ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Selasa, 02 Agustus 2011

Satu Talam Sebelas Orang (Keteladanan Kyai Hamid)

Satu Talam Sebelas Orang
Keteladanan Kyai Hamid
========================
Pada zaman dahulu kala, ketika perang “khandak”. Rasululloh Muhammad Saw turun tangan sendiri menggali parit. Bagai mana tidak. Pada masa tersebut orang muslim masih terbilang sangat minim sekali dan keimanan mereka pun masih terbilang lemah.

Ketika Rasululloh Saw sedang menggali parit bersama dengan para sahabatnya, ada salah satu sahabat yang mendengar ada suatu suara aneh seperti suara gesekan pada suatu barang. Setelah didengarkan secara sekasama. Ternyata, suara tersebut berasal pada perut Rasululloh Saw. Akhirnya sahabat tersebut bertanya kepada Rasululloh tentang suara aneh dari perut Rasul tersebut. Rasululloh Saw pun menjawab, bahwasanya beliau belum makan sampai tiga hari. Sehingga beliau harus menahan lapar dengan cara mengikakan tiga batu di perutnya. Mendengar perkataan seperti itu, sahabat tersebut merasa sangat iba. Lalu sahabat tersebut mengundang Rasululloh Saw, untuk datang kerumahnya sendirian. Akhirnya, sahabat tersebut pulang terlebih dahulu guna menyembelih kambing satu-satunya yang ia miliki.

Singkat cerita. Ketika Rasululloh datang, ternyata Rasululloh bersama dengan para sahabat yang lainnya. Wal hasil sahabat yang mengundang Rasul tersebut, tercengang dan merasa bingung. Ini semua dikarenakan masakan yang ada hanya sedikit dan maksud utamanya hanyalah untuk diberika kepada Rasul saja. Rasululloh pun menyuruh sahabat tersebut untuk mengeluarkan makanan seadanya. Dan Rasul sendiri yang membagikannya kepada para sahabatnya. Ajaib! Jika diukur dengan rasio, mungkin makanan tersebut tidak lebih untuk beberapa orang saja. Akan tetapi kali ini makan tersebut bisa terbagi rata kepada para sahabat yang mungkin jumlahnya mencapai puluhan bahkan ratusan orang. Subhanalloh… sungguh teramat hebat mukjizat Rasululloh …

Hal seperti ini juga pernah terjadi di Pon-Pes Salafiyah Pasuruan. Akan tetapi, di sini. Yang terjadi bukanlah mukjizat yang dimiliki oleh Nabi atau Rasululloh. Melainkan adalah karomah dari seorang wali yang sangat kharismatik. Yah, beliau adalah Kiai hamid bin Abdulloh bin Umar.

Kala itu, Kiai hamid sedang berkeliling ke kamar yang ada di belakang mushalla sambil membawa talam (baki) yang berisi nasi dan lauk seadanya. Tak lama kemudian Kiai Hamid melihat santri yang bernama Khudlori Noer, lalu beliau langsung memanggil santri tersbut. “Eh, iki ono sego sak ajang. Celo’en arek-arek kongkon mangan nang kene bareng-bareng.” (Eh, ini ada nasi satu talam. Tolong panggilkan anak-anak santri yang lain, suruh mereka makan bersama di sini.) suruh Kiai hamid.

Khudlori yang kini menjadi salah satu jajaran Ustadz di madrasah Ibtida’iyah dan Tsanawiyah itu pun langsung beranjak memanggil teman-temannya. Setelah mencari ke seluruh penjuru pondok, akhirnya Khudlori mendapatkan delapan orang teman untuk diajak makan. Setelah mendapatkan teman, khudlori langsung kembali bersama teman-temannya. Kiai Hamid yang menunggu di belakang musholla langsung bertanya lagi kepada Khudlori. “wes nemu konco? Arek piro?” (Sudah menemukan teman? Berapa anak?). “sampun Yai, niki lare wolu.” (sudah Kiai, ini delapan anak). Jawab Khudlori. “loh kok mek wolu, yo kurang iki lo segone akeh, age nggolek’o maneh” (loh, kok Cuma delapan anak ya kurang. Ini nasinya banyak, ayo cari teman lagi). Suruh Kiai Hamid. Tanpa menjawab sepatah kata pun Khudlori langsung melangkahkan kakinya lagi untuk mencari teman. Akan tetapi kali ini, dalam benak Khudlori timbul rasa tanda tanya yang cukup besar sekali. Bagai mana tidak. Nasi satu talam yang pada umumnya hanya cukup untuk dimakan lima orang, kali ini delapan orang pun masih kurang. “kiro-kiro opo she sing dikarepno romo yai” (kira-kira apa ya… yang di maksud Romo Kiai???” Gumam dalam hatinya.

Khudlori pun akhirnya mulai bergrilya kembali menyusuri dari kamar satu kemar lain untuk mencari teman yang mau di ajak makan. Tak lama mencari, akhirnya khudlori kembali bersama dengan empat orang anak.

Kiai Hamid yang dari tadi menunggu akhirnya juga menyuruh mereka makan. “lah, ngenea arek’e akeh. Lek gak ngene engkok gek entek sa’aken segane. Ayo dipangan!” suruh Kiai Hamid. (Lah, anaknya banyak, kalau tidak banyak nanti tidak habis, kasihan nasinya. Ayo dimakan!)

Santri-santri itu pun akhirnya makan dengan berdesakan. coba kita pikir, talam yang biasanya hanya cukup dibuat makan lima orang kini mencapai sebelas orang betapa tidak masuk akalnya.

Sembari memakan dengan lahap khudlori masih tetap berfikir, apa yang dimaksudkan Kiai Hamid. Seusai makan kesebelas santri tersebut masih keheranan. Bagai mana bisa mereka semua merasa sangat kenyang padahal nasinya juga sedikit. Sedangkan Khudlori masih menyimpan rasa penasaran yang begitu besar. Setelah berulang kali memutar otak akhirnya khudlori menemukan jawabanya. Ia teringat sebuah Hadist Rasululloh Saw tentang, “jika ada makan satu, itu cukup untuk dua orang. Dua maka cukup untuk empat orang. Begitu sampa seterusnya.” Jika talam biasanya untuk makan lima sampai enam anak. Maka, cukup untuk sepuluh sampai sebelas anak. Subhanalloh… sungguh halus sekali cara Kiai Hamid untuk mengajarkan risalah sunnah kepada para santrinya Wallohu A’lam… (zEn)

Sumber: Ust. H. Ahmad Khudlori Noer
sumber:http://salafiyah.org/beranda/51-kyai-hamid/457-satu-talam-sebelas-orang.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar