ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Jumat, 25 Maret 2011

Keajaiban Bayi Nabi Muhammad SAW(Dari kedua matanya SAW, muncul suatu cahaya yang terpancar hingga ke Langit)

Dari Kitab Al-Mawahib Al-Qastallani : Keajaiban Bayi Nabi Muhammad SAW
============================================
Pengantar

Kitab Mawahibul Laduniyyah bil Minah al-Muhammadaniyyah (Karunia Ilahiah dalam Bentuk Karunia Muhammadaniyyah) ditulis oleh Imam Ahmad Shihabuddin ibn Muhammad ibn Abu Bakr al-Qastallani (wafat 923H/1517 M), seorang ahli hadits yang mengarang syarah Sahih Bukhari (Irsyad as-Sari). Kitab Mawahib karangan beliau ini adalah kitab yang berisi biografi Nabi Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam.

===============================================

A’uudzu billahi minasy syaithanirrajiim
Bismillahirrahmanirrahiim
Wassholatu wassalamu ‘ala asyrafil anbiyaa-i wal Mursaliin Sayyidina
Muhammadin wa ‘ala aalihi wasahbihi ajma’in

dari
Mawahib al-Laduniyyah bi al-Minah al-Muhammadaniyyah[*]
(Karunia Ilahiah dalam Bentuk Karunia Muhammadaniyyah)
oleh Ahmad Shihab Al Deen Al Qastallani

Seorang Bayi yang Penuh Keajaiban
=======================
Halimah (RA) mengatakan, “Aku datang ke Makkah bersama beberapa perawat penyusu bayi dari suku Bani Sa’d ibn Bakr, mencari bayi-bayi yang baru lahir. Saat itu adalah tahun yang buruk untuk mencari bayi susuan. Aku dan anakku tiba dengan mengendarai seekor keledai betina, sedangkan suamiku menuntun keledai betinanya yang tua dan tak memiliki setetes pun susu. Selama dalam perjalanan ini, kami bertiga tak dapat tidur di malam hari dan aku pun tak memiliki apa pun dalam dadaku untuk menyusui anak kami.”

“Ketika kami sampai di Makkah, setiap wanita dari kelompok kami
ditawari untuk menyusui Nabi Muhammad (sall-Allahu ‘alayhi wasallam), untuk menjadi ibu susuannya. Tapi, semua menolak tawaran itu ketika tahu bahwa beliau
adalah seorang anak yatim. Pada akhirnya, tak seorang pun teman wanitaku meninggalkan Makkah tanpa membawa seorang bayi, namun tak seorang pun mau menyusui Muhammad (sall-Allahu ‘alayhi wasallam). Saat akhirnya aku tak dapat
menemukan bayi susuan lain, aku berkata pada suamiku bahwa aku benci
jika aku menjadi satu-satunya wanita dalam kelompok kami yang harus
pulang kembali tanpa membawa seorang bayi, dan bahwa aku ingin
membawa anak yatim itu.”

“Saat aku pergi untuk menjemputnya, ia (sall-Allahu ‘alayhi wasallam) sedang mengenakan pakaian wol, lebih putih daripada susu. Bau wangi misik menebar darinya. Di bawahnya terdapat sepotong kain sutra hijau, dan ia pun sedang
terbaring di punggungnya dalam suatu tidur yang amat nyenyak. Aku
berhati-hati untuk tak membangunkannya, karena keindahan dan
kemuliaannya. Dengan berhati-hati aku mendekatinya, dan menaruh
tanganku di dadanya, ia pun tersenyum dan membuka kedua matanya. Dari
kedua matanya muncul suatu cahaya yang terpancar hingga ke Langit,
sementara aku sedang melihatnya. Aku menciumnya di antara kedua
matanya dan memberikan padanya dada kananku, dan memberikannya susu
sebanyak yang ia mau. Kemudian aku pindahkan posisinya ke dada
kiriku, tapi ia menolak. Begitulah selalu caranya menyusu padaku.
Setelah ia puas, aku pun memberikan pada anak laki-lakiku bagiannya.
Segera setelah aku membawanya ke tendaku, kedua dadaku pun mulai
mengucurkan susu. Dengan karunia Allah, Muhammad minum hingga ia
puas, demikian pula saudara laki-lakinya (anak Halimah, peny.).
Suamiku pergi ke unta tua kami untuk memerah susu bagi kami, dan
lihat, ia penuh dengan susu. Suamiku memerah susu dari unta kami
cukup banyak buat kami berdua untuk kami minum hingga kami puas, dan
kami pun melalui suatu malam yang indah. Kemudian suamiku berkata,
‘Oh, Halimah, sepertinya kau telah mengambil suatu ruh yang
barakah.’ Kami melalui malam pertama dalam barakah dan karunia, dan
Allah terus memberikan pada kami lebih banyak dan lebih banyak sejak
kami memilih Muhammad.”

“Aku pun memohon pamit pada ibunda Nabi, dan menunggangi keledai
betinaku, sambil membawa Muhammad (sall-Allahu ‘alayhi wasallam) di kedua tanganku. Keledaiku
mengejar dan melampaui semua hewan milik orang-orang lain yang datang
sebelumnya bersamaku, mereka melihat hal ini dengan penuh rasa
takjub. Saat kami tiba di kampung Bani Sa’d, suatu kampung yang
merupakan salah satu bagian paling kering dari tanah ini, kami
menemukan domba-domba kami penuh dengan susu. Kami memerahnya dan
dapat meminum banyak-banyak dalam suatu masa di mana tak seorang pun
lainnya mampu menemukan setetes pun susu dalam suatu kelenjar perah.
Yang lain mulai menceritakan hal ini pada yang lainnya, ‘Pergilah
merumput ke tempat gembala putri Abu Tsu’aib biasa pergi.’ Tetap
saja, domba-domba mereka kembali dalam keadaan lapar, tanpa susu
ditemukan dalam tubuh mereka, sedangkan domba-dombaku kembali penuh
dengan susu.”

Paman Nabi, Al ‘Abbas (RA) berkata, “Wahai, NabiyAllah, yang
membuat diriku masuk dalam agamamu adalah karena aku menyaksikan
salah satu tanda kenabianmu. Aku melihatmu dalam tempat tidur bayimu
(ketika Nabi (sall-Allahu ‘alayhi wasallam) masih kecil) sedang bercakap dengan lembut pada
bulan dan menunjuknya dengan jarimu. Dan bulan itu bergerak di langit
ke arah mana pun kau menunjuknya.” Muhammad (sall-Allahu ‘alayhi wasallam) bersabda, “Saat
itu, aku memang sedang bercakap dengannya, dan ia pun berbicara
kepadaku, mengalihkan perhatianku agar tak menangis. Aku dapat
mendengar suara sujudnya di bahwa ‘Arasy.”

Dalam Fath Al Bari diriwayatkan pula bahwa Nabi Muhammad (sall-Allahu ‘alayhi wasallam) berbicara ketika saat pertama ia dilahirkan.

Ibn Sab’ menyebutkan bahwa tempat tidur bayi Nabi Muhammad (sall-Allahu ‘alayhi wasallam)
diayun-ayun oleh para Malaikat.

Ibn ‘Abbas (RA) mengatakan bahwa Halimah (RA) biasa meriwayatkan
bahwa ketika ia pertama kali menyapih Muhammad (sall-Allahu ‘alayhi wasallam), ia (sall-Allahu ‘alayhi wasallam) berbicara,
dan berkata, “Allah (SWT) paling Agung dalam Keagungan-Nya, dan
segala puji hanya bagi Allah, dan Maha Suci Allah di permulaan dan di
akhir.” (Allahu Akbar Kabiiran, wal hamdu lillahi katheeran, wa
subhanallahi bukratan wa ashiilan.) Saat ia telah tumbuh lebih besar,
ia biasa pergi keluar, dan ketika ia melihat anak-anak lain bermain,
ia akan menghindari mereka.

Ibn ‘Abbas (RA) berkata bahwa al Shayma’a (RA), saudara tiri
perempuan Nabi, menyaksikan bahwa sebagai seorang anak laki-laki,
beliau dinaungi suatu awan. Awan itu berhenti ketika beliau berhenti
dan bergerak ketika beliau bergerak. Beliau tumbuh tidak seperti anak
laki-laki biasa. Halimah berkata, “Ketika aku menyapihnya, kami
membawanya ke ibunya, sekalipun kami masih menginginkan agar ia
tinggal bersama kami lebih lama karena semua barakah yang telah kami
saksikan ada padanya. Kami meminta pada ibunya untuk mengizinkannya
tinggal lebih lama dengan kami sampai ia tumbuh lebih kuat, karena
kami khawatir atasnya tinggal di lingkungan yang tak sehat seperti
Makkah. Kami terus meminta sampai akhirnya ibunya menyetujui untuk
mengirimkannya kembali bersama kami.”

Allahumma salli afdalas salaati ‘ala habiibikal Mushtofa Sayyidina Muhammadin wa ‘ala aalihi wasahbihi wasallaam

Catatan Kaki:
[*] diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari versi terjemahan bahasa Inggris di sunnah.org
sumber :http://www.muslimdelft.nl/titian-ilmu/tentang-nabi/dari-kitab-al-mawahib-al-qastallani-8-keajaiban-bayi-muhammad-saw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar