ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Rabu, 04 April 2018

Misteri Ke-Islaman Patih Gajah Mada dibukakan dalam KITAB SEJARAH PETENG CIREBON. MAHA PATIH GAJAH MADA ADALAH KETURUNAN PAMANDA NABI MUHAMMAD SAW yaitu Sayyidina Abbas.........

Copas dari Fb nyi lina:
Misteri Ke-Islaman Patih Gajah Mada dibukakan dalam KITAB SEJARAH PETENG CIREBON. MAHA PATIH GAJAH MADA ADALAH KETURUNAN PAMANDA NABI MUHAMMAD SAW yaitu Sayyidina Abbas.........

"MAHA PATIH GAJAH MADA ADALAH SEORANG MUSLIM DIBAWAH INI SAYA SERTAKAN RANJI SILSILAH NYA DAN TERJEMAHAN KITAB TERSEBUT oleh Bapak Muhamad Mukhtar Zaedin"

Potongan Transliterasi Sejarah Peteng Cirebon :

1. Dengan menyebut nama Allah (yang Maha Pengasih dan Penyayang). Perkenankanlah kami menceritakan martabat sejarah Demak. Raja Cina Mugul sedang kedatangan seorang wali yang tersesat. Patih Mada yang menjadi patihnya itu sudah mengetahui dan beragama Islam. Adapun nama julukan dari patih itu ialah Sampo Twa Lan yang nantinya mendapatkan kramat wali.

2. Raja Cina Mugul yang masih belum beragama Islam itu ingin mencoba Sang Wali. Sang Wali yang sedang tersesat di istananya itu diperintahkan untuk menghidupkan ikan mas mainan agar ikan mas mainan itu selalu berenang berputar-putar dalam kolam. Sang Wali menyanggupi permintaan Raja Cina Mugul. Sang Raja Cina sangat marah kepada Sang Wali hingga Sang Raja Cina mengusirnya keluar dari negara Cina. Setelah Sang Wali keluar dari istana, ikan mas mainan itu melonacat

3. masuk dalam air dan hidup. (h. 46) Sang Raja Cina akhirnya kagum terhadap kejadian ini dan memanggil Sampo Twa Lan agar mencari Sang Wali. Titahnya pada Sampo Twa Lan, “Janganlah kamu pulang sebelum ketemu. Jika kamu berani pulang sebelum ditemukan, maka pastilah kamu akan aku bunuh!”
Ki Patih Sampo Twa Lan memutari seluruh peloksok praja Cina untuk mencari-cari Sang Wali.

4. Karena Sang Wali  diawal pencarian tidak ditemukan, akhirnya Ki Patih Sampo Twa Lan melanjutkan pencariannya dan menyebrangi lautan. Ki Patih Sampo Twa Lan telah mempersiapkan semua keluarganya untuk dibawa dalam pelayaran pencarian ini. Tiga perahu kapal telah disiapkan dan berlayar menempuh luasnya samudera. Mereka terapung-apung di lautan lepas berbulan-bulan lamanya hingga akhirnya menyeberang sampai ke Palembang.

5. Di Palembang Ki Patih Sampo Twa Lan  diterima oleh Aryang Damar (Aria Damar) dan menjadi pekerja istana. Karena pekerjaannya baik, akhirnya oleh Aryang Damar   
Ki Patih Sampo Twa Lan  diambil sebagai menantu yang sangat dicintai oleh Aryang Damar. Ki Patih Sampo Twa Lan  mendapatkan kewibawaan dan diangkat menjadi Adipati Anom. Setelah Aryang Damar meninggal dunia, karena Aryang Damar tidak memiliki putra laki-laki, sementara Aryang Damar Palembang sudah wafat,

6. maka Ki Patih Sampo Twa Lan, yang dahulunya hanya sebagai menantu, menggantikan kedudukan Aryang Damar menjadi raja (h. 47) yang bertahta di Nagara Palembang yang masih memiliki hubungan dengan kerajaan Majapahit. Lama kelamaan Sampo Twa Lan berputra yang dinamakan Pangeran Palembang, ia juga bisa di sebut Nomi, yaitu yang menjadi pewaris Ratu Palembang.

7. Kemudian putra yang lain lagi bernama Pangeran Palembang Cilik, Arya Sumangsang. Ada lagi putra yang dibawa dari Negara Cina yaitu yang bernama Sun Tek Prawata yang mengabdi kepada Majapahit, yang setelah pengabdiannya kepada Majapahit, ia dinamakan Pangeran Wiratha.

8. Lama kelamaan putra bawaan dari Negara Cina itu dinamakan Cek Ban Cut. Ia, Cek Ban Cut, di Negara Palembang menjadi Gedeng Pandiris. 
Lama kelamaan Brawijaya menikah dengan Ratu Ayu putri dari Ratu Cina. Ratu Ayu itu bernama Pek Wahu Jin. Kehidupan Pek Wahu Jin tampaknya tidak rukun dengan Permaisuri

9. Endrawati yang berasal dari Cempa. Hal itulah yang menyebabkan kematian Endrawati. (h. 48) Kemudian putri Nyo Jin yang diberikan kepada Prabu Sampo Twa Lan di Palembang ternyata wanita telah mengandung dua bulan dan saat lahir ternayata bayinya itu laki-laki

10. dinamai Raden Fatah. Selang beberapa lama kemudian, Nyo Jin melahirkan bayi laki-laki lagi yang diberi nama Raden Husen. Pada saat keduanya telah menginjak remaja, mereka berdua berlajar mengaji (di pesantren) Sunan Ampel di Ampel Denta. Telah tersohor bahwa ada santri yang berasal dari Palembang
11. yang bernama Raden Husen yang mengabdi kepada kerajaan Majapahit. Raden Husen sangat baik kerjanay sehingga ia diperhitungkan oleh Raja Majapahit dan ia mendapatkan kewibawaan di angkat menjadi Aria Pecat Tenda yang bekuasa di kebupaten Teterung. Adapun Raden Fatah yang masih terus manjadi santri di Ampel lama-kelamaan mendapatkan ilham. Setelah mendapatkan ilham itu Raden Fatah kemudian
 
12. menghadap kepada gurunya, Raden Fatah berkata kepada Sunan Ampel: “Guru, hamba mohon izin, hamba bermaksud memerangi kerajaan Majapahit yang masih kafir dan agar jangan lama-lama orang islam (h. 49) mengabdi kepada Raja Majapahit yang kufur.” Sunan Ampel berkata: “Jangan lakukan itu muridku. Mengapa aku melarang kamu memerang Majapahit, karena Majapahit itu

13. tidak melarang segala kegiatan yang kita lakukan sebagai orang muslim. Yang kedua Prabu Brawijaya adalah raja besar di tanah Jawa yang kekuatannya dapat menaklukkan Nusantara, hingga Cempa dan Pase pun masih dapat ditaklukkan. Darimana alasannya kamu dapat menguasai Jawa dan dapat menguasai pulau-pulau luar Jawa? 

14. Sebaiknya kamu tidak melupakan tiga masalah ini yaitu bahwa Raja Majapahit itu sesungguhnya adalah orang tuamu sendiri. Sebab dahulu ibumu sewaktu datang dari Palembang sudah mengandung hamil dua bulan, kemudian melahirkan bayi laki-laki yaitu kamu sendiri. Adapun adik kamu yang bernama Raden Husen yang nyata-nyata sebagai

15. putra Sampo Twa Lan Raja Palembang itu juga masih ada. Singkatnya begini muridku, jika kamu masih juga memiliki kemauan untuk hal itu, lakukanlah nanti setelah kematianku. Sekarang ini, kamu aku izinkan (h. 50) untuk mengajar ilmu agama. Bangunlah ‘pamulangan’ (pesantren) yang besar.
16. Berangkatlah ke aran barat. Di sana nanti jika kamu menemukan Gelaga Wangi maka disitulah tempatmu untuk membangun ‘pamulangan’, sebagai pesantren yang mengajarkan ilmu agama.” Kemudian Raden Fatah mengikuti perintah sang guru untuk membuka ‘pamulangan’ [pesantren] di dekat Bintara sudah jadi dan dinamakan Pesantren Demak.

17. Setelah melewati masa satu tahun dan pesantren sudah terisi sebanyak dua laksa santri maka didirikanlah Shalat Jumat. Ratu Majapahit mendengar hal ini kemudian memeriksa siapakah yang telah mendirikan golongan [Shalat Jumat] di sana itu, di dekat Bintara. Jika telah berdiri sebuah kota maka itulah permulaan perang dengan Majapahit.

18. Raden Fatah Putra Palembang yang melakukan sunat sudah diketahui oleh Prabu Brawijaya sejak dahulu bahwa Raden Fatah itu adalah titisan dirinya. Kemudian Raden Fatah mendapatkan pusaka Kandha Galante Bawat untuk kelayakan diangkat sebagai (h.  51) bupati di Bintara dengana gelar Raden Rangga Bintara.

(  BERSAMBUNG )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar