ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Sabtu, 11 Juni 2011

Syair dan Sastra Al-Qusyairy RA

Al-Qusyairy, seperti yang disebutkan oleh as Subky, adalah ahli bahasa dan sastra, seorang pengarang dan penyair. Pada masa kecilnya al-Qusyairy telah mempelajari bahasa Arab dan sastra, sehingga dikenal pula sebagai penyair yang hebat
dan cemerlang. Ali al-Bakhrazy menyebutkan dalam Dimyatul Qashr, mengutip sebagian syairnya, dan menyebut nyebut kebesarannya.

Sebenarnya, dunia tasawuf lebih dominan dibanding kepenyairannya. Anda tidak melihat dalam syair syairnya kecuali mengenai syair tharikat dengan untaian bahasa yang lembut nan indah. Kami sebutkan di antara syairnya yang kami kutip dari Thabaqat asy Syafi'iyah adalah:

Wahai Dzat Yang membuat syukurku menjadi pendek dari kekokohan-Nya,
Setiap bibir kelu bila menjunjung keluhuran-Nya Sedang kemurahan-Nya, Tunggal tiada serupa Melampaui waktu, yang berlalu maupun yang akan tiba;
Tiada abad yang meninggalkan-Nya;
Tiada paksa yang menyentuh Nya;
Tiada singkap yang menampakkan Nya;
Tiada tirai yang menyembunyikan-Nya;
Tiada jumlah yang mengumpulkan-Nya;
Tiada kontra yang menghalangi Nya;
Tiada batas yang memotong Nya;
Tiada tetes yang melimpahi Nya;
Tiada jagad yang membatasi Nya;
Tiada mata yang memandang Nya;
Dan tiada dalam angan yang dilihat;
untuk menyamai Nya;
Keagungan Nya Azali;
Tiada sirna Nya;

Kerajaan Nya abadi;
Tak satu pun dibutuhkan Nya.

Beliau juga bersyair:
Jauhkan padaku hitam legam wahai sahabatku;
Bacakan surat surat doa padaku;
Benar telah kami jawab bagi perintang akal penuh kepatuhan;
Dan kami tinggalkan ucapan Salma dan Maya;
Dan kami membuka lebar bagi pematuh syariat;
Kami anjurkan pematuh hawa nafsu agar melipat dirinya.

Syairnya lagi:
Jangan tinggalkan bakti pada orang tua, ketahuilah;
Pada keluarga kecil;
ada yang terkecil;
Raihlah orang yang di sebelah kanannya;
bakal kau pegang tangan kanan;
Engkau lihat yang kiri di sebelahnya;
Engkau raih tangan kirinya.

Syairnya yang lain:
Bila musim memberimu dengan kesedihan;
Katakanlah, dengan penghinaan yang menakutinya;
Sejenak akan tampak maunya;
Dan selesai setiap urusannya;
Allah meminumkan pada waktu ketika aku menyepi dari wajahmu;
Sedang sirnanya cinta di taman sukaria tertawa;
Kami menghuni masa;
Sedang mata terasa sejuk;
Suatu hari jadilah ciumanmu;
pelupuknya.

Pada bait lain:
Bila engkau sesaat bersama kami tidaklah engkau bersama kami;
Engkau saksikan ketika pamit berpisah;
Engkau yakin di antara tetesan air mata penuh ungkapan kata kata;
Engkau pun tahu di antara kata kata pun penuh air mata.

Syairnya pula:
Bila keadaan keadaan jiwa menolongmu;
Intailah akan sirnanya;
Itu pun tak lebih dari missal pengalaman yang diberikan;
Bila ucapan ucapan busuk menuju padamu;
Maka, busungkan luasnya dada yang tercambuk;
Dan, bersabarlah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar