ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Minggu, 25 Februari 2018

Lanjutan 7 MUBALIGH MAHSYUR Tanah MADURA (I) A. RADEN PRATANU (Ki Lemah Dhuwur Arosbaya)

Copas: Lanjutan 7 MUBALIGH MAHSYUR Tanah MADURA (I)

A. RADEN PRATANU (Ki Lemah Dhuwur  Arosbaya)

Raden Pratanu alias Panembahan Lemah Dhuwur, alias Ki Lemah Dhuwur Arosbaya, adalah putra Kyai Pragalbo, seorang raja dari Kerajaan Hindu Plakaran di sebelah barat Pulau Madura.

1. PENDIDIKAN
Sebelum dinobatkan menjadi raja menggantikan ayahnya, Pratanu muda telah tertarik kepada ajaran Islam sebagai kepercayaan baru pada masa itu. Atas izin orangtuanya, ia kemudian ‘nyantri’ ke Sunan Kudus dan Sunan Giri, di Pulau Jawa. Ia-pun kemudian menyatakan dirinya telah Muslim saat diangkat menjadi Putra Mahkota, pada tahun 1528.

2. KIPRAH
a. BIDANG POLITIK
• Sekembalinya Pratanu dari belajar agama Islam di Pulau Jawa, ia diangkat menjadi Pangeran  Adipati (Putra Mahkota), pada tahun 1450 Caka, atau 1528 Masehi.
• Kemudian, pada tanggal 24 Oktober 1531, ia dinobatkan menjadi raja Plakaran menggantikan Kyai Pragalbo, ayahnya yang sudah sepuh.
• Setelah ayahnya wafat, Pratanu lalu memindahkan keraton dan pusat pemerintahan ke Daerah  Arosbaya, yang letaknya diatas sebuah bukit. Keraton tersebut diberi nama Keraton Lemah Duwur (yang artinya bangunan didataran tinggi).
Disana pula, ia mengganti nama Kerajaan Plakaran menjadi Kerajaan Arosbaya. Pratanu sendiri menamai dirinya Panembahan Lemah Dhuwur. Masyarakat sekitar kemudian menyebutnya dengan sebutan Ki Lemah Dhuwur  Arosbaya.
• Masa kekuasaan Ki Lemah Dhuwur  Arosbaya adalah dari tahun 1531-1592.
• Pada masa pemerintahan Ki Lemah Dhuwur , Kerajaan Arosbaya berhasil meluaskan daerah kekuasaannya hingga ke seluruh Madura Barat, termasuk Sampang dan Blega.

b. BIDANG AGAMA
• Bila ayahnya Kyai Pragalbo, dikenal sebagai raja Hindu dari Madura yang pertama kali memeluk Islam, maka Raden Pratanu merupakan raja Islam pertama di Pulau Madura yang secara nyata ikut menyebarkan Islam di tanah Madura.
• Sejarah mencatat, menjelang detik-detik terakhir mangkatnya Kyai Pragalbo, Pratanu sempat membimbing ayahnya, untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Namun, karena parahnya penyakit Kyai Pragalbo, membuatnya hanya dapat mengangguk, sebagai pengakuannya menjadi seorang Muslim, sekitar tahun 1530. Sehingga Kyai Pragalbo dikenal juga dengan sebutan Pangeran Onggu’ Islam.
• Selain itu, Pratanu dianggap sebagai pendiri masjid yang pertama di Arosbaya.
• Dengan semakin meluas pengaruh Kerajaan Arosbaya di Pulau Madura, membuka jalan lebar bagi masuknya pengaruh Islam dari pulau-pulau sekitar Pulau Madura, khususnya dari Pulau Jawa. Tercatat seperti dari; Surabaya (khususnya Ampel), Gresik, dan Tuban.
• Raden Pratanu juga pernah menjadi anggota Majelis Da’wah Wali Songo, Periode ke-VII (1581 - 1599 M), menggantikan Sultan Hadiwijaya alias Joko Tingkir, raja Kerajaan Pajang.

3. KELUARGA
Hubungan agama dan politik Kerajaan Arosbaya dengan kerajaan-kerajaan Islam di Pulau Jawa semakin harmonis, hal ini ditandai dengan adanya pertalian pernikahan, antara Raden Pratanu dengan seorang putri dari Kerajaan Pajang, pada masa Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya alias Joko Tingkir.

Dari pernikahan tersebut, lahirlah 3 orang putera:
a. Pangeran Sindhing Gili, kelak memerintah di Sampang.
b. Pangeran Blega, kelak memerintah di Blega
c. Raden Koro (Pangeran Tengah), yang nantinya menggantikan ayahnya di Arosbaya.

4. AKHIR HAYAT
Raden Pratanu wafat di Arosbaya pada tahun 1592, setelah kembali dari kunjungannya ke Panembahan Ronggo Sukowati di Pamekasan. Ia dimakamkan di kompleks Makam Agung Lemah Dhuwur, Kampung Kebon Agung, Desa Buduran, Kecamatan Arosbaya, Bangkalan, Madura.

Selanjutnya kekuasaan Kerajaan Arosbaya dteruskan oleh putranya, Raden Koro, yang bergelar Pangeran Tengah. Ia berkuasa dari tahun 1592-1621. Ia juga adalah ayah dari Pangeran Cakraningrat I, yang kelak menurunkan para raja dan bupati di Madura.

5. KESALAHAN MENJADI PEMBENARAN
Didalam daftar nama para Mubaligh Majelis Da’wah Wali Songo, terjadi kesalahan pencatatan. Berikut penjelasan dan koreksinya:
a. Pada daftar tersebut, dikatakan bahwa nama lain/alias dari Raden Pratanu adalah Sayyid Yusuf Al-Anggawi.
Koreksi:
Raden Pratanu dengan Sayyid Yusuf Al-Anggawi, adalah 2 orang yang berbeda. Raden Pratanu adalah Raja Arosbaya yang memerintah di Kerajaan Arosbaya, di Madura sebelah barat. Sementara Sayyid Yusuf Al-Anggawi, adalah seorang ulama yang datang dari Makkah, Arab Saudi.
b. Masa hidup Raden Pratanu dengan Sayyid Yusuf Al-Anggawi, terpaut lebih dari 250 tahun.
Catatan sejarah menjelaskan bahwa, Raden Pratanu memerintah Kerajaan Arosbaya dari tahun 1531-1592, sementara Sayyid Yusuf Al-Anggawi, baru lahir pada tahun 1784.
c. Asal daerah Raden Pratanu yang tercatat didalam daftar, tertulis; Sumenep, Madura.
Koreksi:
Raden Pratanu dilahirkan di Desa Plakaran, yang saat itu adalah sebuah Kerajaan Hindu kecil bernama Kerajaan Plakaran, di barat Pulau Madura. (sekarang masuk Kecamatan Arosbaya, Bangkalan, Madura)
d. Sementara keterangan tentang letak makamnya didalam daftar, tertulis; Kebon Agung, Arosbaya, Bangkalan, Madura, Jawa Timur.
Koreksi:
Makam Agung Lemah Dhuwur, Kampung Kebon Agung, Desa Buduran, Kecamatan Arosbaya, Bangkalan, Madura, Jawa Timur.
Semoga koreksi diatas dapat lebih men-transparansi-kan catatan sejarah yang sering kabur alias tidak jelas, sehingga menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat.
-*-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar