ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Kamis, 16 Juni 2011

Dari mana ibu memperoleh kemuliaan ini?" Si ibu menjwb: "Krn engkau telah menggunakan satu dinar yg engkau warisi dariku utk mengadakan Mawlid Nabi SAW



Berkat Majlis Mawlid Nabi Muhammad SAW
-------------------------------------
Majlis mawlid adalah majlis dimana kaum muslimin berkumpul utk memperingati kelahiran Junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, menceritakan sejarah, kisah, tarikh dan siroh baginda yang Agung, memuji-muji Allah karena telah mengutus baginda Nabi SAW sebagai rahmat bagi seluruh alam, berdzikir, membaca ayat - ayat al-Quran, bersholawat dan membaca qasidah puji-pujian utk Allah dan kekasihNya, Junjungan kita Nabi SAW. Sungguh, hal ini adalah diantara cara kita utk menjunjung Junjungan kita Nabi SAW. Jika dahulu, kaum musyrikin mencaci Junjungan kita Nabi SAW dengan mendendangkan syair-syair yang mencemooh baginda, maka cemoohan kaum jahiliyyah tersebut telah dijawab pula oleh para sahabat melalui syair-syair mereka yang membela, memuji dan mengagungkan Junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Maka sekarang ini, seakan-akan sejarah ada yang berulang, dimana kaum kafir mencaci-maki, mencemooh, merendah-rendahkan Junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW dengan berbagai cara. Maka sangatlah wajar jika sekiranya kita mengadakan majlis-majlis dimana dalam majlis itu Junjungan kita Nabi Muhammad SAW diagung2kan, dibesarkan, dita'dzimkan, dipuji dan dipuja krn keagungan baginda Nabi SAW, krn akhlak mulia baginda, krn baginda adalah rahmat bagi sekalian alam. Maka amat tidak wajar bagi seseorang yang mengaku dirinya muslim sbg pengikut dan Ummat Junjungan Nabi Muhammad SAW untuk merasa benci kepada saudara-saudara seagama yang mengadakan jam'iyyah yg senantiasa dalam acara tsbt selalu memuji dan mengagungkan Junjungan kita Nabi SAW. Oleh karena itu marilah majlis-majlis mawlid ini terus dilestarikan,
dan diabadikan.

Ada satu kisah dalam "Targhiibul Musytaaqiin" karangan al-Imam an-Nawawi ats-Tsani, Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani rahimahUllah, diceritakan oleh Syaikh Abdullah bin 'Isa al-Anshari tentang jironnya/ tetangganya yaitu seorang wanita yang sholehah. Jirannya itu mempunyai seorang anak lelaki yang juga sholeh. Wanita yang sholehah ini tidak mempunyai harta selain satu dinar hasil kerja tenunnya. Tatkala wanita tersebut meninggal dunia, uang satu dinar tersebut diwarisi oleh anaknya. Anaknya yang sholeh tersebut berkata kepada dirinya bahwa uang satu dinar hasil kerja ibunya itu hanya akan dibelanjakan untuk tujuan akhirat.

Pada suatu hari, pemuda anak perempuan sholehah tersebut keluar dari rumahnya, krn ada suatu keperluan, yaitu menghadiri satu jam'iyyah/ kumpulan orang yg sedang membaca al-Quran dan mengadakan Mawlid Nabi Muhammad SAW pada bulan Rabi`ul Awwal. Lalu dia pun duduk bersama mereka dan mengikuti majlis mawlid tersebut. Pada malamnya, pemuda tersebut telah bermimpi seolah-olah kiamat telah datang dan seorang penyeru menyeru: "Dimanakah si fulan anak si fulan", disebutnya nama-nama orang yang dalam satu jam'iyyah/ kumpulan tadi, lalu digiringlah mereka ke surga, dan adalah pemuda tersebut termasuk dalam rombongan mereka. Tatkala memasuki surga, si penyeru tadi berkata: "Bahwasanya Allah telah memberi setiap kamu sebuah mahligai dalam surga." Maka masuklah si pemuda tadi ke dalam mahligainya, tidak pernah dia melihat mahligai tsbt dari segi keelokan dan keindahannya. Dia dipenuhi bidadari dan pada segala pintunya dijaga oleh khadam/pelayan. Pemuda tersebut melihat bahwa ada mahligai-mahligai lain yang lebih elok dari mahligainya, lalu dia pun ingin memasukinya. Tatkala terbersit hatinya untuk memasuki mahligai tersebut, khadam/pelayan tsbt bekata kepadanya: "Ini bukanlah untukmu, bahwasanya ini diperuntukkan bagi orang yang membuat / mengadakan mawlid Rasulullah SAW."

Keesokan harinya, pemuda tersebut pada pagi-pagi buta, langsung menggunakan/ mensghodaqohkan satu dinar warisan dari ibunya tersebut untuk mengadakan Mawlid Nabi SAW krn sangat senangnya dengan mimpinya itu. Dia mengumpulkan para faqir untuk berdzikir kepada Allah, membaca al-Quran dan membaca Mawlid Nabi SAW. Dia juga menceritakan tentang mimpinya itu kepada mereka, lalu mereka semua merasa gembira mendengar ceritanya itu. Pemuda tersebut telah bernadzar untuk tidak meninggalkan utk mengadakan mawlid Nabi SAW selama hayatnya.

Kemudian, si pemuda tadi telah bermimpi lagi dan dalam mimpinya itu dia telah bertemu dengan ibunya. Ibunya berada dalam keadaan yang amat baik, berhias dengan segala perhiasan surga dan berwangian dengan bauan surga. Pemuda tersebut mencium tangan ibunya dan ibunya mengecup kepalanya lalu berkata: "Moga Allah membalasmu dengan kebaikan, wahai anakku, malaikat telah datang kepadaku membawa segala perhiasan ini." Si pemuda bertanya kepada ibunya: "Dari manakah ibu memperoleh kemuliaan ini?" Si ibu menjawab: "Krn engkau telah mempergunakan satu dinar yang engkau warisi daripadaku untuk mengadakan mawlid Penghulu orang-orang terdahulu dan orang-orang yang kemudian, dan inilah balasan bagi orang yang mengagungkan Nabinya dan mengadakan mawlid baginda Nabi SAW."

Inilah sebuah i'tibar utk kita bhw kisah/ cerita mimpi seorang yang sholeh yang diberitakan/ diriwayatkan oleh seorang yang sholeh dan dinukilkan pula oleh seorang yang sholeh pula. Semoga kita mendapat ada keberkahan dari kesholehan mereka, sehingga kita digolongkan dalam kalangan mereka yg sholeh. Dan Mudah-mudahan kisah mimpi itu adalah suatu mubasysyiraat sebagaimana yang disabdakan oleh Junjungan Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari:-



"Tiadalah tinggal dari kenabian / nubuwwah melainkan khabar-khabar gembira." Para sahabat bertanya: "Apakah itu al-mubasysyiraat?" Junjungan SAW bersabda: "Mimpi yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar