ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Minggu, 29 Oktober 2017

Mbah KH.Nur Salim Dan Sejarah Pon.Pes.Daru Mafatihil Ulum Podokaton Pasuruan

Sejarah DMU

Pondok Pesantren DARUMAFATIHIL ULUM atau lebih simpelnya kita kenal denga sebutan DMU (baca; de-em-u) terletak di Dusun/Pedukuan Podokaton Desa Bayeman Kecamatan Gondangwetan dalam wilayah Kabupaten Pasuruan, berjarak + 20 KM arah tenggara dari kota Pasuruan, dengan luas 2 H Pondok pesantren Darumafatihil Ulum ini dalam sejarah perkembangannya mempunyai beberapa fase :
Fase merintis. Dimulai dengan pendiriannya yaitu pembabatan alas dan di bangunnya musolla dengan luas 6 x 8 M oleh KH Zainal Abidin pada tahun 1784 atau sekitar berumur 226 tahun dihitung sejak berdirinya Musolla. Dihitung dari KH. Zainal Abidin. Namun, Kalau dihitung dari Mbah Azkiya’ Kakek dari KH. Zainal Abidin Maka Pondok Pesantren Darumafatihil Ulum ini berumur lebih dari itu. Karena dalam sejarahnya Mbah Azkiya’ (Putu dari Mbah Sakaruddin Keboncandi termasuk Putra dari Mbah Soleh Semendi) ini yang pertama kali membabat alasan didaerah Podokaton 100 M dari Pondok Pesantren Tepatnya Kampung Kejeron dengan membangun Masjid yang sekarang bernama Masjid Azkiya’, Mbah Zainal Abidin Sebagai putu merupakan ahli waris dari Mbah Azkiya’, dan Mbah Zainal Abidin asal Dalemnya Juga di Kejeron Timur sendiri paling dekat dengan Jalan Raya Podokaton namun kerena Mbah Zainal Abidin Yang Umurnya waktu itu Masih Muda tapi kealimannya sudah tersohor kemasyarakat luas Mbah Zainal memilih untuk pindah konon beliau khawatir dikatakan hadang-hadang tamu, soalnya dibarat dalem beliau mayoritas para kiyai, akhirnya beliau pindah. Nah kalau kita hitung dari Mbah Azkiya’ Maka Umur Pondok Pesantren ini sekitar tiga ratus enam puluh (360) tahun dihitung sejak keberadaan santri (dengen prediksi umur Kiyai Suhadak dan Mbah Azkiya’. 

Mbah Zainal Abidin pertama kali Memulai penyalenggaraan pendidikan pondok pesantren Darumafatihil Ulum ini hanya bergerak dalam bidang pengajian Al-Quran dan sejumlah kitab-kitab klasik tentang tata cara beribadah serta akhlak dalam kehidupan sehari-sehari dengan jumlah santri 30 orang yang rata-rata berumur 35 tahun, maklum pada Zaman Penjajah waktu itu masih mines pendidikan dan harus sembunyi-sembunyi dari para penjajah.

fase pengembangan I dimulai dengan bergantinya pengasuh waktu itu, dari KH Zainal Abidin ke KH. Nizdhomuddin (anak tertua) Namun tidak lama KH Nizdhomuddin wafat dan di gantikan oleh adiknya yang baru datang mondok di Mekkah Al Mukarromah Yaitu Mbah KH Moh Nur salim.

Ketika kepemimpinan di pegang oleh Mbah KH Moh Nursalim pondok pesantren Dadrumafatihil Ulum ini mulai berbenah diri untuk mencari jati dirinya dari sini pula jumlah santri lambat laun mulai meningkat dan mulai membangun sebuah asrama pemukiman santri di selatan dan utara musolla yang terbuat dari bambu (gedhek) terdiri beberapa kamar dengan ukuran yang sempit lebar ± 1 M panjang ± 2 M konon agar santri tidak suka tidur, Memang dengan ukuran yang sekian santri akan sulit untuk tidur (harus Melungker). dan sekarang asrama gedhek tersebut hanya tinggal di utaranya musolla saja dan masih terawat dengan baik. asrama tersebut banyak sekali meninggalkan kenangan dari mbah Nur salim salah satunya adalah dauh beliau yang tinggal di kamar nomer dua dari timur akan menjadi kiayi, dawuh beliau kepada salah satu santri “nak ojok ngaleh ngaleh teko kamar iki lek pingin dadi kiai”(anak ku jangan pindah pindah dari kamar ini kalau kamu ingin jadi kiai) s dan ternyata memang terbukti bahwa santri yang pernah tinggal di kamar itu dizaman Mbah Nur Salim menjadi kiai ada juga kamar tinggalan Mbah Nur salim yang unik, dimana kalau santri menghafalkan di kamar itu akan cepat hafal dawuh mbah Nur pada santri nya “seng meneng kamar iki lek apalan cepet apal”(yang tinggal di kamar ini kalau hafalan akan cepat hafal) dan santri yang tinggal dikamar itu memang merasakan kalau hafalan itu akan cepat hapal.

System yang diajarkan waktu itu mulai di tambah dengan mengadakan pengajian kitab kelasik (kitab kuning) yang diasuh langsung oleh KH Nur Salim dan dibantu oleh KH Dahlan dan KH Nawawi (mantu KH Nidzomuddin) , KH. Nizar Rojogunting sebagai santri senior dan juga dibantu oleh putra Mbah Nur Salim yang masih muda yaitu KH DJasim Nur dengan mengadakan metode sorogan kitab seperti awwalu, sullam, jurmiyah dll, karena Dulu, rata-rata pesantren hanya mengenal metode pengajaran (ta’liem) model 1.Bandongan (kiai yang aktif membaca kitab dan para santri mendengarkan sambil ngesahi, menulis makna lafal-lafal sesuai yang didengar dari sang kiai) dalam halqah (keriungan santri mengelilingi sang kiai); dan 2. Sorogan (santri yang aktif membaca kitab, kadang menuliskannya, dan menerangkannya di depan kiai). Tidak ada klas, kurikulum dan syllabus atau Tingkat-tingkat biasanya hanya ditentukan oleh kitab-kitab yang diajarkan; misalnya untuk Nahwu dan Fikih, dimulai dari tingkat Jurumiyah (kitab dasar nahwu) dan Sullam Safienah (kitab dasar fikih), tingkat ‘Imrithy dan Taqrieb, tingkat Alfiyah dan Fathul Mu’ien, tingkat Ibnu ‘Aqiel dan Fathul Wahhab, dst. Bahkan Metode ini Oleh Mbah KH. Djasim Nur diteruskan sampai beliau wafat, setiap ba’da dhohor yang sekarang diteruskan oleh mantu beliau KH. Ma’ruf Arifi

pondok pesantren Darumafatihil Ulum ini sejak berdirinya hingga sekarang masih berbentuk salaf dimana dalam system pendidikan atau pengajarannya tidak meninggalkan tradisi-tradisi salaf, maka dari itu pada mulanya pesantren ini bernama Pondok Pesantren SALAFIYAH namun oleh Mbah KH. Nur Salim diganti dengan Darumafatihil Ulum hingga sekarang.

Fase pengembangan ke II dan fase ini di tandai dengan terbangunnya madrasah Ibtidaiyah pada tahun 1952 oleh KH Nur Salim, karena santri yang mengaji didalem beliau sudah tidak mencukupi. Pemasangan pondasi pertama kali dibantu masyarakat yang dihadiri olah camat gondangwetan waktu itu dan segenap masyarakat kecamatan gondangwetan. Dari banyaknya masyarakat yang datang mau cari tempat untuk memasang bata saja sangat sulit dan harus berebutan tutur P. Taqim yang termasuk salah satu sukarelawan, Dengan takbir tiga kali yang di komando oleh Mbah KH. Nur Salim dipasanglah pondasi pertama namun madrasah ini belum seratus persen selesai masih banyak perubahan disana sini

Seiring berkembangnya pondok pesantren Darumafatihil Ulum ini akhirnya di kenal luas oleh masyarakat dan KH Moh Nur saalim pun banyak tersita waktunya untuk pengajian diluar pesantren (santri luar pesantren). Tinggal KH DJasim Nur saja yang mengrusi pondok pesantren bahkan beliau sendiri sering pengajian keluar pesantre membantu ayahandanya karna usia Mbah Nur Salim yang sudah sepuh. akhirnya Mbah Nur salim memboyong KH Hasyim Rofi’I untuk membantu mengembangkan pondok pesantren Darumafatihil Ulum dalam bidang pendidikannya.

Fase pengembangan ke III ditandai meluasnya daerah dan bidang kerja pondok pesantren serta pemantapan lembaga-lembaga yang berada di bawah naungan pondok pesantren. pertama, pembangunan dalam system kurikulum madrasah ibtidaiyah. setelah pembangunan ibtiiayah selesai, system kurikulumnya masih belum tertata akhirnya KH. Hasyim Rofii membawa santrinya waktu masih mondok di bendo Kediri yang juga merupakan pondoknya KH. Djasim Nur ke pondok pesantren yaitu Gus Basuni yang berasal dari jember, Gus Basuni inilah yang di suruh membenahi kurikulum Pondok Pesantren DMU oleh KH. Hasim Rofii agar dikiblatkan kepondok pesantren bendo Kediri seperti alfiah ibnu malik, matan jurmiah, qowaidul I’rob dan lain lain. KH. Hasim Rofii juga mendatangkan Pak Sodik santri dari Sidogiri Pasuruan yang mana pondok pesantren tersebut sudah lebih dulu maju untuk membenahi kurikulum DMU seperti faroid dan mantek.

Berdirinya Madrasah Tsanawiyah Putra
Dengan adanya pembenahan kurikulum akhirnya madrasah ibtidaiyah semakin berkembang bahkan santri pun sudah lebih dari 300 santri, Pada awal bulan sawal tahun 1970 terbentuklah susunan pengurus sebagai berikut :
Pengasuh : KH. Djasim Nur
Kepala Pondok : KH. Hasyim Rofi’I
Ketua : K. Zahid
Kepala Pendidikan : KH. Ibrohim
Atas terbentuknya kepengurusan tersebut akhirnya Pondok Pesantren Darumafatihil Ulum semakin mantap untuk melangkah kedepan dengan dibukanya madrasah Tsanawiyah, dengan susunan Pengurus sebagai berikut :
Pengasuh : KH. Djasim Nur
Kepala : KH. Ibrohim Wonojati
Kepala Guru : Ust M. Shodiq Muda’i
Sedangkan murid pertama Tsanawiyah Pondok Pesantren Darumafatihil Ulum waktu itu masih sedikit yaitu 1. KH. Mas Muzayyin Podokaton 2. K. Mas Na’ti Menyarik 3. KH. Zainuddin Karangtengah 4. P. Romli Ranggeh 5. M. Badar Tambakrejo 6. Mas Abdul Qadir Kalimalang 7. Ust. Suparman Umbulan. Dan Tsanawiyah waktu itu masih sampai jenjang Kelas II disamping murid-muridnya sedikit yang meneruskan keTsanawiyah adalah murid yang sudah besar (senior) Bahkan kalau gurunya datang muridnya masih belum ada maka terpaksa guru harus berkeliling pondok pesantren untuk mencari murid.

Program Tugasan
Tiga tahun berlalu dan para santri masih kurang minat untuk melanjutkan kejenjang Tsanawiyah, akhirnya pada tahun 1973 para pengurus pondok pesantren Darumafatihil ulum Mencari cara untuk memajukan Madrasah Tsanawiyah, salah satunya adalah dengan memprogramkan Tugasan Kedaerah Madura, namun program ini tidak begitu mudah ! banyak sekali rintangan yang harus dihadapi salah satunya adalah penolakan dari tempat yang akan ditempati guru tugas dengan berbagai macam alasan, salah santu santri yang pertama kali ditugas yaitu P. Asmawi dari Getah didaerah Trageh Bangkalan Madura dengan Tuan rumah P. Sihab waktu itu tidak mau menerima karena katanya Masyarakat tidak mau kalau ada tugasan dari selain Pondok Sidogiri namun Pengurus waktu itu meminta kesempatan untuk mencoba dengan sedikit memaksa akhirnya diterima dan Alhamdulillah dapat mengharumkan nama Pondok Pesantren didaerah Madura dan lambat laun merambah keberbagai daerah seperti Pamekasan, Sampang, luar Madura seperti Surabaya Jember, Probolinggo Dll. Dengan adanya Program Tugasan itu akhirnya Madrasah Tsanawiyah berkembang.

Dan mulai tahun 2007 Pondok Pesantren Darumafatihil Ulum memprogramkan tugas romadlonan kedaerah-daerah yang masih mines Islamnya, seperti Keduwong/Tengger, Pusung malang dan Galeh. Tugasan romadlon selam 3 tahun ini telah dapat dirasakan hasilnya dengan semakin berkembangnya islam disana, seperti desa Pusung Malang dulu pertama kali mengirim santri kesana masih belum ramai kegiatan-kegiatan keagamaan kalah dengan desa Wonogriyo, namun sekarang sudah seramai wonogriyo bahkan lebih. Program ini tujuannya Pertama pembelajaran bagi santri khususnya yang sudah senior untuk beda’wah menghadapi masyarakat dan memperaktekkannya langsung. Dan kedua sesuai dengan difinisi dari da’wah yang diuraikan oleh KH. Sahal Mahfud “mendorong (memotifasi) untuk berbuat baik, mengikuti petunjuk Allah, menyuruh orang mengerjakan kebaikan, melarang mengerjakan kejelekan, agar bahagia didunia dan akhirat.

Berdirinya Madrasah Tsanawiyah Putri
Santri putri dulu banyak yang mondok keIbu Nyai Nasihah dari Jombang Istri KH. Abd Somad Cucu Dari Mbah Nidom (kakak Mbah Nur Salim) dibarat Dalem Gus Rohmatulloh. namun Ibu Nyai Nasihah pindah ikut KH. Abd Somad Ke Wonojati Lalu kesidogiri akhirnya santri-santrinya banyak yang pindah ketimur. Akhirnya santri putri waktu itu makin banyak maka pada tahun 1974 dibangunlah madrasah Tsanawiyah Putri. Pesatnya santri putri dimulai sejak pengasuh dipegang oleh KH. Djasim Nur karena Mbah KH. Nur Salim dulu tidak menerima santri putri bahkan beliau melarang cucu-cucu putrinya untuk menulis seperti Ibu Nyai Maryam Istri Mbah KH. Hasyim Rofi’I yang tidak bisa menulis karena dilarang belajar nulis oleh Mbah KH. Nur Salim. Dan pada tahun itu pula pondok pesantren Darumafatihil Ulum berada dalam masa keemasan, pondok pesantren Putra dan Putri mencapai lebih dari 1000 santri.

System pendidikan takror
Takror atua tikror adalah kata dasar (masdar) dari karroro yang berarti mengulangi yakni mengulas ulang pelajaran yang sudah dipelajari dari sekolah/ngaji. System belajar dengan takror / mengulangi pelajaran ini merupakan warisan dari para salafussoleh. Seperti yang tertera dalam sebuah kitab ta’limul muta’llim fitoriqit ta’lim watta’allum dijelaskan hendaklah kalian tolabul ilmi (pencari ilmu) mengulangi pelajaran hari ini lima kali dan sebelum hari ini empat kali dan seterusnya. System takror ini diikuti oleh para santri khususnya yang masih bersekolah Ibtidaiyah/Tsanawiyah dengan jenjang kelas di sekolah, ada yang membaca dan mengartikan lalu menerangkan dan disusul dengan diskusi tasawwur/kronolofi masalah, dan waktunya ba’da maghrib sampai isya’ waktu itu dan sekarang ba’da isya’ sekitar jam 08.00 – 0930 wib

Musyawarah dan bahtsul masail
Perkembangan pesantren dalam pendidikan juga sudah mulai pesat dengan diadakannya musyawarah pada tahun 1975 namun masih belum sempurna musyawarahnya masih belum formal yaitu diadakan dikamar-kamar santri dan yang mengikutinya pun santri senior saja. Baru pada tahun 1985 dengan datangnya KH. Abdulloh Muhsin dari Mondok akhirnya musyawaroh ini diformalkan. System pendidikan Musyawarah ini adalah tukar pendapat dalam memahami kitab-kitab kuning, para santri dituntut untuk memahami kitab kuning dari segi Fiqih tafsir dan hadist tidak jarang juga diulas sekitar nahwu (ilmu gramatika arab) usul fiqih (teori hukum) mantic dan balaghohnya, dan saat ini untuk lebih memudahkan dalam system pembelajaran maka musyawaroh di pondok pesantren dibagi, adakalanya nahwu (sebuah bekal alat untuk memahami kitab) sebagai refrensi adalah kitab Al-Jurmiyah karya Imam sonhaji ditingkat ibtidaiyah dan Alfiyah Karya Imam Ibnu Malik ditingkat Tsanawiyah, yang dilaksanakan tiap malam Rabu. untuk Fiqih ada tingakat yunior sebagi refrensinya adalah kitab Fathal Qarib karya Imam Ibnu Qasim dan kitab Fathal Mu’in Karya Al-Malibari ditingkat senior. Setiap malam Jum’at Dan malam Selasa.

Untuk menjawab dan memecahkan permasalahan-permasalahan yang actual dan juga factual untuk dijadikan solusi problematika hukum dimasyarakat adalah Bahtsu Al-Masail. Dengan referensi dari Kitab-kitab kuning yang merupakan hasil kerja keras para ulama' klasik yang menyimpan segudang jawaban atas permasalahan-permasalahan masa lalu dan masa yang akan datang. Permasalahan kadang datang dari masyarakat sekitar yang membutuhkan jawabannya, dalam hal ini maka santri Pondok Pesantren Darumafatihil Ulum akan memecahkan dan mencarikan solusinya melalui forum bantsul Masail yang diadakan setiap dua Minggu sakali, dan pada tahun 1999 pondok pesantren Darumafatihil Ulum mengadakan bahtsul masail kubro dalam rangka haul Mbah KH. Nur Salim dengan mengundang para delegasi dari pondok-pondok pesantren lain baik dalam Pasuruan ataupun luar Pasuruan untuk munumbuhkan semangat santri dan ukhuwah islamiyah antar pondok pesantren dan alumni.

Dari sejarahnya, Pondok Pesantren sebenarnya telah mengenal musyawarah dan bahtsul masail sejak zamannya Mbah Nur beliau sering sekali diundang untuk membahas masalah hukum yang diadakan oleh NU bahkan KH. Nizar Santri Senior waktu itu sering diajaknya. Dizamannya KH. Rofi’I beliau pun sudah sering diundang oleh NU, suatu ketika KH. Zainal Abidin Rembang membuka suatu masalah tentang masalah Asuban yang Oleh KH. Zainal Abidin perbolehkan masalah ini membuat banyak ulama mendebatkannya dengan berbagai Refrensi namun KH. Zainal masih belum taslim, akhirnya pada suatu kongres yang waktu itu dihadiri oleh KH. Hasym Rofi’ai akhirnya KH. Zainal Abidin taslim pada pendapatnya Mbah KH. Hasym Rofi’i.

Pencak silat PAGAR NUSA
Pada tahun 1988 dalam acara Haul Mbah Nur Salim mengundang Pencak silat Dari Mancilan. Dari situ pengurus pondok pesantren mempunyai inisiatif bagaimana kalau pondok pesantren mengadakan Ekstrakurikuler Pencak silat. Dengan mengundang pelatih Drs. M. Hottib dan Darmanto Dari Mencilan waktu itu beranggotakan sekitar 50 santri. Hingga berjalan sampai pada tahun 1990. Pada tahun itu Pagar Nusa dibawah naungan Pengurus Pusat KH. Ma’sum Lirboyo setiap malam jum’at legi didatangi pelatih dari Lirboyo yaitu Pak Latief dan Pak Minto.
Karena kebutuhan pagar Nusa diharuskan menjiwai senam wajib akhirnya pagar Nusa Mendatangkan pelatih dari Bangil Yang bernama Pak Suwari berjalan Hingga sampai 1995.
Asal mula PORSADA
Pada tahun 1989. 1 tahun setelah dibukanya IKSADA (ikatan santri Darumafatihil Ulum) tiap malam ahad para pengurus pagar nusa rapat yang bertempat di TPQ Raudlotul Atfal yang dipimpin oleh KH. Abdul Halim Djasim. Yang membuahkan hasil nama PORSADA yang semula Poras. Nama poras ini tidak disetujui oleh KH. Abdul Halim yang lalu diganti dengan PORSADA (persatuan olahraga santri Darumafatihil Ulum).
Perjalanan porsada ini dari tahun ketahun telah menunjukkan keberhasilannya beberapa kejuaaraan telah berhasil disandang berturut-turut oleh para santri dari Pagar Nusa. Pada tahun 1991 Porsada mengirim 3 atlit Kemalang yang kesemuanya menjadi juara, Abdus Syakur Juara I tingkat B, Usman Juara I Tingkat A, Ajid Juara II tingkat Seni.
Pada tahun 1992 diadakan kejurda Di Pon Pes Lirboyo Porsada Juga mengirim dengan membawa pulang Juara I Kelas A Syamsul Arifin, Juara I kelas bebas As’ari.
Pada tahun 1994 kejurda di Unisma malang Porsada Darumafatihil Ulum pun tidak kentinggalan dengan membawa pulang juara Dikelas B.
Dan pada tahun 2001 kejurda di Unisma Malang juga, lagi-lagi Porsada menyandang beberapa juara. Nur Kholis Majid juara II Tingkat Jatim dengan Sulaiman Juara III Tingkat Jatim. Dan masih banyak lagi juara-juara yag disandang oleh santri Porsada. Dengan itu Porsada telah membuktikan kejayaan dan keberhasilannya.
Keberhasilan Porsada tidak lepas dari bumbingan dan semangat dari Hadratus Syekh KH. Djasim Nur (alm) pernah suatu ketika beliau sedang sakit. Saat itu hari jum’at para santri mengadakan latihan dilapangan timur. Dan kebetulan KH. Ma’ruf Arifi melihat teman santri yang sedang latihan. Dan memukul ketipung dengan sangat merdu, mendengar tabuhan KH. Ma’ruf Arifi yang begitu merdu Mbah Djasim Nur keluar dari dalem walau dalam keadaan sakit, untuk melihat juga dan kembali lagi kedalem untuk berganti baju dan beliau kembali lagi dengan memakai kelambi putih dan celana putih. Dan beliaupun ikut menabuh ketipung dan melatih teman-teman santri. Beliau berpesan “berjuang iku gak harus ambek pidato, moco kitab, tapi biso ugo ambek silat” (berjuang membela agama itu tidak harus dengan pidato, dan membaca kitab, tapi bisa juga dengan Pencak silat).


Maktabah (perpustakaan)
Awal mula adanya maktabah adalah dengan meningkatnya musyawarah dan bantsul masail pondok pesantren, waktu itu pondok pesantren sudah mulai mendapat undangan delegasi keberbagai pondok. Tentu santri yang didelegasikan lebih membutuhkan banyak refrensi dari berbagai kitab. Dan untuk mewujudkan sarana penunjang yang handal untuk aktifitas pedalaman, pengembangan, serta penelitian ilmu pengetahuan agama islam. Pondok pesantren darumafatihil ulum menyediakan prasarana maktabah
Dengan fasilitas:
Ruang baca.
Layanan surat pinjam.
Computer.
Koleksi.
1. Al-Qur’an
2. Fiqih Madzahabul Arbaah
3. Tafsir
4. Hadist
5. Tasawuf dan ahklak
6. Emsiklopedi dan sejarah
7. Karya Umum
Pengadaan maktabah di anggarkan dari pondok pesantren, yang setiap tahunnya Dua Juta Rupiah 2000.000,- sampai saat ini tahun 2010 M/1431 H Berjumlah 400 exlamper dengan 160 judul dan 150 dari karya umu.
Syarat meminjam untuk di bawa keluar ruangan sebagai berikut :
1. Daftar Nama Lengkap KTP
2. paling lama 7 hari
3. hilang rusak ditanggung peminjam

Fungsi dan mekanisme kerja pengurus Pondok Pesantren Darumafatihil Ulum Podokaton

1. Majlis kelurga/musyawaroh
Seluruh kelurga masyayich (bani Djasim Nur Dan Bani Hasim Rofi’i)
Menyuarakan keinginan-keinginan kelurga yang dituangakan dalam satu keputusan, masing masing anggota mempunyai hak dan kewajiban yang sama setiap keputusan yang diambil harus disepakati oleh seluruh anggoata (anggota satu)
Mengangkat dan memberhentikan pengurus pusat
Mengoreksi dan mengesahkan program kerja yang diajukan pengurus pusat
Memberi nasehat dan peringatan pada pengurus pusat melalui ketua dewan bila diperlukan
Mengikuti sidang pleno pengurus pusat setiap 3 bulan sekali

2. ketua umum / pengurus pusat
Lembaga pelaksana dari keinginan /keputusan majlis keluarga
Bertindak sebagai coordinator dari seluruh ketua-ketua bidang, sekaligus sebagai pemimpin bagi bawahannya (ketua bidang)
Mengangkat dan memberhentikan ketua bidang setelah mendapat persetujuan dari dewan masyayech/majlis kelurga
Meminta laporan dari masing masing ketua bidang
Mengadakan rapat bulanan deb]ngan anggota pengurus pusat
Mengadakan rapat pleno setiap 3 bulan sekali
Membuat anggaran pendapatan dan belanja pondok dan madrasah
Membuat kebijaksaan yang tidak bertentangan dengan kebijak sanaan dewan masyayeh
Membetuk taem pemeriksa keuangan setelah berkonsultasi kapada masyayeh
Bertanggung jawab kepada dewan masyayeh /majlis kelurga yang di sertai laporan tertulis

3. Sekertaris umum/pusat
Mendampingi dan membantu ketua umum dalam melaksanakan tugasnya
Membuat ma’lumat pondok pesantren dan madrasah
Membuat dan mencatan surat keluar dan masuk
Membuat notulen hasil rapat
Mengisi data statistic seluruh lembaga
Menandatangani surat surat bersama ketau umum

4. Bendahara umum/pusat
Menerima dan memcatat keuangang
Menyimpan dan mengeluarkan uang dengan sepengetahuan ketua umum dan sekertaris umum
Bertanggung jawab kepada ketua umum

5. ketua I (BID. Pendidikan madrasah)
Menyusun seluruh kurikulum mata pelajaran dari seluruh tingkatan
Menyusun program pendidikan setiap tahun
Mengangkat dan memberhentikan tenaga guru, tenaga kantor dan kepala sekolah setelah mandapat persetujuan dewan masyayeh
Menentukan bisyaroh masing masing guru, tenaga kantor dan kepala sekolah atas eprsetujuan ketua umum dan dewan masyayeh
Menentukan besar kecilnya I’anah madrasah dengan memperhitukan kebutuhan dan usulan dari masing masing kepala sekolah
Menentukan target pancapaian mata pelajaran masing masing kelas
Berupaya meningkatkan kwalitas guru
Mengevaluasi hasil belajar siswa
Membuat jadwal pelajaran serta menentukan gurunya
Membuat tata tertib guru dan kepala sekolah
Mengevaluasi dan meninjau kembali kurikulum bila di perlukan
Mengadakan rapat bulanan disertai laporan masing masing kepala sekolah
Menegur, member peringatan kepala sekolah dan guru

6. ketua II (BID. Pondok pesantren)
Membuat program umum dalam kemajuan pondok pesantren
Berupaya mengharumkan pondok pesantren dimata masyarakat sehingga masyarakat ikut memiliki
Bertanggung jawab atas berjalannya kepengurusan pondok
Mengambil kebijaksanaan dalam keputusan rapat dengan tidak bertentangan dengan kebijak sanaan pengurus pusat
Mengadakan rapat rutin setiap bulan dengan bawahannya
Membuat laporan tertulis kepada pengurus pusat
Mempertanggung jawabkan tugasnya kepada pengurus pusat

7. wakil ketua (BID. PON PES)
Mendampingi dan membantu ketua dalam melaksanakan tugasnya
Menggantikan ketua dalam tanggungjawab dan wewenangnya jika ketua ada udzur
Bertanggung jawab kepada ketua
8. sekertaris pondok pesantren
Mendampingi dan membantu kepala pondok dalam melaksanakan tugasnya
Mencatat dan mengadakan surat keluar dan masuk
Memasukan data santri baru dalam buku induk
Menangani pembuatan kartu santri
Menandatangani surat surat bersama ketua
Bertanggung jawab kepada ketua

8. Bendahara pondok pesantren
Menerima dan mencatat keuangan
Menarik iyuran pesantren
Mengeluarkan uang atas sepengetahuan ketua
Menginvestarisir kekayaan pondok dan mengontrolnya


SEKSI SEKSI
PENDIDIKAN DAN PENGAJIAN
• Mengawasi lancar dan tidaknya jalanya musyawaroh dan takror
• Berusaha meningkatkan mutu pendidikan santri
• Membentuk pengurus musyawaroh dan takror
• Bertanggung jawab kepada kepala pondok

KETERTIBAN DAN KEAMANAN
• Menjaga ketertiban dan keamanan baik di luar maupundidalam pondok pesantren
• Menganalisa penyebab pelanggaran serta mencari alternative pemecahannya
• Menerapkan kartu mahrom bagi yang punya mahrom santri banat/ putrid
• Mengintrogasi tersangga pelnggaran peraturan pon. pes. Dan member sangsi jika terbukti bersalah (sangsi/hukuman sesuai dengan syariat silam)
• Mencatat semua surat izin yang keluar
• Member laporan kepada kepala pondok setiap bulan

HUMAS (hubungan masyarakat)
• Menangani tugas kepengurusan di dalam bidang kemasyarakatan seperti pos, mengantar surat, Dll

KEBERSIHAN
• Membantu pengurus dalam bidang kebersihan
• Membuat jadwal piket nyapu

PERLENGKAPAN DAN KELISTRIKAN
• Menyediakan perlengkapan yang di perlukan pon. pes
• Mengontrol penerang kelistrikan

KETUA III (HUMAS)
• Membawahi keamana luar maupun keamana dalam pon. pes sekaligus menyusun setrategi
• Membidangi bagian guru bantu(BGB)
• Mengurusi madrasah cabang milik Pon Pes

KETUA IV (PERLENGKAPAN SARANA DAN PRASARANA)
• Menyediakan seluruh perlengkapan fisik pon. pes dan madrasah
• Membentuk panitia pembanguna bila diperlukan
• Membawahi tenaga investaris dimasing masing lembaga
• Membuat laporan kepada pengurus pusat setiap tiga bulan sekali
• Mempertanggung jawabkan tugasnya kepada pengurus pusat

PENGURUS V (BID. UNIT USAHA)
• Mencari peluang usaha untuk memperkuat sumber dana pondok pesantren dan madrasah sebagai usaha meningkatkan kesejahteraan guru dan tenaga pembantu pon. pos dan madrasah
• Mengiptimalkan unit usaha yang sudah ada
• Melaporkan hasil usaha kepada pengurus pusat setiap tiga bulan
• Menentukan besar kecilnya bisyaroh / gaji tenaga pembantu pada unit usaha
• Mengangkat dan memberhentikan pengurus dan tenaga pembantu unit usaha
• Memeriksa pembukuan hasil unit usaha
• Mempertanggung jawabkan tugasnya kepada pengurus pusat

KEPALA SEKOLAH
• Melaksanakan program yang telah di tentukan ketua I
• Membuat laporan secara berkala
• Berhak member teguran,peringatan kepada guru dan tenaga kantor
• Mengontrol absensi guru

TATA USAHA (ADMINISTRASI)
• Menyediakan folmulir pendaftaran siswa baru
• Menerima pendaftaran siswa baru dan mencatat di buku induk
• Memasukan nilai ujian ke buku induk
• Mendata siswa yang bebas Spp sesuai dengan surat keputusan kepala sekolah
• Menyediakan kartu Spp, absen, surat izin,kartu siswa, rapot, dan lain lain
• Mengisi data statistic madrasah
• Mendata dan mencatat surat masuk dan keluar
• Menyediakan buku tamu, buku cacatan khusus prilaku
• Menyediakan buku legar dan lain-lain

TATA USAHA ( KEUANGAN)
• Mencatat dan menerima uang Spp, pendaftaran dan lain lain
• Mencatat keluar masuknya uang
• Melaporkan kepada kepala sekolah setiap bulan secara tertulis
• Menyetorkan uang kepada bendahara pusat setiap bulan
• 16. Tata usaha (perlengkapan)
• Menyediakan perlengkapan fisik belajar mengajar seperti papan tulis, bangku guru, Dll
• Mengontrol, mengawasi dan mendata semua ibvestaris
• Memperbaiki investaris yang rusak

KESISWAAN
• Membentuk organisasi siswa
• Membina organisasi kesiswaan
• Menangani, mengatasi dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi siswa serta mencatatnya di buku catatan khusus prilaku
• Mengontrol ketertiban dan keaktifan sisiwa

PENGURUS PUSAT
1. Ketua Umum : Gus H. Nasihuddin Ismail
2. Sekretaris Umum : Nurul Anwar
3. Bendahara Umum : Muzakki
4. Pendidikan Umum : Gus H. Muhibuddin

Data Pengurus Pondok Pesantren Darumafatihil Ulum Tahun 2009-2011 / 1430-1433
PENGURUS PONDOK
1. ketua : Gus Miftahul Huda
2. wakil ketua : Gus Wahdani
3. sekertaris : Abd Hamid
4. bendahara : Rofiq

SEKSI SEKSI:
pendidikan dan pengajian : Gus Muhibuddin
ketertiban dan keamanan : Hasin
Humas ( hubungan masyarakat) :
kebersihan : Mas’ud
perlengkapan dan kelistrikan : Bisri Mustofa
5.kepala daerah:
Kapala daerah B : Abd Rozaq
Kepala daerah C : Saifuddin

PENGURUS MADRASAH
I. Madrasah ibtidaiyah
kapala sekolah I : Gus H. Nasihudin Ismail
kapala sekolah II :
tata usaha
a. Adminis trasai : Umar sidiq
b. Keuangan : Fayumi Badri
kesiswaan : Moh. Mas’ud
perlengkapan : Moh. Anas
II. Madrasah Tsanawiah
kepala sekolah : Hasbulloh DM
tata usaha
a. Administrasi : Subhan Imani
b. keuangan : Abdul Halim
kesiswaan : Husen
perlengkapan :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar