Falsafah kepemimpinan Sultan Agung, yang diungkapkan lewat Serat Sastra Gendhing. Falsafah ini memuat tujuh amanah. Amanah pertama, swadana maharjeng tursita,
menyebutkan bahwa seorang pemimpin haruslah memiliki sosok intelektual,
berilmu, jujur, dan pandai menjaga nama, mampu menjalin komunikasi
atas dasar prinsip kemandirian. Kedua, bahni bahna amurbeng jurit,
menyebutkan bahwa seorang pemimpin harus selalu berada di depan dengan
memberikan keteladanan dalam membela keadilan dan kebenaran. Ketiga, rukti setya garba rukmi,
menggarisbawahi bahwa seorang pemimpin harus memiliki tekad bulat
menghimpun segala daya dan potensi guna kemakmuran dan ketinggian
martabat bangsa. Keempat, sripandayasih krani, yaitu pemimpin
harus memiliki tekad menjaga sumber-sumber kesucian agama dan
kebudayaan, agar berdaya manfaat bagi masyarakat luas. Kelima, gaugana hasta, yaitu seorang pemimpin harus mengembangkan seni sastra, seni suara, dan seni tari guna mengisi peradapan bangsa. Keenam, stiranggana cita,
yaitu seorang pemimpin harus memiliki keinginan kuat untuk melestarikan
dan mengembangkan budaya, mengembangkan ilmu pengetahuan, dan membawa
obor kebahagiaan umat manusia. Ketujuh smara bhumi adi manggala,
yaitu seorang pemimpin harus menjadi pelopor pemersatu dari berbagai
kepentingan yang berbeda-beda dari waktu ke waktu, serta berperan dalam
perdamaian di dunia
Nabi SAW:مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي كِتَابٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تَسْنَغْفِرُ لَهُ مَا دَامَ اسْمِي فِي ذَلِكَ الْكِتَابِ (Barang siapa menulis sholawat kpdku dlm sebtah buku, maka para malaikat selalu memohonkan ampun kpd Alloh pd org itu selama namaku masih tertulis dlm buku itu). اَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلّٰهِ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar