======
Edisi ISHARI dalam perspetif ASWAJA IX.
9.HUKUM BERDIRI SAAT MAHALLUL QIYAM
وَنَظِيْرُ ذَلِكَ فَعَلَ
كَثِيْرٌ عِنْدَ مَوْلِدِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَوَضْعِ
أُمِّهِ لَهُ مِنَ الْقِيَامِ وَهُوَ أَيْضًا بِدْعَةٌ لَمْ يَرِدْ فِيْهِ
شَيْئٌ عَلَى أَنَّ النَّاسَ إِنَّمَا يَفْعَلُوْنَ ذَلِكَ تَعْظيْمًا لَهُ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَالْعَوَامُّ مَعْذُوْرُوْنَ لِذَلِكَ
بِخِلَافِ الْخَاصَّة ِوَاللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَعْلَمُ
بِالصَّوَابِ .(الفتاوى الحديثية لابن حجر الهيتمي - ج 1 / ص 179
Hal yang sama telah dilakukan banyak orang saat Maulid Nabi Saw dan saat
ibu Nabi melahirkan Nabi, dengan berdiri, adalah sebuah bid’ah yang
tidak ada dasarnya. Hanya saja orang-orang melakukannya untuk
mengagungkan Nabi Saw, maka orang awam ditolerir, berbeda dengan orang
khusus” (Fatawa Haditsiyah Ibnu Hajar 1/179)
Sementara dalam
kitab-kitab Tarikh, berdiri semacam ini saat salawat merupakan
ijtihadnya Imam as-Subki yang kemudian diikuti oleh banyak ulama lain
(Shalihi asy-Syami dalam Subul al-Huda wa ar-Rasyad 1/344). Penjelasan
yang lebih lengkap disampaikan oleh Syaikh Abu Bakar Syatha yang
mengutip dari Mufti Syafiiyah di Makkah, Syaikh Ahmad Zaini Dahlan:
وَقَدْ بَسَطَ الْكَلَامَ عَلَى ذَلِكَ شَيْخُ اْلاِسْلَامِ بِبَلَدِ
اللهِ الْحَرَامِ مَوْلَانَا وَأُسْتَاذُنَا الْعَارِفُ بِرَبِّهِ
الْمَنَّانِ سَيِّدُنَا أَحْمَدُ بْنُ زَيْنِي دَحْلَانٍ فِي سِيْرَتِهِ
النَّبَوِيَّةِ، وَلَا بَأْسَ بِإِيْرَادِهِ هُنَا، فَأَقُوْلُ: قَالَ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَمَتَّعَنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ بِحَيَاتِهِ.
(فَائِدَةٌ) جَرَتِ الْعَادَةُ أَنَّ النَّاسِ إِذَا سَمِعُوْا ذِكْرَ
وَضْعِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْمُوْنَ تَعْظِيْمًا لَهُ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهَذَا اْلقِيَامُ مُسْتَحْسَنٌ لِمَا
فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،
وَقَدْ فَعَلَ ذَلِكَ كَثِيْرٌ مِنْ عُلَمَاءِ اْلاُمَّةِ الَّذِيْنَ
يُقْتَدَى بِهِمْ. قَالَ الْحَلَبِي فِي السِّيْرَةِ فَقَدْ حَكَى
بَعْضُهُمْ أَنَّ اْلاِمَامَ السُّبْكِيَ اجْتَمَعَ عِنْدَهُ كَثِيْرٌ مِنْ
عُلَمَاءِ عَصْرِهِ فَأَنْشَدَ مُنْشِدُهُ قَوْلَ الصَّرْصَرِي فِي
مَدْحِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم:قَلِيْلٌ لِمَدْحِ الْمُصْطَفَى
الْخَطُّ بِالذَّهَبِ عَلَى وَرَقٍ مِنْ خَطٍّ أَحْسَنَ مِنْ كُتُبٍ وَأَنْ
تَنْهَضَ اْلاَشْرَافُ عِنْدَ سَمَاعِهِ قِيَامًا صُفُوْفًا أَوْ جِثِيًّا
عَلَى الرُّكَبِ فَعِنْدَ ذَلِكَ قَامَ اْلاِمَامُ السُّبْكِي وَجَمِيْعُ
مَنْ بِالْمَجْلِسِ، فَحَصَلَ أُنْسٌ كَبِيْرٌ فِي ذَلِكَ الْمَجْلِسِ
وَعَمَلُ الْمَوْلِدِ. وَاجْتِمَاعُ النَّاسِ لَهُ كَذَلِكَ مُسْتَحْسَنٌ.
(إعانة الطالبين - ج 3 / ص 414
Masalah ini telah dijelaskan oleh
Syaikhul Islam di Tanah Haram, junjungan kami, ustadz kami yang Ma’rifat
Billah, Sayid Ahmad Zaini Dahlan dalam kitab Sirah Nabawinya, dan akan
saya sampaikan disini. Beliau berkata: “(Faidah) Telah berlaku sebuah
tradisi bahwa orang-orang jika mendengar sebutan kelahiran Nabi Saw,
maka mereka berdiri untuk mengagungkan kepada Nabi. Berdiri ini adalah
sesuatu yang baik karena ada tujuan mengagungkan Nabi Saw. Hal tersebut
sudah dilakukan oleh banyak ulama yang menjadi panutan umat. Al-Halabi
menyebutkan dalam kitab as-Sirah bahwa sebagian ulama menyampaikan saat
Imam as-Subki berkumpul bersama para ulama di masanya, maka pembaca
syair melantunkan syair karya ash-Sharshari dalam pujiannya untuk Nabi
Saw.
Sedikit sekali pujian untuk Nabi dengan tinta emas, diatas
kertas dari tulisan terbaik di kitab-kitab. Hendaknya bangkit
orang-orang mulia saat mendengarnya, berdiri dan berbaris, serta
berlutut di atas kendaraan”
Saat itu, maka imam as-Subki dan
orang-orang yang ada berdiri semua, maka terjadilah kebahagian dan
amaliyah Maulid di tempat itu. Dan berkumpulnya banyak orang untuk acara
tersebut juga sesuatu yang baik” (Ianat ath-Thalibin 3/414)
Bahkan di kitab Tahdzibul Furuq (pinggirnya kitab Alfuruq imam alqorrofi
almaliki) di situ di jelaskan Panjang ttg hukum berdiri wkt bacaan
maulid. Bahkan di nyatakan, yg tidak berdiri bisa kufur karena tekesan
melecehkan Rasul. Ada juga cerita tentang orang palestina yg tidak mau
bediri akhirnya sakit lumpuh...dst....
Nabi SAW:مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي كِتَابٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تَسْنَغْفِرُ لَهُ مَا دَامَ اسْمِي فِي ذَلِكَ الْكِتَابِ (Barang siapa menulis sholawat kpdku dlm sebtah buku, maka para malaikat selalu memohonkan ampun kpd Alloh pd org itu selama namaku masih tertulis dlm buku itu). اَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلّٰهِ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar