ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Jumat, 10 Juni 2011


8. Irodat

- إلارادة : هي صفة قديمة قائمة بذاته تخصص الممكن ببعض ما يجوز عليه كالعلم و الجهل و الطول و القصر و نحوها فالله سبحانه و تعالى هو المبدئ المعيد الفعال لما يريد لا راد لامره قال الله تعالى { إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَآ أَرَدْنَاهُ أَن نَّقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ }  و الدليل العقلي على ذلك وجود العالم لأنه لو لم يكن مريدا لكان مكرها و لو كان مكرها لكان عاجزا و لو كان عاجزا لما وجد هذا العالم  فيستحيل عليه سبحانه و تعالى ضدها و هو الكراهة

8- IRADAH
Iradah (Berkehendak) adalah Sifat Ma’ani yang artinya Allah berdiri dengan dzat-Nya dan menentukan sesuatu dengan kemungkinan-Nya. Dalam arti lain bahwa Allah mungkin (boleh atau tidak boleh) berkehendak untuk bertindak atau menentukan segala sesuatu sesuai keinginan-Nya. Allah memiliki kehendak yang sangat luas. Dia mungkin berkendak memberikan kekayaan kepada orang yang Dia kehendaki dan Dia bisa pula mencabut kekayaannya. Dia mungkin berkehendak memberi kemuliaan kepada orang yang Dia kehendaki dan pula Dia mungkin mencabut kemuliaannya. Di tangan Allah segala kehendak. Allah maha kuasa atas segala sesuatau yang Dia kehendaki, tidak seorangpun yang mampu menahan kehendak-Nya. Dan segala yang terjadi di dunia berjalan sesuai dengan keinginan dan kehendak Allah.
إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَآ أَرَدْنَاهُ أَن نَّقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
” Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Kun (jadilah)”, maka jadilah ia.” (an-Nahl: 40).
Adapun lawan dari sifat Iradah adalah Karahah yang mempunyai makna terpaksa, maksudnya mustahil Allah berbuat sesuatu karena dengan paksaan atau terpaksa atau tidak dengan keinginan dan kehendak-Nya sendiri. Allah memiliki sifat selalu berkeinginan atau berkehendak. Keinginan dan kehendak Allah sesuai dengan kemauan-Nya sendiri, tak ada rasa terpaksa atau dipaksa oleh pihak lain, tidak ada tekanan atau mengharap imbalan. Kehendak Allah juga tidak dipengaruhi oleh pihak lain,  kehendak-Nya tidak terbatas, dan dapat melakukan apa saja tanpa memberi kuasa kepada yang lain. Begitu pula Allah mungkin mencegah kehendak-Nya dengan kehendak-Nya sendiri, tidak ada satu makhlukpun yang bisa mencegah kehendak-Nya.
Manusia juga berkehendak, tapi kehendak manusia adalah terbatas pada kemampuannya sendiri. Manusia boleh berkehendak, namun Allah juga yang menentukan hasilnya. Berapa banyak seseorang berkehendak menginginkan sesuatu tapi ia tidak memperolehnya karena Allah berkehendak yang lain. Bercita cita adalah suatu hal yang baik tapi keberhasilan cita cita itu berada pada kehendak Allah. Di atas kehendak manusia masih ada kehendak Allah.
Uraian di atas menunjukkan bahwa manusia itu lemah dan memiliki keterbatasan, sedang Allah Maha Kuasa memiliki segala kehendak yang tidak terbatas. Meskipun demikian, Allah menyukai manusia yang berusaha dan berkehendak, namun semua kembali kepada kehendak Allah dan kita harus menerima apapun hasilnya.

sumber:http://hasanassaggaf.wordpress.com/2010/06/01/iradat/?preview=true&preview_id=80&preview_nonce=d68f78405e

Tidak ada komentar:

Posting Komentar