ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Senin, 16 Juli 2018

SEJARAH NAMA KAMPUNG & LOKASI DI KOTA PAMEKASAN

SEJARAH NAMA KAMPUNG & LOKASI DI KOTA PAMEKASAN

- Asal-usul nama kampung Masegit, Parteker, Jungcangcang, Duko, Kolpajung, Kowel, dll.

Sejarah penamaan tersebut bermula pada masa pemerintahan Raja Ronggosukowati (1530 M), raja pertama Kerajaan Mekkasan. Beliau adalah putera dari Raja Nugroho (Panembahan Bonorogo).

Raja Nugroho adalah putera dari Nyai Banu alias "Ratoh Pamellengan" (Ratu Pamelingan), yang saat ini diabadikan menjadi nama stadion Pamekasan. Sedangkan Nyai Banu adalah puteri dari Arya Mengo, pendiri Kerajaan Pamellengan.

MANDILARAS: nama keraton atau istana kerajaan Mekkasan, berlokasi di pusat kota Pamekasan (gedung ex. Karesidenan Madura).

LAWANGAN DAYA: kata aslinya adalah "Klabangan Daja", merupakan nama keraton kerajaan Pamellengan (Raja Nugroho).

Setelah Ronggosukowati menjadi raja, istana kerajaan dipindahkan dari keraton Klabangan Daja ke keraton Mandilaras, dan mengubah nama kerajaan Pamellengan menjadi kerajaan Mekkasan.

MASEGHIT: artinya masjid. Masjid kerajaan dibangun pertama kali pada masa Raja Ronggosukowati, dikenal dengan sebutan Maseghit Ratoh. Para penjaga masjid bermukim di dekat Maseghit Ratoh, dan kemudian disebut kampung Maseghit. Setelah penaklukan Pamekasan oleh kerajaan Mataram (Sultan Agung), masjid tersebut dirobohkan dan dibangun ulang. Pada tahun 1980, masjid tsb diberi nama Masjid Jamik Asy-Syuhada.

PARTEKER: berasal dari kata " ngampar teker" (menggelar tikar). Kampung Parteker merupakan tempat belajar mengaji dengan beralaskan tikar.

PANGERANAN: adalah tempat kediaman para pangeran kerajaan.

MENGGUNGAN: berasal dari kata "tamenggungan", merupakan tempat kediaman para tumenggung kerajaan.

PONGKORAN: berasal dari kata "pongkor", yang artinya belakang. Kampung yang berada di belakang area keraton Mandilaras.

DUKO: artinya mukim. Di kampung inilah untuk pertama kalinya Raja Ronggosukowati membuat tempat pemukiman penduduk di kota kerajaan.

PASAR SORE: pasar pertama yang dibuat di masa Raja Ronggosukowati (tanpa nama, hanya disebut pasar).

KOLPAJUNG: berasal dari kata "panyongkol pajung", yang artinya pembawa payung. Merupakan kampung tempat tinggal para pembawa payung raja.

KOWEL: berasal dari kata "kawula". Merupakan kampung tempat tinggal para kawula atau pegawai kerajaan.

JUNGCANGCANG: berasal dari kata "jung ecangcang". Dahulu perahu bisa masuk ke pinggiran kota melalui sungai, termasuk perahu yang memuat barang dagangan dari luar Madura. Suatu ketika, ada sejumlah perahu yang mirip dengan perahu Jung (yakni nama perahu Cina) masuk ke pinggiran kota. Kemudian semua perahu itu dihancurkan (ecangcang). Lokasi tersebut kemudian dikenal dengan nama Jungcangcang.

MAKAM LENDHU: merupakan makam Raja Nugroho, ayahanda dari Ronggosukowati. Setelah sang ayahanda meninggal, di daerah tersebut terjadi gempa besar (lendhu). Kemudian Raja Nugroho juga dijuluki dengan sebutan Pangeran Lendhu.

MAKAM TOTKACA: nama lain dari kompleks pemakaman Ronggosukowati. Berasal dari kata "Ghathokkaca", yakni sebutan kepada Adikoro I (Raden Gunongsare).

Setelah kerajaan Mekkasan ditaklukkan Mataram, dan pemerintahannya sempat dipegang oleh bupati dari keturunan Cakraningrat I, kemudian dipegang kembali oleh cucu Ronggosukowati, yakni bupati Adikoro I. Dari salah seorang selirnya - yang berasal dari desa Plakpak - Adikoro I memiliki seorang putera yang sangat mirip dengannya.

Saking miripnya, digambarkan kalau keduanya saling berhadapan, mirip sekali dengan orang yang sedang berkaca ("ghathok kaca"). Ghathok artinya sama. Setelah bupati Adikoro I meninggal, makamnya kemudian dikenal dengan nama makam Ghathokkaca, atau Thokkaca. Karena sebutan itu mirip dengan nama tokoh pewayangan - Gatotkaca - akhirnya lebih populer disebut Totkaca.

=====
Sumber:
"Sangkolan - Legenda dan Sejarah Madura", A. Sulaiman Sadik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar