ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Selasa, 02 Agustus 2011

Guru Gus Nukman Datang, Kiai Hamid Mundur (Keteladanan Kyai Hamid)

Guru Gus Nukman Datang, Kiai Hamid Mundur
Keteladanan Kyai Hamid
====================

Sosok kyai Hamid banyak dikenal di penjuru kota di Jawa Timur dan juga di luar Jawa Timur. Hal itu dikarenakan beberapa sifat yang beliau miliki. Di antara sifat-sifat beliau yang sangat menonjol adalah "Tawaddu' “. Maka jelas, apabila banyak masyarakat yang datang ke kediaman beliau untuk sekedar mencari barakah. Barakah yang mengucur dari beliau rasanya tiada henti, walaupun beliau sudah wafat. Itu terbukti dari banyaknya peziarah yang memenuhi komplek makam beliau, apalagi jika bertepatan dengan malam Jumat legi. Makam beliau juga dipadati peziarah, jama'ah/ziarah Wali songo dari luar kota, maupun dari warga Pasuruan sendiri. Mereka berlomba-lomba mengais barakah di situ.

Ibarat kita memasak sayur, maka kurang sedap rasanya apabila tidak dicampuri garam. Begitu juga kalau kita sedang membahas sosok kyai Hamid, rasanya kurang lengkap apabila tidak berpetualang dari segores cerita tentang ketawaddu'an beliau.

Seperti halnya ketika beliau dimondokkan oleh ayahnya ke pesantren. Beliau juga memondokkan anak bungsunya yang bernama Nu'man. Beliau ingin mencarikan anaknya barakah dari pondok dan juga kiainya. Beliau tidak ingin anaknya hanya mencari ilmu saja tanpa mencari barakah. Maka beliau memondokkan anaknya ke salah satu pondok di Malang yang mana pondok tersebut di asuh oleh seorang Habib yang bernama Muhammad al-Faqih. Setelah memasrahkan si Nu'man kepada sang pengasuh, beliau langsung berpamitan pulang.

Namanya juga anak masih remaja, pasti ada tingkah laku yang agak nakal. Begitu juga dengan Nu'man, tingkah lakunya agak nakal ketika di pondok. Nampaknya kenakalannya terdengar sampai ke telinga sang pengasuh. Lalu Nu'man dipanggil oleh sang pengasuh. Dia diberi pengarahan dan nasihat-nasihat agar dia tidak nakal lagi dan tidak sampai di ta'zir (dihukum) oleh sang pengasuh. Tapi tingkah lakunya tetap saja yang seperti dulu. Satu dua kali dia dipanggil sang pengasuh, tapi tetap saja perilakunya tidak berubah. Lalu untuk yang ketiga kalinya dia dihukum langsung oleh sang pengasuh. Beliau dipukul berkali-kali dengan penjalin (bambu kuning yang masih muda), Nu'man yang dipukul berkali-kali tersungkur kesakitan.

Di Pasuruan, kyai Hamid tidak tahu perilaku si buah hati, dan apa yang telah dialami Nu'man. Tapi lain dengan ayah sang pengasuh, beliau (ayah Habib Muhammad) mengetahui perilaku anaknya kepada si Nu'man. Karena beliau sangat mengenal sosok kyai Hamid, maka baliau menegor anaknya lewat mimpi. Karena memang waktu itu ayahanda sang pengasuh sudah wafat. Beliau berkata kepada anaknya "nak koen ndak wero tah ana'e sopo seng koen tandangi iku?, iku putrone kyai Hamid, kyai seng dadi wali abdal, opo koen gak wedi kualat?" (nak, kamu tidak tahu? Anak siapa yang kamu pukuli itu?, itu adalah anak kyai Hamid, kyai yang menjadi wali abdal, apa kamu tidak takut kualat?). Dan selang beberapa hari beliau juga mimpi bertemu dengan kyai hamid. Ceritanya, beliau saat itu melihat kyai Hamid sedang menuju pintu surga, dan sang Habib tersebut berusaha menggapai kyai Hamid tapi tidak bisa. Mimpi itu datang sampai beberapa hari.

Setelah mendapat teguran dari sang ayahanda, dan bermimpi bertemu kyai Hamid, beliau merasa sangat bersalah kepada kyai Hamid. Lalu beliau mendatangi kediaman kyai Hamid untuk meminta maaf atas perilakunya terhadap anak beliau.

Beliau tiba di kediaman kyai Hamid ba'da Shubuh. Pada waktu itu bertepatan hari Ahad, tepat biasa berjalannya pengajian rutin yang langsung dipimpin oleh kyai Hamid. Pada waktu akan memimpin pengajian, kyai Hamid melihat kedatangan tamu seorang habib yang mengasuh pondok anaknya, lalu beliau menemui sang habib dan mempersilakan habib untuk memimpin pengajian rutin tersebut.

Dan kyai Hamid mendengar isi dari ceramah sang habib dari ndalem kantoran (kediaman beliau). Tapi tanpa disangka oleh kyai Hamid, sang habib menceritakan apa yang beliau (habib) perbuat kepada putra kyai Hamid dan apa-apa yang terjadi pada beliau setelah menghukum anak kyai Hamid pada waktu pengajian tadi.

Tanpa terasa air mata kyai Hamid mengalir begitu derasnya, karena mendengar apa yang dituturkan oleh sang habib. Menurut sumber, kyai Hamid tidak pernah menangis sampai parah seperti itu sebelumnya. Kyai Hamid menangis karena beliau malu kalau kelebihan beliau diceritakan di muka umum.

Itulah sedikit cerita dari nilai ketawaddu'an beliau. Semoga kita semua bisa meniruh beliau walau hanya sedikit saja. Dan semoga senantiasa barakah beliau mengaliri kita semua. Amin amin yaa robbal aalamin.(Hadi)


Sumber : Santri dari Habib Taufiq As-Segaf pasuruan
sumber:http://salafiyah.org/beranda/51-kyai-hamid/326-guru-gus-nukman-datang-kiai-hamid-mundur.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar