Teduh Dihati Ummat
Keteladanan Kyai Hamid
=========================
“Kyai sing alime mungguli kyai hamid iku akeh, tapi kyai seng klakoane koyok kyai hamid iku jarang” (kyai yang alimnya melebihi kyai hamid itu banyak, tapi kyai yang perilakunya seperti kyai hamid itu sangat jarang). Itulah kata-kata yang pernah diucapkan oleh al-Alim, al-Allamah K.H Mas Imam Bin Thohir (Alm), hal ini tidak lain karena perilaku keseharian kyai hamid yang halus, lembut dan penyayang.
Sosok keperibadian kyai hamid sangatlah halus pembawaannya, tidak pernah membentak, lirih, jika berbicara kepada siapapun nyaris seperti orang yang sedang berbisik, nada dan intonasi suara beliau tidak pernah meninggi, baik itu ketika mengaji, bercakap-cakap, ataupun kegiatan keseharian beliau lainnya.
Wajah beliau yang sangat bersih dan bercahaya bak bulan purnama, membuat semua orang yang memandang beliau merasakan sebuah keteduhan tersendiri di dalam hati mereka yang memandang, dan seakan-akan tidak mau hidup jauh dari beliau. Begitu juga ketika beliau sedang dhuko (marah), beliau tidak pernah marah dalam suatu hal kecuali ada sangkut pautnya dengan syari’at agama, dan kemarahan beliaupun tidak pernah sampai berlarut-larut.
Pernah pada suatu ketika Kyai hamid memanggil semua musyrif (ketua) kamar ba’da shalat isya’ ke ndalem (kediaman) beliau, termasuk Ustadz Kholil Nur yang pada masa itu menjabat sebagai musyrif, setelah para musyrif itu berkumpul di ruang depan, kyai hamid keluar dari dalam dengan mimik wajah yang berkerut, menunjukkan seperti orang yang lagi dalam keadaan kesal dan marah, entah apa permasalahannya pada waktu itu, akhirnya kyai hamid mendhukani (memarahi) semua musyrif tersebut satu persatu. Setelah selesai memarahi para musyrif itu beliau langsung masuk ke dalam rumah dan tak lama kemudian beliau keluar kembali, anehnya waktu beliau keluar dari dalam rumahnya mimik wajah beliau berubah sangat drastis, seperti halnya tidak ada kejadian apa-apa, lalu beliau bertanya kembali kepada para musyrif itu satu-persatu dengan pertanyaan yang sama “sampean mau ridho ta tak dhukani koyok ngono? Gak popo tah?” (apa kamu tadi ridho saya marahin seperti itu? Apa tidak apa-apa?) lalu setelah menanyai para musyrif seperti seperti itu, beliau menyuguhkan berbagai macam buah-buahan kepada mereka dan setelah selesai, kyai hamid menyuruh mereka kembali ke pondok lagi.
Itulah sekelumit cerita dari keseharian Kyai hamid, yang mana, dalam hari-hari yang beliau jalani, tidak pernah ada kekerasan sedikitpun, melainkan hanyalah kelembutan dan kasih sayanglah yang ada dalam hidup beliau. (zEn)
Sumber: Ust. Kholil Nur
sumber:http://salafiyah.org/beranda/51-kyai-hamid/278-teduh-dihati-ummat.html
Nabi SAW:مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي كِتَابٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تَسْنَغْفِرُ لَهُ مَا دَامَ اسْمِي فِي ذَلِكَ الْكِتَابِ (Barang siapa menulis sholawat kpdku dlm sebtah buku, maka para malaikat selalu memohonkan ampun kpd Alloh pd org itu selama namaku masih tertulis dlm buku itu). اَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلّٰهِ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar