ahmad bin Athaillah Assakandari mengartikan tiga golongan tersebut sebagai berikut:
Pertama, ظالم لنفسه (penganiaya diri) adalah mereka yang berdzikir dengn lisan tapi hatinya lupa dengan Allah; hanya dzikir lisan tok, hatinya mengembara kemana-mana. Berdzikir namun masih lupa dengan Allah, inilah yang dimaksud ayat disebut mendzolimi diri sendiri.
Kedua, مقتصد (pertengahan) yaitu berdzikir dengan lisan, tetapi hatinya betul-betul ingat kepada Allah dan faham apa yang diucapkan oleh lisan. Spertinya yang dimaksud adalah antara mulut dan hati nyambung.
Ketiga سـابق بالخيرات adalah penikmat dzikir tingkat elit; yaitu dzikirnya orang-orang yang tidak pernah lepas dengan Allahu-Allah dimanapun berada, dalam kondisi senang maupun susah. Dalam berdzikir bukan saja dengan lisan namun seluruh tubuhnya berdzikir kepada Allah. Meskipun dalam keadaan kaget, misalnya melihat piring pecah ‘praang!’ hatinya bahkan berkata: ‘ooh… mungkin Allah tengah bekehendak piring itu pecah’ Hatinya sama sekali tidak mau bergeming terus melafalkan Allaahu-Allah. Singkatnya, jenis dzikir seperti ini memberi manfaat penikmatnya. Dalam hitungan detik mereka tidak pernah melewati waktu kosong dari dzikir kepadaNya.
Ilustrasi, penghargaan buat penikmat dzikirFasilitas Ekslusif
Masih menurut Imam Ibnu Athaillah Assaakandarry menjelaskan bahwa ketiga penikmat dzikir tersebut masing-masing memperoleh fasilitas ekslusif dari Allah swt sesuai dengan gayanya.
1. Nurul Hidayah
Nurul Hidayah (hidayah/petunjuk) adalah fasilitas untuk gaya berdzikir tingkat awal (dholimu linafsih), penikmat dzikir lisan namun hatinya tidak berdzikir. Mereka akan dianugerhi Nurul Hidayah yaitu semacam penunjuk jalan kebenaran bagi orang tersebut. Jika sudah memperoleh Nurul Hidayah, menurut Ibnu Athaillah, Allah akan memberikan keistimewaan terbebas dari segala macam bentuk syirik.
S Rupanya penjelasan dari pengarang kitab Al Hikam ini memandang dzikir sebagai sesuatu yang manfaatnya besar sekali. Bahkan hanya dimulut saja, tanpa dihati, si penikmat akan diberi petunjuk.
2. Nurul Kifayah
Fasilitas ini untuk penikmat dzikir gaya kedua yaitu orang-orang muqtasid (pertengahan). Mereka adalah Penikmat Dzikir dengan Lisan dan Hati. Setiap orang yang berdzikir dengan gaya ini, menurt Ibnu Athaillah akan diberikan fasilitas dari Allah berupa Nur Kifayah. Nur ini langsung diberikan Allah sehingga orang yang memilikinya mendapatkan kemam-puan secara lahir dan batin untuk tidak mengerjakan dosa-dosa besar dan tindakan yang dhalim lainnya.
Keistimewaan ini didapat hanya dengan melakukan dzikir di lisan dan hatinya hadir kepada Allah. Suatu pekerjaan yang kelihatannya mudah namun tidak semua orang mampu mengerjakan dzikir ini. Karena itu golongan orang-orang seperti ini jarang sekali. Al Qur’an sering menyebutkan ungkapan : kebanyakan manusia masih suka lupa
3. Nurul Inayah
Adalah fasilitas petunjuk (inayah) karena rajin berdzikir. Berdasarkan pengalaman para penikmat dzikir yang saya temui, katanya, fasilitas inayah ini manakala seseorang yang mampu berdzikir tanpa henti maka setiap orang yang mengerjakan dzikir di hati dan tidak bergeming sedikitpun terhadap keadaan sekelilingnya yang menggoda. Dia benar-benar konsentrasi tanpa henti kepada Allah. Meskipun gangguan fisik dan perasaan menghantui terus-menerus. Bahkan gangguan pisik sekalipun tidak bergeming. Contoh cobaan fisik berat namun tetap kuat pernah dialami oleh Nabi Ayub as.
Ulat yang menggerogoti badannya tidak menyurutkan diri untuk terus memuji Allah. Beliau begitu ikhlas dan ridha terhadap penderitaan phisiknya. Pada zaman sekarang masih ada orang yang memiliki kedalaman hati sanubari tidak henti-hentinya mengungkapkan dzikir (menyebut nama Tuhan) misalnya Allahu-Allah. Maka dengan kehebatan tingkatan dzikir ketiga ini, menurut Ibnu Athaillah, Allah anugerahi Nurul Inayah.
Suatu kemampuan yang diberikan Allah terhadap mereka sehingga orang ini terjaga baik perbuatan, perkataan, bahkan lintasan dan bisikan hati yang mengajak kepada kealpaan dan hal-hal yang merusak.
Pada tingkatan dzikir pertama telah dilalui oleh Nabi Adam as, Nabi Nuh as, Nabi Yunus as dan para sahabat; mereka mengakui dirinya mendzolimi sendiri. Lihatlah misalnya ketika Nabi adam as dikeluarkan dari Syurga berdoa dengan ungkapan:
ربنا يا ربنا ظلمنا أنفسانا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين
Dari ayat quran yang merekam kata-kata Nabi Yunus as itu, terlihat penyesalan dengan ungkapan: dzalamna..
Dimana Posisi kita
Dari uraiaan di atas dimana posisi kita sudah dapat diketahui. Di dalam posisi bagaimanakah kita dalam berdzikir. Apakah berdzikir dengan model pertama. Dimana lisan berdzikir tapi hati lupa… biasanya dzikir jenis ini dikarenakan banyak masalah pribadi sehingga tidak bisa konsentrassi.
Namun meski demikian, tidak perlu hawatir sebab bahaya orang yang tidak berdzikir lebih besar daripada berdzikir namun lupa dengan Allah. Karena itu, biasanya para penikmat dzikir berpesan teruslah berusaha berdzikir karena Insya Aallah nur hidayah akan beserta orang tersebut. Nur Hidayah ini akan diturunkan Allah kepada siapa yang dikehendaki. Nur ini sangat penting sebagai cahaya dan pelita kehidupan dan merupakan penerang dalam rangka menaiki tangga menuju Allah. Firman Allah:
ومن لم يجعل الله له نورا فما له من نور
“Barangsiapa yang tidak diberi nur oleh Allah maka ia tidak mempunyai nur.”
Kalau tidak memiliki nur Hidayah maka kemungkinan kesesatan yang akan didapatkannya. Sebagaimana Firman Allah:
يضل من يشـاء ويهدى من يشاء
Allah menyesaatkan siapa yang dikehendaki, dan memberi hidayah/petunjuk kepada siapa yang dikeehendaki
Allah memilih sendiri dengan ilmu dan kebijaksanannya, manusia tidak berhak bertanya mengapakah atau bagaimanakah? Terhadap kebijaksanaan Allah Karena adanya Nur yang Allah berikan kepada hambanya yang berdzikir adalah berseemayam di dalam hati. Sebab hati, maka karena itu berkata Ibnu Athaillah bahwa tempat terbitnya berbagai nur cahaya Ilaahi itu dalam hati manusia. Nur atau cahaya atau petunjuk adalah sangat penting namun semua itu tergantung kepada Allah, dan manusia hanya berharap. Itulah sisi lain pencinta Tuhan. Wallahu a’lam.
sumber : http://santribuntet.wordpress.com/2007/12/13/sisi-lain-para-pencinta-tuhan/
sumber:http://www.facebook.com/note.php?note_id=330753586024
Nabi SAW:مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي كِتَابٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تَسْنَغْفِرُ لَهُ مَا دَامَ اسْمِي فِي ذَلِكَ الْكِتَابِ (Barang siapa menulis sholawat kpdku dlm sebtah buku, maka para malaikat selalu memohonkan ampun kpd Alloh pd org itu selama namaku masih tertulis dlm buku itu). اَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلّٰهِ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar