Jangan Pernah Meremehkan Muaddzin
===============
Seringkali pofesi sebagai muadzzin di pandang sebelah mata. Hal ini karena muadzin selalu diidentikkan dengan merbot
masjid yang pekerjaannya menyapu, membersihkan dan menjaga masjid.
Padahal tidak demikian seharusnya. Karena adzan adalah salah satu ibadah
tersendiri bahkan dalam beberapa hadits difavoritkan sebagai amalan
surga.
Surat al-Fussilat ayat 33 menjadi salah satu dalil pembenaran yang
dinyatakan oleh Imam Ghazali dalam Ihya’ Ulimiddin terkit dengan adzan.
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحاً وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ.
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?"
Sungguh betapa pentingnya peran seorang muadzin, dialah yang
mengabarkan waktu shalat telah tiba, oleh karena itulah ibadahnya ini
kelak di hari kiamat akan dikukuhkan oleh kesaksian jin dan manusia yang
mendengarnya ketika dia beradzan semasa di dunia. Rasulullah saw
bersabda:
لا يسمع نداء المؤذن جن ولا شيئ إلا شهد له يوم القيامة
La yasma’u nida’al muazdzini jinnun wa la syai’un illa syahida lahu yaumal qiyamah
Tiada jin dan manusia yang mendengarkan suara adzan dari orang
yang menyerukannya, melainkan mereka akan memberikan kesaksian kepada
orang tersebut di hari kiamat nanti.
Tidak hanya itu, bila adzan dianggap sebagai panggilan Allah swt,
maka muadzin menjadi penyambung suara Allah swt untuk memanggil umat
muslim di muka bumi melalui masjid-masjid-Nya. karena itu Rasulullah saw
besabda:
يد الرحمن على رأس المؤذن حتى يفرغ من أذانه
Yadur rahmani ‘ala ra’sil muazdzdini hatta yafragha min azdanihi
Tangan tuhan yang maha pengasih berada di atas kepada orang yang menyerukan adzan sampai selesai.
Dan yang terakhir sebagai bukti kemuliaan seorang muadzin adalah hadits Rasulullah saw yang artinya sebagai berikut:
Tiga orang ini nanti di hari kiamat berada di atas bukit kecil
dari kasturi hitam, mereka tiada tersusahkan oleh hisab dan tiada
dikejutkan sehingga selesailah ia dari urusan manusia, yaitu: 1) Lelaki
yang membaca al-qur’an dengan mengharapkan ridha Allah swt dan menjadi
iman shalatnya suatu kaum yang merasa puas dengannya. 2) Lelaki yang
beradzan di dalam masjid dan berdo’a kepada Allah swt. dengan mengharap
ridhonya. 3) Lelaki yang diuji dengan kesempitan rizqi tetapi hal itu
tidak menyebabkannya lupa dari amal ahirat
sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,50052-lang,id-c,ubudiyah-t,Jangan+Pernah+Meremehkan+Muadzin-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar