Tidurlah Dulu Baru Sholat
=================
Dunia dan segala
macam isinya diciptakan oleh Allah swt untuk manusia, termasuk juga
malam dan siang. Sebagian besar manusia mefungsikan siang untuk mencari
nafkah dan menjalankan berbagai beraktifitas, dan memanfaatkan malam
untuk beristirahat.
Malam yang gelap tanpa terik mentari sengaja dicipta agar tidak
menyilaukan mata, agar manusia mudah terlelap dan malam menjadi sunyi.
Bumi akan beristirhat melayani kebutuhan manusia. Berbeda ketika waktu
telah berganti dengan siang yang terang. Panas matahari penuh energi
mendukung segala aktifitas manusia, bumi kembali ramai dengan kehidupan
dan kesibukan.
Namun tidak demikian, bagi sebagian orang malam yang sunyi menjadi
ruang yang paling berharga. Kesunyian malam menjadi suasana yang paling
kondusif membangun harmoni antara manusia dan Allah Yang Maha Kuasa. Di
balik kesunyiannya, malam menyimpan seribu hikmah, apalagi sepertiga
terakhir malam hari.Rasulullah saw bersabda yang diriwayatkan dari Abu
Hurairah :
“ketika malam tinggal sepertiga, Allah swt turun ke langit dunia
dan berkata: barang siapa yang meminta padaku akan Ku kabulkan
permintaannya, siapa yang minta ampunan akan Ku ampuni, siapa yang minta
rizqi akan Ku beri, siapa yang minta dihindarkan dari keburukan akan Ku
hindarkan hingga fajar tiba”
Ketika dunia sunyi, Allah swt membuka kesempatan pada siapapun yang
hendak berkomunikasi dengannya. Demikianlah Rasulullah saw membagi malam
menjadi tiga. Sepertiga pertama digunakannya waktu istirahat (tidur),
sepertiga kedua difungsikannya untuk shalat, dan sepertiga terakhir
adalah waktu Rasulullah saw berdzikir (mengingat-Nya), demikian bunyi
haditsnya:
إنى أجعل اليل أثلاثا, فثلثا أنام, وثلثا أصلى, وثلثا أستذكر فيه
Demikian keistimewaan ibadah di malam hari dibandingkan siang, seperti keutamaan shadaqah sirri (secara rahasia) yang mengalahkan shadaqah ‘alaniyah (secara terang-terangan).
Mengenai keutamaan sepertiga malam terakhir ini, Rasulullah saw juga pernah bertanya kepada Jibrilأى الليل أسمع؟ mana malam yang didengar Allah? Jibril menjawab “إن العرش يهتز من السحر “ sesungguhnya ‘arsy bergetar di waktu sahur.
Begitu pentingnya shalat disepertiga terakhir malam sehingga Rasulullah saw pernah bersabda:
ركعتان يصليهما العبد فى جوف الليل خير من الدنيا وما فيها. لولا أن أشق على أمتى لفرضتها عليهم
Shalat dua rak’at di sepertiga malam terakhir lebih baik dari
dunia seisinya. Andaikan aku tidak khawatri memberatkan umatku, pastilah
akan kuwajibkan shalat tersebut atas mereka.
Demikianlah berbagai fadhilah sepertiga malam yang sangat menggiurkan
siapapun yang ingin mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Meski
demikian harus diperhatikan bahwa jasmani manusia sangat terbatas.
Semangat yang tinggi harus diimbangi dengan kondisi badan yang baik,
sehingga keinginan mulia untuk bangun malam dapat terlaksana. Membagi
waktu adalah kunci segalanya. Karenanya sebuah solusi dari para ulama
adalah menyempatkan diri tidur di siang hari, mengorbankan sedikit waktu
demi kesuksesan bangun di waktu malam.
Andaikan memang tidak ada kemampuan untuk mendirikan shalat di
sepertiga malam, janganlah dipaksakan. Rasulullah saw menghimbau
sebaiknya dituntaskan dulu rasa ngantuknya, tidurlah lagi. Baru kemudian
laksanakan shalat malam. Begitu perintah Rasulullah saw dalam
haditsnya:
عن عائشة رضي الله
عنها قالت : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إذا نعس أحدكم وهو فى
الصلاة فليرقد حتى يذهب عنه النوم, فانه إذا صلى وهوينعس لعله يذهب ليستغفر
فيسب نفسه
Jikalau engkau mengantuk dalam keadaan shalat, maka berbaringlah hingga hilang rasa kantukmu. (karena)
jikalau engkau shalat dan mengantuk jangan-jangan kamu (bermaksud)
minta ampunan tetapi kamu (malah) mencelakakn dirimu sendiri.
Demikian pula yang dilakukan oleh Rasulullah saw kepada Zainab ketika
mengetahui ada tali yang dipergunakan untuk mengikatnya ketika shalat,
Rasulullah pun mengatakan shalatlah engkau ketika trengginas, dan
duduklah tatkala malas.
Sesungguhnya tidak ada paksaan dalam ibadah, bahkan semangat yang
menggebu-gebu dalam ibadah harus ditinjau ulang. Dalam hal ini kondisi
tubuh perlu dipertimbangkan. Demikian keterangan Syaikh Abdul Qadir
al-Jailani dalam al-Ghunyah, li Thalibiy Thariqil Haqqi 'Azza wa Jalla
sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,51433-lang,id-c,ubudiyah-t,Tidurlah+Dulu+Baru+Shalat-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar