Sahnya Menikahi Perempuan Agama Lain
===========
Dalam Al-Qur’an
telah dijelaskan bahwa seorang muslim diperbolehkan menikahi perempuan
merdeka dari kalangan ahli kitab. Pernikahan itu dianggap sah secara
syariat. Sebagaimana termaktub dalam surat al-Maidah ayat 5:
اليَوْمَ أُحِلَّ
لَكُمُ الطَّيِّبَاتُ وَطَعَامُ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ حِلٌّ
لَّكُمْ وَطَعَامُكُمْ حِلُّ لَّهُمْ وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ الْمُؤْمِنَاتِ
وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُم
“Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan
(sembelihan) orang-orang yang diberi al-Kitab itu halal bagimu, dan
makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mangasyahwini)
wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan
wanita-wanita yang menjaga kehormatan diantara orang-orang yang diberi
al-Kitab sebelum kamu.“ Akan tetapi di zaman yang sudah mengglobal ini batasan antara ahlil kitab dan yang bukan ahlil perlu ditegaskan kembali. Karena kecenderungan bertasahul atau menggampangkan segala urusan di zaman globalisasi ini dianggap sebagai kewajaran. Hal ini cukup menghawatirkan apalagi jika berhubungan dengan masalah pernikahan. Karena panjangnya konsekwensi dari sebuah pernikahan mulai dari status pernikahan, status anak dan hak waris.
Dalam konteks ini maka hal yang perlu ditegaskan adalah siapakah perempuan merdeka ahlul kitab yang boleh dinikah oleh seorang muslim? tentang hal ini Imam Syafii dalam Al-Umm juz V menjelaskan:
أخبرنا عبد المجيد
عن ابن جريج قال: عطاء ليس نصارى العرب بأهل كتاب انما أهل الكتاب بنوا
اسرائيل والذين جأتهم التوراة والانجيل فامامن دخل فيهم من الناس فليسوا
منهم
Abdul Majid dari Juraid menerangkan kepada kami bahwa Atha’
pernah berkata bahwa orang-orang Nasrani dari orang Arab bukanlah
tergolong ahlil kitab. Karena yang termasuk ahlil kitab adalah Bani
Israi dan mereka yang kedatangan Taurat dan Injil, adapun mereka yang
baru masuk ke agama tersebut, tidak dapat digolongkan sebagai Ahlil
kitab.Dengan demikian, orang-orang Indonesia yang beragama lain sepert Kristen, Hindu, Budha, Kepercayaan, dan lain sebagainya tidak bisa digolongkan ke dalam ahlul kitab sebagaimana dimaksudkan dengan al-Qur’an. Apalagi jika ada perubahan dalam kitab-kitab mereka seperti yang diturunkan kepada Musa as dan Isa as.
Hal ini berbeda dengan kasus para sahabat yang tercatat sejarah menikahi perempuan ahlul kitab, seperti Sayyidina Hudzaifah pernah menikahi perempuan Yahudi ahlil madain, dan Sayyidina Utsmanpun pernah menikah dengan Nailah bintul Farafisha, perempuan asal Nazaret di Palestina. Karena perempuan-perempuan tersebut memang benar-benar ahlil kitab yang dimaksudkan di al-Qur’an.
Untuk itulah perlu ditekankan di sini pendapat ulama yang menyatakan tidak orisinalnya kitab injil dan taurat yang ada di zaman sekarang yang sekaligus menggugurkan perempuan-perempuannya sebagai ahlil kitab. Sebagaimana keterangan dalam Al-Jawahirul Kalamiyyah fi Idhahil Aqidatil Islamiyyah:
اعتقد العلماء
الأعلام أن التوراة الموجودة الان قد لحقها التحريف وممايدل على ذلك أنه
ليس فيها ذكر الجنة والنار وحال البعث والحشر والجزاء مع أن ذلك أهم مايذكر
فى كتب الإلهية وممايدل أيضا على كونها محرفة ذكر وفاة موسى عليه السلام
فيها فى الباب الأخير منها والحال أنه هو الذى أنزلت عليه.
Para ulama terkemuka meyakini sesungguhnya Kitab Taurat yang ada
sekarang telah terjadi perubahan-perubahan. Diantara perubahan itu
adalah tidak adanya keterangan tentang surga, neraka, kebangkitan dari
kubur, pengumpulan manusia dan pembalasan. Padahal masalah tersebut
merupakan hal penting dalam kitab-kitab ketuhanan. Disamping itu
perubahan dalam taurat juga terlihat dengan adanya kabar tentang
wafatnya Nabi Musa as pada akhir bab. Padahal taurat sendiri diturunkan
untuk Nabi Musa as. Demikianlah hujjah para ulama mengenai ketidak otentikan Taurat. Sebagaimana akan diterangkan pula tentang ketidak otentikan injil yang ada sekarang. Sehingga mereka yang memegang kedua kitab ini tidak dapat lagi digolongkan sebagai ahlul kitab. Sebagaimana kelanjutan keterangan di atas dalam Al-Jawahirul Kalamiyyah fi Idhahil Aqidatil Islamiyyah:
إعتقد العلماء
الأعلام أن الإنجيل المتداول الأن له أربع نسخ ألفها أربعة بعضهم لم ير
المسيح عليه السلام أصلا وهم: متى ومرقص ولوقا ويوحنا, وإنجيل كل من هؤلاء
متناقض للأخر فى كثير من المطالب. وقد كان للنصارى أناجيل كثيرة غير هذه
الأربعة لكن بعد رفع سيدنا عيسى عليه السلام الى السماء بأكثر من مائتى سنة
عولوا على إلغائها ماعدا هذه الأربعة تخلصا من كثرة التناقص وتملصا من
وفرة التضاد والتعارض
Para ulama terkemuka meyakini bahwa Injil yang ada sekarang
terdiri dari empat naskah hasil karangan empat orang yang sebagian
mereka belum pernah melihat Nabi Isa sama sekali. Keempat orang tersebut
adalah Matta, Markus, Lukas dan Johanus. (anehnya) Isi keempat naskah
ini bertentangan antara satu dan lainnya. Sesungguhnya orang Nasrani
memiliki banyak naskah Injil selain keempat ini, tetapi setelah hampir
lebih dua ratus tahun diangkatnya Nabi Isa as. ke langit mereka
memutuskan untuk menghapus semua naskah kitab yang ada kecuali empat
tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan dari perbedaan da
perselisihan yang timbul dari perbedaan isi itu.Dari beberapa keterangan yang ada maka seorang muslim tidak bisa menikahi perempuan agama lain di negeri ini (kristen, katolik, hindu, budha, dll) karena mereka bukan tergolong perempuan ahlil kitab. Kecuali apabila perempuan itu terlebih dahulu menyatakan diri masuk ke dalam agama Islam dengan membaca dua syahadat.
sumber: http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,11-id,54352-lang,id-c,syariah-t,Sahnya+Menikahi+Perempuan+Agama+Lain-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar