Masa Abbasiyah
Kemudian diteruskan perluasan Masjidil Haram oleh Abu Ja’far Al-Mansur, salah satu pemimpin daulah Abasiyah yang beribu kota di Baghdad. Khalifah kedua dari Bani Abbasiyah ini mengadakan perluasan pada sisi arah rukun Syamiyah dan sisi arah barat. Perluasan dimulai pada bulan Muharam 137 H dan selesai pada bulan Dzul Hijjah 140 H. Al-Mansur menambah luas masjid menjadi satu setengah dari laus masjid sebelumnya.
Setelah wafatnya Abu ja’far Al-Mansur, perluasan Masjidil Haram dilanjutkan oleh putranya Al-Mahdi. Pada saat itu nsinyur pembangunannya sudah sangat maju sehigga bentuk bangunannya indah dan kokoh. Al-Mahdi mengadakan perluasan dari sebelah atas dan arah rukun Yamani. Perluasan ini dilakukannya dua kali pertama pada tahun 161 H dengan memperluas dua serambi. Dan yang kedua pada tahun 167H, tapi tidak selesai karena ia keburu wafat. Kemudian perluasan dirampungkan oleh puteranya Musa Al-Hadi.
Dalam perluasan kedua ini, Al-Mahdi banyak mengeluarkan biyaya yang cukup besar. Ia merenovasi tiang tiang di kawasan Masjid dan mendatangkan tiang batu pualam dari Suria dan negara lainya yang dibawa melalui via laut ke pelabuhan Jeddah, kemudian dibawa ke Makkah. Kemudian terjadi penyatuan Dar An-Nadwah dengan masjidil Haram. Penyatuan ini dilakukan atas usulan beberapa orang diantaranya Qadhi Makkah dan guberdur Makkah pada masa itu yang diajukan kepada Al-Mutadhid Al-Abbasi. Setelah diruntuhkan, dibangun masjid yang bergabung dengan Masjidil Haram. Bangunan ini sangat indah, beratap jati, dihiasi dengan emas, dibuat beberapa pintu dan menara.
Kemudian perluasan dilanjutkan oleh Al-Muqtadir Billah al-Abbasi pada tahun 306. Ia membangun pintu gerbang besar masuk Masidil Haram yang diberi nama dengan Bab Ibrahim (pintu Ibrahim) yang terletak ke arah barat Masjid. Dan ini merupakan taraf terkahir perluasan Masjidil Haram yang dilakukan oleh dinasti Abasiyah. Setelah itu yang terjadi hanyalah renovasi dan pemugaran kecil kecilan sehingga datang masa Sulthan Salim Bik bin Sulaiman Khan tahun 979 H.
sumber:http://hasansagaf.wordpress.com/2010/06/15/masa-abbasiyah/?preview=true&preview_id=84&preview_nonce=fbd2765e8d
Kemudian diteruskan perluasan Masjidil Haram oleh Abu Ja’far Al-Mansur, salah satu pemimpin daulah Abasiyah yang beribu kota di Baghdad. Khalifah kedua dari Bani Abbasiyah ini mengadakan perluasan pada sisi arah rukun Syamiyah dan sisi arah barat. Perluasan dimulai pada bulan Muharam 137 H dan selesai pada bulan Dzul Hijjah 140 H. Al-Mansur menambah luas masjid menjadi satu setengah dari laus masjid sebelumnya.
Setelah wafatnya Abu ja’far Al-Mansur, perluasan Masjidil Haram dilanjutkan oleh putranya Al-Mahdi. Pada saat itu nsinyur pembangunannya sudah sangat maju sehigga bentuk bangunannya indah dan kokoh. Al-Mahdi mengadakan perluasan dari sebelah atas dan arah rukun Yamani. Perluasan ini dilakukannya dua kali pertama pada tahun 161 H dengan memperluas dua serambi. Dan yang kedua pada tahun 167H, tapi tidak selesai karena ia keburu wafat. Kemudian perluasan dirampungkan oleh puteranya Musa Al-Hadi.
Dalam perluasan kedua ini, Al-Mahdi banyak mengeluarkan biyaya yang cukup besar. Ia merenovasi tiang tiang di kawasan Masjid dan mendatangkan tiang batu pualam dari Suria dan negara lainya yang dibawa melalui via laut ke pelabuhan Jeddah, kemudian dibawa ke Makkah. Kemudian terjadi penyatuan Dar An-Nadwah dengan masjidil Haram. Penyatuan ini dilakukan atas usulan beberapa orang diantaranya Qadhi Makkah dan guberdur Makkah pada masa itu yang diajukan kepada Al-Mutadhid Al-Abbasi. Setelah diruntuhkan, dibangun masjid yang bergabung dengan Masjidil Haram. Bangunan ini sangat indah, beratap jati, dihiasi dengan emas, dibuat beberapa pintu dan menara.
Kemudian perluasan dilanjutkan oleh Al-Muqtadir Billah al-Abbasi pada tahun 306. Ia membangun pintu gerbang besar masuk Masidil Haram yang diberi nama dengan Bab Ibrahim (pintu Ibrahim) yang terletak ke arah barat Masjid. Dan ini merupakan taraf terkahir perluasan Masjidil Haram yang dilakukan oleh dinasti Abasiyah. Setelah itu yang terjadi hanyalah renovasi dan pemugaran kecil kecilan sehingga datang masa Sulthan Salim Bik bin Sulaiman Khan tahun 979 H.
sumber:http://hasansagaf.wordpress.com/2010/06/15/masa-abbasiyah/?preview=true&preview_id=84&preview_nonce=fbd2765e8d
Tidak ada komentar:
Posting Komentar