Surban Dari Kyai Hamid
Keteladanan Kyai Hamid
===========================
Nama besar Kyai Hamid seakan-akan tidak akan ada henti-hentinya untuk dikenang masyarakat. Kerendahan hatinya, kealimannya, bahkan kewaliannya, semua itu telah melekat dalam hati semua umat.
Kalau bicara tentang masalah kekaromahan kyai Hamid sebagai wali min auliya’illah, maka semua itu tidak akan ada habis-habisnya, saking begitu banyaknya, tak sedikit orang yang hidup semasa dengan beliau, mempunyai segudang cerita atau pengalaman khusus dengan Kyai kharismatik tersebut, ketawadhu’annya, ataupun kekhasyafan beliau, selalu dibicarakan orang dari mulut ke mulut.
Pernah suatu ketika, ada salah seorang santri yang bernama Kholil yang kini menjadi salah satu staf dewan asatidz di madrasah salafiyah ini sowan kepada beliau bersama dengan pamannya yang hendak berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji, hangga pada akhirnya mereka berdua masuk kedalam kantoran (kediaman Kyai Hamid), dan tak lama kemudian Kyai Hamid datang menemui mereka berdua. Setelah berbincang-bincang panjang lebar, akhirnya mereka berdua mohon undur diri untuk pulang, sebelum keduanya pergi dari kediaman Kyai Hamid, paman dari ustadz Kholil ini diberi sehelai surban berwarna putih bersih, sembari memberikan surban tersebut, Kyai hamid berpesan “surban iki ojo nganti diumbah sak doronge koe bali soko kono” (surban ini jangn sampai kamu cuci sebelum kamu pulang dari sana). Setelah surban itu diberikan, akhirnya mereka keluar dari kediaman Kyai Hamid.
Selang beberapa hari, akhirnya paman dari ustadz kholil itu berangkat ke tanah suci, selama disana paman dari santri yang bernama Kholil ini masih tetap memegang taguh pesan-pesan dari kyai hamid, dia tidak pernah mencuci sama sekali surban pemberian kyai hamid itu selama berada di sana. Ketika pulang, paman dari ustadz kholil tiba-tiba mendadak sakit dalam perjalanan.
Sebagaimana umumnya, setiba di tanah air paman dari ustadz Kholil tetap menemui para tamunya walaupun dalam keadaan sakit, lama kelamaan pada akhirnya paman dari ustadz kholil ini sudah merasa tidak kuat lagi, lalu beliau bergegas untuk tidur. Sore harinya ketika hendak dibangunkan, ternyata paman ustadz kholil ini sudah tidak bernyawa lagi.
Setelah memakamkan pamannya, ustadz kholil teringat pesan dari kyai hamid yang diberikan kepada pamannya ketika sebelum berangkat haji. “oh…. Jadi ini yang dimaksud kyai hamid tidak boleh mencuci surban putih tersebut”, akhirnya surban itu dikebumikan bersamaan dengan pamannya ustadz kholil. Subhanallah….(zEn)
Sumber : Ustadz Kholil Nur
sumber:http://salafiyah.org/beranda/51-kyai-hamid/279-surban-dari-kyai-hamid.html
Nabi SAW:مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي كِتَابٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تَسْنَغْفِرُ لَهُ مَا دَامَ اسْمِي فِي ذَلِكَ الْكِتَابِ (Barang siapa menulis sholawat kpdku dlm sebtah buku, maka para malaikat selalu memohonkan ampun kpd Alloh pd org itu selama namaku masih tertulis dlm buku itu). اَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلّٰهِ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar