ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Selasa, 13 Maret 2018

Penjelasan Isbal adalah menaikkan celana atau sarung harus diatas mata kaki Oleh Habib Mundzir AlMusawa

Penjelasan Habib Munzir al Musawa tentang isbal


Dalam hal ini banyak juga ditanyakan kepada saya membahas masalah pakaian di masjid. Tentang hal yang disebut “isbal” ini sedang ramai dibicarakan. Mereka – mereka yang bekerja di internet atau yang di sekolah mempertanyakan masalah ini. Isbal adalah menaikkan celana atau sarung harus diatas mata kaki. Karena yang menurunkannya di bawah mata kaki itu Allah murka padanya. Hadits riwayat Imam Ahmad dan lainnya. Hadirin, jadi setiap kali kerja, setiap kali sholat, setiap kali apapun pakaiannya harus diatas mata kaki. Ini pendapat keliru, karena bukan itu yang dimaksud oleh Sang Nabi. Allah tidak mau melihat (murka) wajah orang – orang yang memanjangkan celananya atau sarungnya dibawah mata kaki. Itu haditsnya.

Kalau sudah tidak dilihat oleh Allah, bagaimana mau masuk surga? dilihat saja tidak, berarti lebih daripada murka, Allah tidak mau melihat mereka. Siapa mereka? Hal ini bukan yang dimaksud seperti yang disampaikan sekarang ini karena ada lagi hadits riwayat Shahih Bukhari bahwa ketika Rasul saw mengucap ini, berkata Abu Bakar Ashshiddiq radiyallhu ‘anhu “ya Rasulullah sarungku melebihi mata kakiku jadi aku diantara mereka?” maka Rasul saw berkata “kau bukan yang bersama mereka (orang – orang yang tidak dilihat Allah)”. Maka Imam Ibn Hajar didalam Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari menjelaskan hadits ini menjadi dalil bahwa memanjangkan celana atau sarung dibawah mata kaki tidak diharamkan oleh Allah dan tidak pula makruh. Karena yang dimaksud adalah untuk kesombongan.

Jadi hadirin ini masalah hatinya. Di masa Nabi saw orang kaya dan orang miskin itu bisa dibedakan dengan memanjangkan celana atau sarungnya atau tidak? Kalau orang miskin, fuqara, buruh, orang – orang menengah ke bawah pasti sarung atau celananya diatas mata kaki. Kenapa? karena selalu berjalan kaki. Akan Kotor kalau seandainya panjang kainnya di bawah lutut. Sebaliknya orang kaya memanjangkan celananya atau sarungnya dibawah mata kaki sebagai tanda bahwa ia hampir tidak pernah berjalan ditanah, selalu diatas permadani, selalu diatas kuda oleh sebab itu dipanjangkan celananya atau sarungnya sebagai tanda nih..aku orang kaya, kira – kira begitu. Ini pemahaman dari perintah Nabi Saw.

Jadi yang diharamkan adalah memunculkan hal – hal yang menyombongkan kekayaannya atau menyombongkan hartanya atau menyombongkan dirinya bahwa ia bukan fuqara tapi ia orang kaya, ini yang diharamkan.

 Jadi demikian dijelaskan oleh Imam Ibn Hajar didalam Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari. Buktinya Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq memanjangkan pakaiannya, celananya atau sarungnya dibawah mata kaki dan Rasul berkata “kau bukan dari golongan mereka yang tidak dilihat oleh Allah atau golongan yang dimurkai Allah”. Jadi jelas sudah bahwa yang dimaksud adalah hatinya. Kalau sarungnya dinaikkan sampai tengah – tengah dibawah lutut juga kalau hatinya sombong, tetap saja Allah murka padanya. Demikian hadirin masalah isbal. Ini sering ditanyakan di internet, di email, sms, surat, selalu ditanya. Saya katakan nanti saya jelaskan di majelis, Insya Allah.

Hadirin, demikian penjelaskan masalah isbal. Semoga Allah Swt menuntun kita dengan keadaan makmurnya para ulama dan shalihin.

 Karena kesalahpahaman seperti ini muncul dari semakin kurangnya ulama, semikin sedikitnya orang yang mengerti akhirnya orang yang tidak mengerti berfatwa.

 Demikian riwayat Shahih Bukhari, sebagaimana sabda Rasul saw “Allah mengangkat ilmu itu bukan mencabutnya dari hati seseorang tapi dengan mewafatkan para ulama, kalau sudah tidak tersisa lagi ulama atau sedikit (misalnya) di suatu wilayah maka orang – orang mengambil orang bodoh untuk dijadikan pemberi fatwa dan dianggap ulama adalah orang yang tidak berilmu, ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu maka ia sesat dan menyesatkan”. Karena ilmunya cuma nukil di internet, berfatwa tanpa ilmu maka ia sesat dan menyesatkan. Hadits ini dimaksudkan bagi kita untuk membangkitkan kembali generasi ulama, menghidupkan lagi generasi ulama.




🌹Allahuma sholi 'ala sayidina Muhammad nabiyil umiyi wa 'alihi wa shohbihi wa salim🌹

Tidak ada komentar:

Posting Komentar